webnovel

1. Pertentangan

***

Panglima Xue, siapapun di wilayah itu sangat mengenal siapa sebenarnya Panglima Xue. Pria bertubuh kekar itu memang dikenal sebagai panglima berdarah dingin selama pemerintahan Kaisar Liuu Qiang Wen. Karena kekejamannya yang hampir menyamai kekejaman si raja racun, ia bahkan dijuluki sebagai bayangan sang raja.

Nona Yun yang kini berada di bawah kendalinya hanya bisa pasrah sambil mengumpat dalam hati. Bagaimanapun ia tak bisa menerima begitu saja perlakuan kejam yang Qiang Wen lakukan pada keluarga dan rakyatnya. Namun selama berlian merah lambang kerajaan iblis itu berada dalam tubuhnya, setidaknya kerajaan dan rakyatnya akan baik-baik saja.

Kerajaan Iblis memiliki kekuatan istimewa tersendiri, selama berlian itu tidak hancur atau hilang maka kerajaan Iblis takkan mudah hancur meskipun dihancurkan separah apapun. Kerajaan dan rakyat mungkin akan menderita namun mereka tetap bisa bertahan semenderita apapun mereka. Bagi mereka selama berlian itu masih tersimpan baik maka harapan untuk hidup masihlah ada.

Selama perjalanan menuju kediaman Raja, Nona Yun hanya menurut dan tidak berontak sedikitpun. Ia berpikir mungkin lebih baik jika ia tinggal di kediaman mewah daripada meringkuk di penjara pengap. Setidaknya ia bisa bebas dan menyusun ulang rencana untuk memberontak di kemudian hari.

"MASUK DAN JANGAN BERUSAHA KABUR!" bentak Panglima Xue lalu menghempaskan tubuh Nona Yun hingga gadis itu harus terbentur sisi ranjang yang terbuat dari emas dan sedikit runcing.

"BEDEBAH KAU! AKU AKAN MEMBALASMU SUATU SAAT!" sembur Nona Yun marah lantas bangkit dan menantang Panglima Xue yang sama sekali tak bersikap sopan kepadanya.

Panglima Xue mendecih kesal, ia tersenyum miring lalu menoleh ke sisi lain dengan tatapan teramat muak. "Jika bukan karena perintah raja niscaya aku sudah membunuhmu dan membuatmu membusuk bersama kedua orangtuamu di sana."

Sorot mata Nona Yun menatap bengis, manik mata yang semula hitam kelam indah kini berubah menjadi merah pekat sepekat darah manusia.

"Dan jika bukan karena Raja Qiang Wen menginginkanmu, aku juga sudah mencincangmu dan membuangmu di lautan. Kau tahu aku sangat jijik untuk menyentuh tubuhmu." imbuh Panglima Xue arogan membuat si gadis merasakan kobaran api di sekujur tubuhnya yang mendadak memanas.

"JAGA UCAPANMU PANGLIMA BODOH! BAGAIMANAPUN SUATU HARI NANTI KAU AKAN MENYESAL TELAH MENGHINAKU SEPERTI ITU." ucap Nona Yun tajam dan masih berusaha mengendalikan emosinya.

"Menyesal? Apa yang kusesali dari ucapanku? Kau bahkan tidak berharga sama sekali di mataku, jika bukan karena Raja maka aku sudah menghabisi seluruh rakyatmu yang begitu menjijikkan itu." tegas Panglima Xue lalu bersedekap tenang.

"DIAM KAU!!" gertak Nona Yun tak bisa menahan emosi lagi. Dengan secepat kilat kuku panjang dan taringnya mencuat, gadis itu kehilangan sisi manusianya dan berubah menjadi jiwa iblis sepenuhnya. Tanpa peduli apapun gadis itu segera mengayunkan cakarannya ke wajah Panglima Xue.

Pria tegas dan punya tingkat kewaspadaan tinggi itu dengan sigap menangkis, ia menampik tangan Nona Yun yang berkuku panjang dan menghindari serangan.

"Kau takkan bisa membunuhku, Iblis!" ucap Panglima Xue pongah membuat si iblis betina makin kalap dan tak ingin kalah.

Nona Yun kembali menyerang, berusaha mencakar tubuh yang berada beberapa meter di hadapannya . Pertarungan sengit itu menimbulkan kegaduhan yang begitu teramat sangat, meskipun terjadi pertarungan hebat tak ada satupun pengawal yang berani mendekat karena merasaBeberapa guci dan ornamen cantik yang menghiasi kamar raja harus rela pecah dan berserakan tak berguna.

"KAU HARUS MATI!" tandas Nona Yun marah sambil kembali menggoreskan kukunya di tubuh Panglima Xue. Pria itu mencoba terus menghindar, namun sedikit kelalaiannya membuatnya harus rela tergores dan membuat pakaiannya tercabik.

Darah segar mengucur dari dada Panglima Xue, membuat sang pemilik jadi naik pitam dan berusaha menghabisinya saat itu juga. Kekejaman yang dimiliki Panglima Xue membutakan dirinya, ia lupa bahwasanya ia tengah bertarung di peraduan sang raja yang begitu di keramatkan dan juga tengah bertarung dengan gadis calon milik raja. Alangkah murkanya sang raja nanti jika melihatnya.

"Berani-beraninya kau melukai tubuhku!" bentak Panglima Xue tak terima lantas maju menyerang Nona Yun.

Panglima itu menangkap tangan Nona Yun, membekuknya lantas menjambak rambutnya. Tanpa kenal ampun, Panglima Xue membenturkan kepala Nona Yun ke dinding berkali-kali hingga dinding itu seakan bergetar dan hendak roboh.

"MATI SAJA KAU!!" maki Panglima Xue terus menghancurkan tubuh Nona Yun yang bersimbah darah.

"KAU YANG PANTAS MATI, PANGLIMA SIALAN!" balas Nona Yun keras dan terus bertahan.

"APA KAU BILANG???" ucap Panglima Xue semakin geram.

Pria bertubuh kokoh itu hendak membenturkan kepala Nona Yun kembali namun terhenti seketika setelah sebuah trisula mengarah ke arah lehernya tanpa ada yang memeganginya satupun.

Sedetik kemudian ia sadar jika di dunia ini yang memiliki senjata trisula dan kekuatan seperti itu hanyalah rajanya, Raja Liuu Qiang Wen.

"Benturkan sekali lagi Panglima Xue." perintah Raja Qiang Wen lirih sambil berdiri di ambang pintu kediamannya dengan wajah tenang.

Panglima Xue perlahan melepaskan genggaman tangannya di rambut Nona Yun dan membungkuk dalam-dalam seakan merasa menyesal.

Sang raja mencuramkan alisnya lalu berjalan mendekati panglima Xue, ia nampak kurang senang.

"Lakukan sekali lagi dan aku akan menggantinya dengan kepalamu." tegas Raja Qiang lalu mengulurkan tangannya ke arah trisula emasnya.

Secara ajaib trisula itu mendekat ke arah sang tuan dan dengan sigap Raja Qiang menangkapnya. Perlahan sang raja menyembunyikan trisula itu di telapak tangannya lalu kembali menatap panglima Xue yang dianggapnya telah lancang.

"POTONG TANGANMU!!" titah Raja Qiang tak kalah tegas.

Panglima Xue terkesiap, ia mendongak lalu bersujud memohon ampun karena kelalaiannya.

"Ampun Yang Mulia.... Ampun...." sembahnya berkali-kali dengan penuh penyesalan.

"Kau sudah membuat kamarku penuh dengan lukisan darah calon ratuku, lalu untuk apa aku mengampunimu? Sekarang... POTONG TANGANMU!" tegas Raja Qiang tak kalah kejam.

Panglima Xue menatap rajanya sedikit lebih lama namun tak lama kemudian dengan tangan bergetar ia meraih pedang yang ia taruh di punggungnya.

"Demi kesetiaan saya terhadap anda Yang Mulia... Saya mohon ampun sekali lagi." ucapnya sekali lagi dengan tatapan penuh penyesalan.

"JANGAN MEMBUATKU MENGULANGI PERINTAHKU, PANGLIMA XUE."

Pria itu menatap tuannya lalu tanpa pikir panjang lagi, Panglima Xue memotong tangannya sendiri.

Blassh.

Teriakan kesakitan muncul dari mulut Panglima Xue, tangan itu terlempar ke hadapan Raja Qiang Wen. Sang raja hanya diam, menatap tangan dan kesakitan Panglimanya dengan tatapan dingin.

Bagi Nona Yun itu pemandangan yang teramat mengerikan, ia menyadari bahwa pria yang tadi menghancurkannya kalah beringas oleh rajanya sendiri. Nona Yun sadar musuh yang harus ia waspadai bukanlah panglima tengik itu tapi rajanya sendiri, Liuu Qiang Wen.

"Kau panglima yang patuh, kau berikan tanganmu dengan sukarela padaku. Aku harap suatu hari nanti kau akan lebih sukarela lagi dan memberikan kepalamu kepadaku, Panglima Xue." ucap Raja Qiang dingin dan tak berekspresi sama sekali.

"Yang Mulia..." desis Panglima Xue hampir tak terdengar, suaranya ditelan kesakitannya sendiri. Baginya kehilangan satu tangan tidaklah mengapa asal ia tidak kehilangan kepercayaan rajanya.

"PERGILAH! RAWAT LUKAMU, KUBUR JUGA TANGANMU. SUATU HARI NANTI AKU AKAN MEMINTA BAGIAN TUBUHMU YANG LAINNYA." tegas Raja Qiang setengah membentak.

Panglima Xue bangkit dari duduknya, ia membungkuk hormat lantas pergi dari hadapan sang raja dengan dibantu beberapa pengawal setia sang raja.

Tatapan mengerikan sang raja perlahan beralih ke arah Nona Yun yang masih bersimpuh dengan kepala mengucurkan darah. Pria itu mendekat membuat Nona Yun kembali waspada.

"Kelihatannya kau terluka parah." ucapnya dingin seraya mengulurkan tangannya ke arah Nona Yun.

Mata merah Nona Yun belumlah pudar, taringnya masih mencuat dan kukunya masih siap untuk mencakar. Mata itu menatap sang raja dengan penuh kebuasan dan kemarahan.

"Biarkan aku pergi! Lepaskan aku." ucap Nona Yun tajam.

"Aku tidak akan melepaskanmu." jawab Raja Qiang dingin membuat Nona Yun makin marah.

Gadis itu mencakar tangan Qiang Wen yang diulurkan kepadanya, sang raja kaget dan mulai merasa tidak senang dengan perlakuan yang Nona Yun lakukan.

"Aku ingin pulang, kembalikan aku ke duniaku!" pinta Nona Yun berteriak keras.

Raja Qiang Wen tak menjawab, bibirnya yang seksi hanya membeku dan tak mengeluarkan sepatah katapun. Namun beberapa detik kemudian angin kencang berhembus dan menyapu seisi kamar Raja Qiang Wen, tak hanya itu pintu kediaman dan jendela menutup dengan sendirinya.

"Apa yang kau lakukan? Bebaskan aku!" teriak Nona Yun sekali lagi namun tak mengubah pendirian sang raja racun, Liuu Qiang Wen.

Raja Qiang Wen hanya berdiri dan terus mengawasi tubuh Nona Yun dengan tatapan dingin. Ia hanya diam tatkala Nona Yun berusaha bangkit dan menyerangnya dengan cakarannya.

"Bebaskan aku Raja sialan! Apalagi yang kau inginkan dariku? Kau sudah merenggut orangtuaku, memporakporandakan kerajaanku. Lalu apa lagi?" teriak Nona Yun geram sambil terus menyerang dengan cakarannya.

Mendadak dengan secepat kilat Qiang Wen menangkap tangan Nona Yun, menyorong tubuh itu hingga terbentur dinding berkali-kali akibat tubuh Nona Yun yang berontak cukup kuat.

"Aku sudah bilang aku takkan melepaskanmu, apa kau mengerti?" ucap Raja Qiang Wen tajam tepat di hadapan wajah Nona Yun.

"Untuk apa? Apa kau ingin membunuhku juga?" tanya Nona Yun sambil berontak namun tubuhnya terlanjur terkunci oleh tubuh Qiang Wen hingga tidak bisa bergerak sedikitpun.

"Membunuhmu adalah tujuanku yang kesekian kali. Setelah aku mendapatkan apa yang ku mau, tanpa diminta pun aku akan membunuhmu, Nona Yun Xiaowen."

"Darimana kau tahu namaku?" tanya Nona Yun terheran-heran sambil menatap mata pria yang kini berada tepat di depan wajahnya.

Raja Qiang Wen tak menjawab, tatapannya sejenak turun ke dada Nona Yun yang naik turun karena tersengal kehabisan nafas.

"ENYAHKAN MATA NAKALMU DARI DADAKU, RAJA MESUM. SEKALI LAGI KAU MELAKUKAN HAL ITU AKU AKAN MENCONGKEL KEDUA MATAMU!!" tegas Nona Yun naik pitam dengan wajah memerah.

Raja Qiang meliriknya sejenak dengan tatapan begitu meremehkan, ia melihat wajah merah Nona Yun dan itu cukup menggemaskan.

Ya, Raja Qiang mengakui rasa gemas yang menyelinap di dadanya akibat melihat wajah Nona Yun.

"Dadamu tak cukup menggairahkanku, bagaimana kalau kau buka saja pakaianmu." ucap Raja Qiang dingin dan tanpa malu.

"KAU MELECEHKANKU!" marah Nona Yun lalu kembali berontak dengan sekuat tenaga.

Gadis itu mengerahkan seluruh hawa panas di tubuhnya, satu kelebihan Nona Yun yang tak bisa ditolerir oleh Raja Qiang Wen yang terkenal memiliki seribu kehebatan. Pria itu terhenyak dan melepaskan genggaman tangannya. Raja Qiang Wen mundur beberapa langkah dan mulai waspada pada Nona Yun.

Gadis itu maju guna menyerang Qiang Wen tanpa ragu sedikitpun namun belum sempat ia menyerang Qiang Wen sudah melempar jarum pelumpuh dengan cepat ke dada Nona Yun.

Gadis itu terkesiap tanpa bisa menghindar, ia melepas jarum itu namun beberapa detik kemudian waktu terasa begitu melambat dan Nona Yun perlahan tumbang ke lantai dengan kesadaran makin melemah.

Raja Qiang Wen hanya menatapnya dengan dingin, namun ketidakpeduliannya hanyalah sebentar saja. Sejenak kemudian ia mengerahkan kekuatannya dan mengangkat tubuh Nona Yun ke atas ranjangnya yang luas.

Atas perintahnya pintu dan jendela membuka sendiri, ia menoleh dan memanggil beberapa pengawal yang berjaga di depan kediaman sang raja.

"Pengawal..." panggilnya dengan nada berkuasa.

"Ya... Yang Mulia." ucap pengawal sambil berlari ke arah rajanya dan membungkuk dengan penuh hormat.

"Bersihkan tempat ini dan beritahu beberapa pelayan untuk menyiapkan kamar utamaku. Aku yang akan merawat Nona Yun secara khusus." putus Raja Qiang datar.

"Baik Yang Mulia." jawab pengawal serentak lalu membungkuk dan undur diri dari hadapan sang raja.

Raja Qiang masih saja terdiam, ia mengamati tubuh Nona Yun yang penuh luka di sana-sini. Ia menarik nafas lalu berbalik badan meninggalkan tempat itu.

Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Hanya beliau sendiri yang tahu.

****

"Sebaiknya anda tidak macam-macam lagi, Yang Mulia." ucap Selir Sun di hadapan Raja Qiang yang tengah sibuk mengecek ulang laporan pajak istana.

Raja Qiang tak menggubris, ia masih sibuk membaca dan tidak menatap selir tertuanya itu sama sekali.

"Yang Mulia, bagaimana kata rakyat jika mereka tahu rajanya akan menikahi seorang iblis bertubuh manusia macam Yun Xiaowen? Yang Mulia, ini akan memperburuk reputasi anda. Yang Mulia...."

"Keluarlah!" peringat Qiang Wen lirih tanpa menoleh ke arah Selir Sun.

"Yang Mulia..."

"KELUAR!" gertak Qiang Wen keras membuat Selir Sun kaget dibuatnya.

Perlahan pria tampan namun dingin itu menoleh pada selir Sun yang memaku di ruangannya dengan tatapan ketakutan.

"Jangan memaksaku dan akhirnya membuatku harus berteriak, Selir Sun. Penawaranku masih sama seperti kemarin, jika kau sanggup membantuku mewujudkan keinginanku maka apapun yang kau mau akan aku penuhi dan turuti. Sekarang pertanyaannya adalah bisakah kau menyanggupinya Nona Sun?" tantang Raja Qiang tajam.

Nona Sun tak mampu menjawab, hal itu membuat sang raja kembali mendengus kesal dan menekuni laporannya kembali.

"Kau tak lebih dari seekor belalang, Nona Sun. Kau tak berarti apa-apa dan kau hanya menyusahkan saja. Jika kau tak punya kelebihan apapun sebaiknya kau diam atau aku akan semakin membencimu." tutur Raja Qiang Wen datar.

"Yang Mulia, terserah kau mau membenciku atau tidak tapi aku di sini mewakili duapuluh selirmu, kami tidak setuju jika kau membawa gadis itu dan berbaur dengan kami." ucap Nona Sun masih ngeyel.

Raja Qiang menarik nafas lalu bangkit dari duduknya, ia menoleh ke arah Nona Sun dan mulai mendekatinya dengan langkah nyaris tak terdengar.

"Mewakili keduapuluh selirku ya? Mewakili atau hanya kau saja, Nona Sun? Diantara mereka hanya kau yang selalu rewel dan berontak padaku. Baiklah jika memang kau mewakili mereka, katakan pada mereka pesanku ini Nona Sun. Katakan pada mereka, silakan mereka memilih antara pergi atau diam." jawab Raja Qiang Wen dingin.

"Tapi Yang Mulia...."

"PERGI ATAU DIAM, PIKIRKAN ITU BAIK-BAIK!"

************************