1 Awal mula perpisahan kami (21+)

"Maaf, siang ini saya tidak bisa kumpul dengan kalian"

"Ana, kamu seharusnya datang. Kali ini saya akan tampil di panggung" Ujar Sia di telepon.

"Sudah yah, kamu kan tau sebentar lagi Andrea akan ulang tahun. Aku akan datang jika sempat"

"Kamu selalu saja mementingkan Andre. Baiklah aku mengerti. Lakukan apa maumu."

tit...tit..tit...

Sia mematikan telepon genggamnya dengan diakhiri nada serius.

"Sia... hello...hello..."

"Dia pasti sangat marah kali ini, aku harus cepat menyelesaikan kuenya dan pergi menontonnya".

4 jam kemudian kuenya sudah selesai di panggang. Aku bersiap-siap untuk pergi ke pertunjukan pentas seni Sia sahabatku.

Kali ini aku mengenakan dress kuning sederhana pilihan Andre. Karena Andre akan sibuk dengan klub bolanya tidak akan ada masalah jika aku menyempatkan diri pergi ke tempat Sia terlebih dahulu.

Aku mengenakan tas selempang berwarna cokelat dan menggunakan motor Mio kesukaanku. Membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke tempat tujuanku, dan setibanya di lokasi, ku pikir akan terlambat. Namun syukurlah aku masih sempat melihat Sia di atas panggung. Ku berlari ke arah depan panggung dan melambaikan tanganku agar Sia menyadari kehadiran ku. Sia membalas ku dengan tersenyum. Dia tidak lagi marah dan cemberut, aku tau dia akan selalu memaafkan ku.

tring...tring...tring...

Sesuatu dalam sakuku bergetar, suara handphone samar terdengar karena suara musik panggung yang menggelegar. Aku pergi mengecek dan terlihat panggilan dari Kuda putihku di layar utama. Segera aku tersenyum dan mengangkatnya.

"Sayang... Ada apa menelepon? Saya sudah sampai di tempat Sia" Ujarku

"Bisakah kamu ke rumah? Aku akan menunggumu. Cepatlah!" kata Andre

Andre menutup teleponnya dan aku segera melihat ke arah Sia. Andre akan sangat marah jika aku tidak bergegas. Sehingga aku memutuskan meninggalkan Sia tanpa berpamitan dan berlari kepada Andre.

Sia melihatku pergi terburu-buru. Dia akan selalu tahu jika aku pergi terburu-buru, ku akan pergi menemui Andre. Namun, wajahnya akan tampak tak nyaman jika itu terjadi.

Sesampainya di rumah Andre, seperti biasa pintunya tidak terkunci. Aku membuka pintu perlahan dan melangkah masuk.

"Sayang..?" Ujarku memanggil.

Tiba-tiba seseorang memeluk ku dari belakang. Hangat terasa dan aku sudah bisa menebak bahwa itu Andre.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku "Bisakah kau melepaskan ku dulu!" sambungku.

Aku membalikkan badanku dan menatap ke arah matanya. Dia membelai rambutku dengan lembut dan mencium bibirku dengan manis. Sentuhan yang begitu menggiurkan dan selalu dapat membuatku begitu gembira.

hah...hah...hah...

"Sayang..." panggilku sambil mendorong Andre menjauh.

Andre melihatku dengan tatapan memelas "Ana, bisakah kita melanjutkan nya?" Tanya Andre penuh makna.

Dia merangkul ku dan memegang leherku dengan lembut. Aku terdorong sampai ke pintu masuk. Tatapannya membuatku gila dan pikiranku berhenti berjalan. Andre menggunakan sebelah tangannya untuk mengunci pintu dan meletakkan tangannya yang lain mendorong pintu di atas kepalaku.

Hening tak bertanya, ia menciumku dengan sangat berani. Air liur kami bertukar dan ia mengangkat tubuhku memanjat ke atasnya.

di bisikannya di telingaku "Ana aku mencintaimu".

Di bawahnya aku ke dalam kamarnya dan di hempasannya aku di atas ranjangnya. Ku berdiri dan memegang baju yang hendak ia lepaskan.

"Andre, bisakah kamu berhenti sampai disitu?" Tanyaku

Ia menghadang tanganku dan mulai melepaskan bajunya serta melangkah menghampiriku. Dia mencium bagian leherku dan tangannya menjalar memegang dadaku.

Ahh...hah..hah..

Ahh...Aah...sayang...hmt...Aah....

tangannya semakin menjalar ke bawah dan membuat ku tak kuasa menahan gairahku. Ia mendorong ku ke ranjang sehingga kami rebahan di atasnya. Dia menuntun ku dengan sentuhan yang lembut dan membuatku ingin membalas.

Kubalikkan posisi dan menyentuh dadanya. Dia tersenyum dan berkata:

"Apakah kamu mau bermain-main denganku, sayang?" ujarnya

Dia menarikku dan tak sengaja aku berteriak "Ahk..."

Hahahaha

Kami tertawa bersama.

Dia berdiri dan mengenakan pakaiannya kembali.

"Aku akan melakukannya nanti. Disaat itu kamu dalam masalah sayang!" Ujar Andre "Tapi sekarang, apa kamu tidak lapar?" sambung Andre bertanya.

"Kamu mau memasak untuk ku?" tanyaku balik.

"Tentu saja. Mari kita lihat apa yang ada di lemari es" Kata Andre.

Kami pergi ke dapur dan Andre memasak sup iga sapi kesukaanku. Dia sangat terampil menggunakan pisau.

"Bagaimana kerjaan kantor?" kataku membuka pembicaraan

"Semua baik-baik saja. Kamu tak perlu khawatir". Jawab Andre. "Setelah makan, temani aku memilih hadiah buat ibuku." Sambungnya lagi.

Aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku dan berkata "Baiklah, tentu saja dengan senang hati kuda putihku" Jawabku. Lalu ia menciumku dan tersenyum.

Kami pergi berbelanja dan mendapatkan sebuah jepitan indah. Andre memilih jepitan yang bernuansa muda dengan alasan agar ibunya dapat terlihat muda kembali. Walaupun kami berselisih sebentar dalam memilih jepitannya karena aku berpikir bahwa itu tak akan cocok dengan ibunya, akhirnya aku mengalah dan membiarkan dia menang. Setelah itu kami makan malam dan dia mengantarkan ku kembali pulang. Aku tak mengijinkannya mengundangku menginap di rumahnya malam ini. Tentu saja karena tepat tengah malam sebentar adalah rencana ku untuk membuat kejutan buatnya dan tak boleh gagal.

Ketika dia pergi, aku menyiapkan segala sesuatunya dan memanggil taxi untuk pergi ke rumahnya. Dia membiarkan aku memegang salah satu kunci rumahnya sehingga aku bisa masuk rumahnya tanpa harus menunggu. Tentu saja kali ini dia akan sangat terkejut, karena ini pertama kalinya aku memberinya kejutan di tengah malam. Dan hadiah spesial nya adalah sesuatu yang dia tunggu-tunggu selama 5 tahun terakhir. Kali ini aku siap dan telah memantapkan hatiku setelah sekian lama pacaran. Jadi aku hanya perlu membawa kue, sebotol sampanye dan diriku.

Aku mengenakan pakaian super seksi yang baru ku beli di butik beberapa hari yang lalu. Busana tidur itu berwarna merah terang yang akan membuatnya bergairah. Pakaian itu kututupi dengan mantel panjang tebal yang kukenakan. Sesampainya di depan rumah Andre hatiku berdebar-debar. Ku tenangkan perasaan ku dan melangkah masuk dengan mengendap-endap.

Aku berhasil membuka pintunya dan masuk perlahan-lahan. Terdengar samar-samar suara berisik dari ruang makan. Aku dengan percaya diri melangkah lebih jauh dan berusaha agar tak bersuara. Semakin dekat suaranya semakin bergairah. Mataku terbelalak dan bergetar, amarah mulai meluap dari dalam hatiku. Tak kuasa aku menahan akan apa yang saya lihat dengan kedua mataku. Sampanye dan kue tart kesukaan Andre terlepas dari genggaman tanganku.

Mereka melihat ke arahku karena bunyi hantaman sampanye yang pecah terkena lantai. Sepasang bedebah itu sangat terkejut seakan melihat hantu. Yah, itu Andre dan sahabatku Sia.

Mereka bercumbu di depan mataku, dan melihat ku dengan tatapan yang kebingungan.

Air mataku berlinang dan ku berlari pergi keluar. Andre yang hampir telanjang itu berusaha menahanku. Tapi aku berbalik dan menampar wajahnya. Kami terdiam sejenak dan mereka berdua membiarkan ku pergi dengan kekacauan hati yang hancur lebur tak bersisah.

***

avataravatar
Next chapter