2 Bab 1

Awali hari dengan senyuman dan harapan, agar sepanjang hari ini penuh dengan senyum kebahagiaan.

*****

"Gadiiis...," teriak Devi sahabat Gadis.

"Apaan sich lo Dev teriak-teriak ini bukan hutan woyy."

"....hehehehe...habis lo jalannya ngebut banget kayak mau ketinggalan kereta aja."

"Lo gak inget sekarang jamnya Mr.Rahman yang killernya gak ketulungan," sungut Gadis.

"Ya Allah gue lupa. Ayo buruan Diss," Devi menarik tangan Gadis dengan buru-buru.

"Woyyy gak usah narik-narik juga kelles. Gue juga bisa jalan sendiri," gerutu Gadis.

"Ayoo ahhh banyak mulut lo."

Gadis mendesah kesal kepada sahabatnya semenjak dia berkuliah. Gadis Putri Reswara. Mahasiswa semester lima di perguruan tinggi swasta di kota tempatnya tinggal dan Devi menjadi sahabat yang selalu menemaninya kemana saja. Semua di kehidupannya selalu dia ceritakan dari tugas kuliah, gebetan hingga keluarga.

Hari ini matahari sedang tidak bersahabat dengan Gadis. Panas terik yang di pancarkan terasa menyengat membakar kulit. Kuliah yang tidak begitu padat namun tugas yang menumpuk membuat Gadis pusing menyelesaikan tugasnya.

"Huftt....panas banget," keluh Gadis yang sedang menunggu bus di halte. Bus yang di tunggu tak kunjung datang. Sudah hampir satu jam Gadis menunggu bus yang akan membawanya pulang.

Setelah menunggu lama bus yang di tunggu datang. Gadis segera memberhentikan bus yang akan di tumpanginya dan segera naik mencari tempat duduk. Di pilihnya tempat duduk di dekat jendela. Angin semilir yang behembus dari jendela menerpa wajahnya yang manis. Memporak porandakan ramput yang tertata rapi.

Gadis sangat menikmati perjalanan dari kampusnya menuju rumah. Tiga puluh menit dalam bus akhirnya Gadis sampai di tempat halte terdekat menuju rumahnya. Gadis berjalan gontai menyusuri jalan. Gang gang sempit di laluinya. Menyapa setiap orang yang di temuinya.

Gadis memang di kenal sebagai anak yang ramah. Dia berteman dengan semua orang. Entah itu orang kaya atau orang miskin. Dia pandai bergaul. Tidak heran jika Gadis memiliki banyak teman dan semua orang mengenalnya.

"Assalamualikum...," ucap Gadis memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam...Baru pulang Diss?!"

"Iya bu," sambil mencium tangan ibunya.

"Ya udah bersih-bersih dulu ibu udah masak sayur asem sama sambel teri kesukaan mu."

"Iya bu Gadis ganti baju dulu cuci tangan terus sholat. Gadis belum sholat zuhur tadi lama nunggu bis di halte."

"Ya udah buruan waktunya udah mau habis."

"Iya bu. Gadis ke atas dulu."

Gadis segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Segera dia mengganti baju dan melaksanakan sholat zuhur yang tertunda.

☆☆☆☆

"Gadiss."

"Dalem bu."

"Ini ada Devi datang."

"Iya bu suruh tunggu sebentar Gadis lagi nglipat mukena."

Gadis bergegas turun untuk menemui Devi. Mereka sudah janjian untuk mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk bersama.

"Dev, lo udah makan?!"

"Udah tadi sama Arga makan di luar."

"Gue makan dulu ya baru nyampai gue."

"Oke. Lo makan aja dulu. Gue mau numpang sholat Dis."

"Ke kamar gue aja sholatnya di sana udah ada mukenanya."

"Oke dech."

Devi bergegas untuk sholat dan Gadis menuju meja makan. Lima belas menit selesai sudah kegiatan mereka. Segera mereka memulai menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang membuat mereka frustasi apa lagi sebentar lagi ujian semester di adakan. Jadwal kuliah semakin padat dan tugas silih berganti memenuhi note tugas.

"Gilaaa. Ini tugas apa kutu sich banyak banget kutu aja gak sebanyak ini," gerutu Devi.

"Iya nich Dev banyak banget ya tugas kita. Udah dari tadi kita buat tugas kayaknya gak berkurang yaa," keluh Gadis juga.

"Iya nich Dis. Capek gue Dis."

"Sama gue juga capek Dev."

"Break dulu yuk Dis. Eh gue punya film korea bagus Dis."

"Sumpeh lo," respon Gadis dengan berbinar.

"Iye lahhh. Sini liat Dis."

"Ayo buruan Dev. Pemerannya siapa Dev?!"

"Kim Soo Hyun Dis."

"Wahhh cucok banget. Buruan cusss ahhh," ajak Gadis semangat.

Mereka berdua istirahat sejenak dari tugas kuliahnya dan sibuk dengan film korea favorit mereka hingga tanpa terasa matahari sudah tenggelam dan langit senja menampilkan warna jingga yang indah. Devi berpamitan untuk pulang.

Sinar rembulan menampakan keindahannya. Terang menyinari malam yang indah bertabur bintang sebagai penghias langit malam yang gelap. Gadis duduk di lantai balkon sambil bermain ponselnya serta buku-buku diktat kuliahnya yang berserakan. Melanjutkan tugas kuliahnya yang tertunda tadi siang.

Ceklreeekkkk.

Gadis mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap pintu yang di buka. Ibu nya masuk dengan wajah tersenyum dan menghampiri Gadis.

"Lagi apa Dis?!" tanya ibu nya yang sudah duduk di kursi balkon.

"Lagi ngerjain tugas bu."

"Banyak tugas mu Dis?!"

"Iya bu. Banyak banget soalnya sebentar lagi ujian."

"Ya sudah di lanjut ngerjainnya Dis biar cepet selesai. Kamu sudah makan Dis?!"

"Belum bu. Tugas belum selesai Gadis belum bisa makan," sambil membuka diktatnya melanjutkan tugasnya.

"Jangan gitu Dis. Kamu juga harus jaga kesehatan 'kan sebentar lagi mau ujian kalo kamu sakit nanti malah gak bisa ikut ujian."

"Iya bu nanti Gadis makan."

Ibu Gadis setia menunggu putri tersayangnya menyelesaikan tugas kuliahnya. Sambil tersenyum sesekali melihat tingkah anaknya yang kadang frustasi dengan tugas kuliahnya yang memusingkan.

"Dissss..."

"Dalem bu," Gadis mendongakan kepalanya menatap ibunya.

"Sini mendekat ke ibu".

Gadis segara melaksanakan perintah ibu nya untuk mendekat. Lalu Gadis berbaring dan meletakan kepalanya di pangkuan ibu nya.

"Diss....Belajar yang rajin ya. Jadi anak yang membanggakan orang tua. Kamu satu satunya harapan ibu dan bapak," ucap ibu nya sambil mengelus kepala Gadis dengan lembut dan sayang.

"InsyaAllah bu Gadis akan berusaha menjadi anak yang bisa membanggakan buat ibu dan bapak."

"Ibu dan bapak sudah angkat tangan mengurusi abang mu," sambil meneteskan air matanya.

Gadis bangkit dan menatap ibu nya lebut. Di raihnya tangan ibu tercinta dan di genggam dengan erat meyakinkan ibu nya kalo semua akan baik-baik saja.

"Sudah bu biarkan saja abang semaunya. Nanti jika waktunya sudah tiba abang juga akan berhenti sendiri bu. Lagian abang sudah dewasa bu pasti abang tau mana yang benar dan mana yang salah."

"Tapi kapaan itu Dis. Abang mu selalu saja pulang malam dengan keadaan mabuk. Bapak sudah terlalu capek untuk menegurnya."

"Sudahlah bu. Jangan di pikirkan biarkan saja abang mengurus dirinya sendiri. Suatu saat pasti abang akan menuai hasil yang dia tanam bu. Nanti Gadis ngomong sama abang biar dia berubah bu."

"Gadis jadilah anak yang baik. Banggakan keluarga. Ibu tau abangmu itu sukses dalam pekerjaannya tapi dia gagal dengan akhlaknya. Ibu dan bapak hanya bisa berdoa agar abangmu sadar dan kamu dapat meraih impian mu," ucap ibu nya dengan menitikan air mata.

Gadis yang melihat ibu nya menitikan air mata ikut bersedih meskipun dia tidak menitikan air mana namun dia tau apa yang di rasakan ibunya yang memiliki dua anak dengan karakter yang berbeda.

"InsyaAllah bu. Doakan Gadis ya bu agar sukses kelak."

"Pasti Dis. Ibu dan bapak hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anak-anak ibu dan bapak. Ahhh kenapa menjadi sedih gini sich. Ayo kita makan saja Dis kasian bapak menunggu di bawah," ibu menghapus air matanya dan menggandeng tangan Gadis menuju meja makan untuk makan bersama meskipun tanpa abangnya.

☆☆☆☆☆

Kokokan ayam jago membangunkan Gadis. Dia segera membuka matanya dan mengumpulkan nyawanya yang tercecer karena tidur panjangnya. Dia menggeliat sebentar lalu turun dari ranjang menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu dan segera melaksanakan sholat subuh sebelum matahari mulai tampak.

Setelah melaksanakan kewajibannya Gadis turun menjalankan rutinitasnya untuk membantu ibu nya di dapur. Menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Bapak nya sudah duduk manis di depan tv melihat ceramah dan jejak islam di dunia.

"Abang belum pulang bu?!" tanyanya setelah sampai di dapur sambil mengambil minum dan di minumnya hingga habis. Kebiasaan Gadis setelah bangun tidur yaitu minum air putih agar racun dalan tubunya larut.

"Sudah tadi jam dua."

"Ya udah Gadis bangunin dulu bu biar abang gak kelewat sholat subuh."

Ini adalah salah satu keahlian Gadis. Dia dengan mudah membujuk abangnya sedangkan kedua orang tuanya jika membujuk abangnya pasti berakhir dengan teriakan entah dari abangnya atau dari orang tuanya.

TokTokTok.

"Baaang....Bangun bang. Udah jam setengah enam. Sholat subuh dulu bang."

Tidak ada balasan dari dalam kamar abangnya. Gadis lantas membuka pintu kamarnya. Di hampiri abangnya yang tengah tidur tengkurap seperti mayat.

"Bannggg....Bangun!!" sambil mengguncang tubuh abangnya.

"Hmmm.....," gumam abangnya.

"Banggg...ayo bangun sholat dulu," bujuk Gadis.

"Hmmm....iya Dis abang bangun," sambil menggeliatkan tubuhnya. Membuka matanya menatap adik perempuannya yang tengah tersenyum manis ke arahnya.

"Kamu udah sholat Dis?!" tanya Ardan sambil duduk menyderkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Sudah bang. Ayo buruan bang udah siang ini."

"Iya abang mandi dulu terus sholat. Tolong buatin abang susu putih hangat yaa," sambil mengacak rambut gadis.

"Iya bang."

Ardan segera melangkahkan kakinya ke kamar mandi sedangkan Gadis turun ke bawah membuatkan pesanan abangnya.

"Abangmu sudah bangun Dis?!" tanya bapaknya.

"Sudah pak."

"Heran bapak sama Ardan kalo sama kamu pasti nurutnya."

Gadis mengedikan bahunya dan berjalan menuju dapur. Membuatkan susu putih hangat kesukaan abangnya.

*****

avataravatar
Next chapter