2 Berkenalan

Sudah seminggu lebih kalau menjelang sore, aku melihat lelaki itu. Kadang Dia duduk di dekat lukisan tua, Kadang dia ada di lantai 1, lantai 2 dan lantai 3. Aku tak tahu apa yang dikerjakannya. Harus aku tanyakan ke satpam yang ada di lobby, sebelum pulang.

"Pak Irvan..."

"Eh Neng Rena, gimana kabarnya Neng?"

" Alhamdulillah. Pak Irvan gimana? kok jarang keliatan?"

"Alhamdulillah Neng, iya Neng sebulan kemarin saya ditugaskan di Rumdin"

" Pak, saya mau tanya. Pernah liat laki laki tinggi, hidungnya mancung kaya bule gitu ngga disekitar sini?"

" Yah kalau ada kunjungan dari luar negeri mah iya atuh neng"

" Bukan Pak, itu orang Bule, pakai baju seperti baju tentara jaman dulu. Ada nya kalau sore menjelang magrib sampai malam"

"ah Neng mah ada ada aja."

" tapi saya lihat terus Pak"

"Neng, Neng Rena bisa ngeliat ya..."

"lihat apa?"

" yahh lihat hantu"

" amit amit dehhhh Pak. Pak Irvan ini aneh"

" Maap ya Neng, saya jadi inget temen saya pernah ngomong persis kaya neng. Tapi temen saya udah pindah, sekarang dia pindah dines. katanya males liat yang aneh aneh di gedung ini, jadi dia minta pindah tempat tugasnya Neng"

"hmmm....temen Pak Irvan namanya siapa? saya minta nomor telepon nya dong.

" Alif, ada neng ada. saya kirim nomor nya ke WhatsApp neng ya. Masih nomor yang dulu kan Neng?"

" Iya masih"

Pak Irvan buru buru mengambil hp disaku celananya.

" udah dikirim yang Neng"

"Makasih ya Pak Irvan"

Aku bergegas menaiki mobil ku, pulang istirahat mandi dan nanti menelpon Pak Alif.

Malamnya aku telepon Pak Alif. Nada sambung...

"Assalamualaikum wr.wb" Pak Alif mengangkat telepon

"Walaikumsalam wr wb Pak Alif. Pak Alif saya Rena, dari Gedung Tua. tau nomor telepon Pak Alif dari Pak Nur"

"oh siap Bu"

" Panggil Rena aja Pak"

" Oh iya Bu" Pak Alif mungkin kagok masih memanggil ku Bu

"Begini Pak Alif, Pak Alif pernah melihat laki laki bule di gedung tua?. Pakaian nya seperti pakaian jaman dulu?"

hening disana....seolah Pak Alif berpikir.

"maksud Bu Rena apa ya ?"

" Begini Pak, saya cerita ke Pak Irvan kalau saya selalu lihat laki laki, orang asing, setiap mau menjelang malam sampai malam di gedung tua. saya ingin tahu dia siapa?. kata Pak Irvan, Pak Alif yang pernah lihat."

"oh itu Bu, iya itu penunggu gedung tua Bu. Dia orang Belanda, suka jalan jalan didalam gedung"

"manusia kan Pak?"

" yah bukan atuh Bu, itu manusia pas jaman Belanda dulu. Kalau dibilang sih arwah penasaran"

"Pak Alif pernah ngobrol sama dia?."

" Yah, saya ga mau atuh Bu. Kalau lihat saya langsung lari. Makanya saya minta pindah tugas. Gak mau ketemu yang begituan"

"Oh..." aku terhenyak mendengar nya. jadi yang aku lihat itu....arwah penasaran.

"Iya Bu, takut saya lihatnya"

" makasih yah Pak Alif"

" sama sama Bu."

aku penasaran dengan arwah penasaran, aku searching di website apa itu arwah penasaran kalau disimpulkan jiwa orang yang meninggal yang memiliki masalah belum tuntas dalam hidupnya, sehingga jiwanya belum tenang.

Aku bergidik, semoga nanti tidak bertemu lagi dengan lelaki itu. lebih baik aku tidur sekarang, besok hari Sabtu dan Minggu waktunya aku istirahat. Aku sudah janjian dengan sahabat sahabatku akan naik sepeda pagi pagi ke taman hutan raya Ir.H Juanda, badanku harus fit.

Taman Hutan Raya biasanya kami menyebutnya Tahura, hari ini penuh dengan peseda. Semenjak Corona melanda, peseda tambah banyak. Masyarakat mulai menyadari arti hidup sehat.

"Masuk dulu yu" Tiwi memarkirkan sepeda, dia bahagia bisa sampai sana, jalan nya yang menanjak menjadi tantangan buatnya.

"Hayu" Nyo antusias ingin masuk

Tahura sebagai hutan yang menjadi penyangga air dan meminimalisir polusi udara Kota Bandung, masuk ke dalam Tahura ada Curug Dago, kami menuruni anak tangga.

"Haduh..."

"Kenapa Ren?" Tiwi bertanya

" Hmmm...kayanya aku naik lagi deh."

"Ah...kamu itu udah turun cape tau. udah kita nikmatin pemandangan air terjunnya dulu."

"Nyo, kamu pernah mimpi nenek nenek kan. Nah kalau aku liat yang kaya gitu disini gimana?"

" Yah pura pura ga lihat lah. udah diemin aja sihhh. lagian sejak kapan sih kamu bisa lihat?"

"sejak...ah kalau diceritakan panjang" aku malas menjelaskan nya

Aku melihat sesosok mahluk tinggimua sekitar 2 meter badannya besar semuanya dipenuhi bulu berwarna hitam, matanya bulat besar dan lidahnya panjang.

" Tiwi, dia lagi disamping kamu" aku berbisik lirih

" iya kayanya ya, kok badanku jadi dingin. Naik Yu Ren" kami bergegas naik

"Ehhhh....jangan tinggalin aku dong" Nyo Nyo berjalan cepat cepat takut ditinggalin

Tiwi memandangi ku "yang tadi, apaan sih yang kamu lihat?"

"mahluk besar tinggi lidahnya panjang"

" ikh.....seremmm"

pulang kerumah, aku langsung menuju kamar Ibuku

"Mah, aku ga mau. Ga mau lihat yang serem serem"

"apaan sih yang serem?"

"semenjak mamah pegang pundak Rena, aku jd bisa lihat Mah."

"Hahaha..."

"Lho kok mamah malah ketawa?"

"Itulah hidup Rena, tak selamanya hidup selalu menyenangkan."

"apaan sih Mah, udah sekarang aku ga mau lihat lagi"

"supaya kamu kuat Nak, apapun yang kamu lihat akan membuat mu kuat"

"Mamah ini...." aku pergi ke kamar dengan kesal. tak ada penyelesaian yang baik dengan ibuku.

Ini hari Senin, atasan ku sudah mengingatkan di group whatsapp agar seminggu ini lembur lagi. Aku tak keberatan dengan lembur karena mencintai pekerjaan ku, Steve Jobs pernah bilang satu satunya cara untuk melakukan pekerjaan yang hebat, adalah dengan mencintai apa yang kamu lakukan. Jadi aku akan bersungguh sungguh mengerjakan nya.

hmmm...tiba tiba bulu kudukku meremang. "Rena.."

ada yang memanggil namaku.

"Arifff, Ruddy..." meja ku dan meja Arif dan Ruddy berjarak lebih 6 meter. kami bersebrangan dan tertutup kubikel kubikel.

" Ya Ren"

"siapa yang manggil aku"

Arief dan Ruddy saling berpandangan.

"Dari tadi kita berdua diem aja"

" Tadi kamu manggil aku kan?"

"engga" Ruddy menimpali

"Ren, kayanya kamu mesti ke psikiater dehhh...." Arif mulai menjailiku

"dasar....."

"abisnya akhir akhir ini kamu mulai berhalusinasi"

"kamu aja duluan" ujarku ketus.

"stttt Renaaa....."

aku mendengar dengan jelas suara dibelakangku. seketika badan ku kaku, aku ingin teriak tapi tenggorokan ku rasanya tersekat, aku tak mau lihat ke belakang.

"aku tahu kamu bisa mendengar dan melihatku Rena"

aku ingin segera berdiri, namun kaki ini tak bisa digerakkan.

"Rena, kenalkan namaku Hendrik. Kamu tak usah takut denganku. Aku tak berniat menakutimu, aku ingin kau berteman denganku"

deg, jantung ini mau copot mendengar suara itu. keringat dingin mengucur deras dikeningku.

"Arief, Ruddy" suaraku terdengar pelan. ada apa ini dengan volume suaraku, kenapa pita suaraku bergetar.

"Rena....Rena.... bangun.... bangun..please..." aku melihat semua orang yang diruangan ada di depanku, Ruddy, Arief , Atasanku.

bau minyak pijat ada dekat hidungku. Aku bangun. " aku kenapa?"

Arief menjawab "aku ga tahu, tapi tadi kamu pingsan entah ketiduran. aku takut kamu kenapa kenapa."

"badan mu dingin, dan bibirmu pucat" Ruddy melihatku dengan khawatir.

"Kamu pulang aja ya, dianterin supir" wajah atasanku tampak panik, mungkin dia takut disalahkan kalau terjadi apa apa denganku.

"saya tidak apa apa kok Pak"

"Mang Ujang anterin Rena pulang ya". Mang Ujang supir atasanku

"Nanti juga saya bisa pulang sendiri kok Pak"

"udah dianterin Mang Ujang aja, mobil kamu diparkir disini aja aman kok. Nyetir sendiri dalam kondisi kamu kaya gini beresiko. besok kamu dijemput Mang Ujang, setelah Mang Ujang anterin saya ke kantor"

aku tak bisa melawan perintah atasan yang mengkhawatirkan kondisi ku

" Iya Pak"

" Rudd, anterin Rena ke bawah"

"iya Pak"

sampai dirumah, aku langsung tertidur merasa lelah dengan kejadian tadi.

Besoknya Jam 8 mang Ujang sudah ada depan rumahku "Mang Ujang, kan kemarin malam sudah saya bilang ga usah dijemput, saya bisa pakai mobil online"

" Yah kan perintah Bapa Neng, Bapa khawatir sama Neng Rena"

Nanti aku lembur lagi, aku sudah mempersiapkan diri dengan doa pengusir mahluk halus, aku sudah membawa minyak Bidara supaya tak ada mahluk halus mendekati ku"

pukul 19.00 "Rena aku mohon, jangan kau usir aku. aku ingin berteman denganmu"

suara sialan.....aku mulai mempertahankan diri, berusaha membuat suara yang keluar senormal mungkin "aku tidak mau. jangan kau ganggu aku, aku tak mau berteman dengan mahluk halus" aku tak mau melihat ke belakang, ke kiri, ke kanan, aku fokus dengan layar komputer.

"Rena, aku kesepian disini. semua orang lari kalau melihatku, aku tak punya teman"

"temanmu banyak, cari di dekat kuburan disekitar pohon Kamboja, Cendana, beringin, asam, pisang, bambu" aku menyebutkan nama nama pohon yang disukai mahluk halus.

"aku bukan yang seperti itu Rena. "

"aku hanya berteman dengan manusia titik. pergi sana" aku mengusirnya lagi.

"aku tak akan pergi, Rena please.."

"kamu itu sama dengan genderewo, Kunti, kalong Wewe, tuyul, dan semua dedemit lainnya"

"aku bukan seperti mereka Rena"

"Pergi sana, kamu mengganggu konsentrasi ku"

" Rena, kenalkan aku Hendrik Van Joseph. Aku lahir di Belanda, Aku dulu pengusaha yang berangkat ke Bandung untuk mengambil daganganku. usiaku saat meninggal 33 tahun"

"Aku tak perduli"

"Aku hanya ingin mencairkan suasana, aku perhatikan kamu tidak pernah tersenyum. Kenapa sepanjang hari kamu tidak pernah tersenyum?"

aku mendelik, "sepanjang hari katamu?.kamu ada di waktu malam.kenapa kamu bilang sepanjang hari?"

"Aku sebenarnya ada setiap waktu, setiap hari. Hanya saja aku tak menampakkan padamu waktu pagi dan siang hari. Mungkin besok aku akan memperlihatkan padamu"

"pekerjaan ku banyak pergilah...."

aku tak ingin diganggu, apalagi dengan sesosok mahluk itu.

"Baiklah aku pergi, maafkan aku jika mengganggu mu"

Aku senang dia pergi, akhirnya aku tak diikuti lagi.

Pagi pagi aku belum sempat sarapan, aku menyempatkan membeli bubur di dekat rumah, dibungkus supaya bisa makan di kantor.

Bubur ini pasti enak, aku mulai makan sambil melihat laporan di monitor. Tiba tiba dibelakang ku terdengar suara

"Selamat pagi Rena, enak buburnya yaa...."

suara itu lagi, aku melihat ke belakang dia sedang tersenyum.

"enak..kasian kamu tidak bisa makan, kamu kan sudah mati"

"yah aku sudah mati, tapi aku masih bisa mengobrol denganmu" dia tersenyum

"aku tak sudi mengobrol dengan orang mati"

"baiklah aku tak akan mengajakmu mengobrol. Aku hanya akan menatap dirimu dari sini" Hendrik berjalan kemudian duduk di kursi yang diperuntukkan untuk tamu yang datang berkonsultasi.

kurang ajar, habis makan aku memindahkan kursi kursi tamu yang ada di hadapanku. "sana pergi" Hendrik langsung berdiri, melihatku memindahkan kursi yang dia duduki.

"Baiklah aku pergi"

Saat asyik mengetik, atasan ku datang dan melihat kursi kursi yang telah dipindahkan.

"Kenapa ini Rena, mana ob nya, kok tempat duduk jadi seperti ini"

"sengaja Pak, biarkan saja gak apa apa"

"gak apa apa gimana, ini gak rapih dan aneh" dia langsung mengambil kursi dan menyimpan nya ke tempat semula.

"sudah jangan dipindah pindah" ujarnya

aku paham atasanku memang mempunyai ocd yaitu Obsessive Compulsive Disorder. Semuanya harus serba rapi, dan bersih. Bapa tidak mau melihat debu sedikitpun, atau melihat meja kerjaku yang berantakan, tanpa sungkan dia membereskan meja kerjaku. setelah nya cuci tangan berkali kali.

"Rena,aku duduk lagi disini ya" dia tersenyum senang. aku melengos

" huh dasar pengganggu"

istirahat dulu ya besok dilanjut.tunggu yaa...

avataravatar