8 8.Axel Sengak (Bagian 2)

William&Ara

Sedangkan di dalam mobilnya William? bayangkan saja Seorang gadis urak-urakan yang berisik bertemu dengan playboy yang suka menggoda, itu adalah sesuatu yang bagus bahwa dunia tidak kiamat karena ulah mereka (oke, itu sedikit lebay).

"Hahahaaaa." Ara terus tertawa karena melihat raut muka Ain yang kesal setelah dia melontarkan ledekannya.

"Lo suka banget ya ledekin teman lo itu?" Tanya William tiba-tiba.

"He'em, abisnya gw geregetan banget sih sama mereka, padahalkan mereka sama-sama suka, tapi ya gitu deh, yang satu suka tapi gengsi, yang satunya lagi suka tapi berusa menghindar, gw beneran gak ngerti sama cara mereka saling mencintai." keluh Ara.

"Lo emang gak tau gitu kenapa Ain menghindar dari Gabriel?" Tanya William.

"Enggak, Ain selalu menghindari semua topik tentang Gabriel, setiap kali gw bilang 'kenapa perasaan gw, lo sepertinya selalu menghindari Gabriel' dia selalu bilang 'gw merasa biasa aja kok, perasaan lo aja kali' gitu, tapi gw selalu merasa kalau Ain tuh nyembunyiin sesuatu, makanya gw selalu godain dia, siapa tau kesal selalu di goda bisa buat dia mengaku, tapi dia selalu bertahan bahkan setelah empat tahun berlalu." Curhat Ara.

"Hmmmm, gw juga heran kenapa Gabriel tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Ain selama ini." Kata William dengan heran.

"Emang Gabriel benaran suka sama Ain? kirain cuma persepsiku aja." Tanya Ara.

"Benarlah, walaupun awalnya selalu membantah, lama-lama ngaku juga tuh anak." Kata William.

"Tuh kan, emang cinta tapi geng-" "Ckiiitttt." Perkataan Ara terhenti karena William tiba-tiba ngerem mendadak.

"Gila lo ya, main ngerem mendadak, untung jalan udah lenggang, kalau tabrakan bagai mana?" Omel Ara pada William.

"Eh pe'a, lo tuh yang gila, main cubit-cubit segala, malah kuat banget lagi cubitannya, gw kan jadi kaget." Kata William membela dirinya.

"Eh? hehe sorry ya, gw terbawa suasana banget." Ara tiba-tiba melepas cubitannya pada paha William setelah dia menyadarinya, dan cengengesan minta maaf.

"Hais, sabar-sabar William, emang gini kalau jalan sama cewe aneh." Bisik William pada dirinya sendiri.

"Apa lo bilang?!" Teriak Ara yang mendengar bisikan William secara samar.

"Eh E-enggak kok, enggak ada, ngomong-ngomong tawaran gw waktu itu masih berlaku loh." Kata William mengalihkan pembicaraan.

"Tawaran apa." Tanya Ara bingung.

"Tawaran buat jadi pacar gw itu, lo mau?" Kata William mengulangi tawarannya.

"Nyut-nyutannya udah ilang ya, mau di ulang lagi?" Kata Ara dengan nada mengancam.

"Eh, gak deh, gak jadi." William merapatkan kedua pahanya saat mengingat rasa dari tendangan maut milik Ara pada juniornya.

"Heemz, nyetir yang benar." Titah Ara.

"Iya, iya." Kata William yang mengakhiri pembicaraan mereka.

Setelah itu perjalanan di lanjutkan dengan keheningan, sampai mereka tiba di Mall, Ara langsung berlari ke Gramedia setelah dia turun dari mobil, tentu saja dia sudah tahu tempat paforit Aya menunggu mereka ketika dia sampai lebih dulu setiap kali mereka janjian ngeMall bareng.

______________________________________________

Gabriel&Ain

Yah, tidak seperti yang lain, itu benar-benar sunyi di dalam mobil Gabriel, Gabriel hanya fokus menyetir, dan Ain yang lebih memilih memejamkan matanya.

Benar-benar tidak tahu apa yang bisa di ceritakan dari kisah dua orang ini, (author bingung sendiri).

Hingga sampai di tengah kemacetan lalu lintas, Gabriel mencoba memulai obrolan dengan Ain.

"In, lo kok diem aja sih?" Tanya Gabriel menengok ke arah Ain.

"Lo sebenarnya kenapa sih, gw ada buat salah ya sama lo?" Tanya Gabriel lagi, setelah diam cukup lama menunggu jawaban Ain dan berfikir Ain tidak akan menjawabnya, Ain tiba-tiba berkata.

"Gak kok kak, kakak gak ada salah apa pun, gw cuma males bicara aja." Jawab Ain.

"Lo males bicara sampai-sampai lo ngacuhin gw sendirian In?" Tanya Gabriel. "Tapi lo enggak pernah males saat bicara dengan yang lain." Sambungnya.

"Udahlah kak, gw ngantuk." Kata Ain kembali memejamkan matanya tanda tidak mau melanjutkan obrolan mereka.

Melihat sikap Ain, Gabriel hanya bisa mendesah dan kembali fokus ke jalan, dan mereka pun melanjutkan perjalan mereka dalam diam.

Ain membuka matanya dan turun dari mobil setelah sampai di Mall, dan menyusul Ara yang di lihatnya memasuki Gramedia yang ada di Mall itu.

______________________________________________

Saat memasuki Gramedia, Ara melihat Aya, Anggi, Axel, dan Mario duduk di bangku yang tersedia di pojok ruangan, yang menurutnya sangat tidak biasa untuk Aya, pasalnya dia selalu menemukan Aya memilih novel saat menunggu mereka sebelum-sebelumnya, sekarang dia hanya duduk di pojok dengan muka dongkol dan bibir yang sedikit bengkak yang baru dia lihat setelah dia juga ikut duduk.

"Kenapa sih lo Ya, dongkol gitu mukanya?" Tanya Ara.

Bruk..

"Ini lagi satu." Kata Ara saat Ain tiba-tiba duduk dengan muka malasnya.

"Tau tuh Ra, Aya udah masang muka dongkol sejak tadi, gw kan cuma nanya kenapa bibirnya terlihat bengkak aja." Kata Anggi, yang sukses membuat Aya semakin ingin memukul pelaku pembengkakan bibirnya yang sejak tadi dengan segala kekurang ajarannya terus memainkan rambut ikalnya.

"Oowwwhhh." Ara yang tiba-tiba saja seperti orang bijak dan tau situasi tidak bertanya lebih lanjut mengenai sikap aneh kedua sahabatnya.

"Jadi gimana nih sekarang, kita lanjut cuci mata?" Tanya Anggi.

"Gak, gw udah di jemput kak Bryan." Kata Aya beranjak pergi.

"Gw nebeng Ya." Kata Ain mengikuti Aya.

"Hah? yawdah deh, gw ikut kalian juga." Kata Ara ikut-ikutan.

"Eh, Jangan tinggalin gw dong, kak gw ikut Aya." Kata Anggi berlari menyusul Sahabat-sahabatnya.

"Serius nih, kita di tinggal?" Tanya William bingung.

"Iya lah pe'a." Kata Mario menoyor kepala

William.

"Jangan noyor kepala gw pe'a, entar gw jadi bodoh, kagak ada yang suka sama gw lagi." William memprotes Mario.

"Berisik, pulang." Axel berdiri dan berjalan dengan gaya coolnya.

"Aish, btw lo kenape Gab?, lemes gitu kek orang kurang lemak." Tanya Mario melihat Gabriel yang diam sejak tadi.

"Tau tuh, eh tadi Ain juga lemes tuh, jangan-jangan kalian abis mesum ya?" Tanya William yang di hadiahi toyoran oleh Mario.

"Anjing lo mesum, di otak lo mesum semua ya isinya?" Tanya Mario pada William.

"Tau aja lo anying, eh btw, bibirnya Aya bengkak tuh, jangan-jangan yang abis mesum tuh si Axe." Kata William sembarangan.

"Nyium dikit aja." Axel memberikan jawaban yang membuat ketiga sahabatnya syok.

"Nani? serius lo Axe?" Tanya Mario tidak yakin.

"Hmmm." Axel hanya memberikan dehaman sebagai jawaban.

Axel melajukan mobilnya meninggalkan pelataran Mall dan tentu saja sahabat-sahabatnya yang masih syok dengan pernyataannya.

Sedangkan sahabat-sahabatnya?, tentu saja setelah tersadar dari syok mereka, mereka melajukan mobil dan mengejar Axel untuk penjelasan lebih lanjut.

NEXT

avataravatar
Next chapter