19 19. Pentas Seni Valentine

Pagi yang indah untuk memulai hari bagi seorang -Ayana Cecilia Pradipta-, tanpa gangguan dari seseorang yang belakangan ini selalu membuatnya emosi! Dia bersenandung bahagia di sepanjang koridor menuju kelasnya.

"Hoiiii! tumben banget lo pagi-pagi nggak berasap, pake acara bersenandung ria segala lagi!"

Sebuah suara dan tepukan di pundaknya membuat Aya terjengkit kaget.

"Astogel! Ngagetin aja lo kampret! yang lain mana Ra?" tanya Aya pada Ara yang sedang cengengesan nggak jelas karena berhasil membuatnya kaget.

"Belom sampe, kita ke kantin dulu aja kuy," Ara menarik Aya ke kantin tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu.

Sampai di kantin, Aya melihat Axel, Mario, dan William duduk di bangku pojok kemarin, dia langsung saja dengan gaya cuek bebeknya berjalan ke tempat duduknya yang biasa tanpa berkeinginan untuk menyapa mereka sama sekali.

"Pesen apa Ya?" tanya Ara.

"Snack sama teh manis anget aja deh, gw udah sarapan tadi."

"Okay."

Setelah Ara kembali membawa makanan beserta pesanannya, Aya menemani Ara yang sedang sarapan dengan memakan snacknya di selingi obrolan-obrolan acak.

"Pagi guys," Ain dan Anggi menyapa mereka setelah duduk.

"Cihuii, yang iparan berangkat bareng mulu dah," goda Ara yang membuat Ain tersipu.

"Ih, bangke lu ye, pagi-pagi udah membuat kakak ipar gw malu," kata Anggi yang bukannya membuat Ain lebih lega malah semakin merah karena malu.

Mareka bercanda sebentar sebelum memasuki kelas mereka.

______________________________________________

"Selamat pagi semuanya."

"Pagi Buk!"

Guru mulai menjelaskan meteri pelajaran untuk hari itu (perasaan gini amat dah, anak sekolahan di novel pacaran mulu, pelajarannya di skip-skip).

Triiiing...

Perhatian!! untuk semua siswa-siswi yang merasa dirinya anggota ekskul kesenian, di mohon untuk segera menuju ruang latihan.

Bunyi bel istirahat yang di ikuti suara pengumuman Axel, selaku ketua osis AIHS bergema di sepanjang koridor sekolah.

"Guys! tungguin!" suara teriakan yang menghentikan langkah ketiga gadis yang sedang berjalan menuju ruang kesenian.

"Eh? kirain udah nangkring di ruang seni duluan In," kata Ara.

"Gw ngumpulin tugas ke ruang guru dulu!" jelas Ain, dan mereka berempatpun menuju ruang seni bersama.

Sampai di ruang seni, ternyata masih banyak anggota yang belum datang, akhirnya mereka mencari tempat duduk yang nyaman dan bercanda sambil menunggu semua anggota berkumpul.

"Sudah kumpul semua?" suara berat khas remaja milik Axel, menginterupsi obrolan ria anggota lain yang sudah datang lebih awal.

"Sudah Axe!" kata Mario, selaku wakatos yang sudah sibuk mengabsen setiap anggota seni sejak mereka semua memasuki gedung latihan.

Yep, inilah salah satu alasan Axel memilih Mario sebagai wakil ketua osis walau sering bolos, dia adalah orang yang gercep dan bertindak sesuai keperluan tanpa diperintah, dia bahkan sudah hafal nama dan wajah setiap murid di AIHS, apa lagi hanya beberapa anggota klub seni.

"Baiklah, karena kalian sudah berkumpul semua, saya akan to the point saja! dan menjelaskan alasan kalian berkumpul di sini."

"Seperti yang kalian ketahui, siswa-siswi AIHS terdiri dari berbagai negara, budaya, dan agama yang berbeda--"

"Jadi, untuk saling menghargai culture masing-masing, kami selaku anggota osis selalu mengadakan acara yang bersangkutan dengan culture masing-masing di antara kita semua."

"Ini bukan kebijakan baru, tapi sudah ada bahkan sebelum saya menjabat sebagai ketua osis! Kalian semua tentu sudah tau."

"Hari ini, saya mengumpulkan kalian untuk membahas acara kali ini, terutama para anggota seni! karena kita akan mempertunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan seni dan tentunya peran kalian adalah yang paling berpengaruh."

"Kalau ada yang memiliki saran dan pertanyaan silahkan ajukan!" titah Axel mengakhiri penjelasannya.

Keheningan terjadi untuk sementara waktu sampai seorang siswa mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan.

"Kak!"

"Ada pertanyaan? Oh, siapa namamu?" kata Axel menanyai siswa itu.

"Saya Reno kak! Saya siswa baru dan baru bergabung dengan klub drama! Saya ingin menanyakan acara apa yang akan kita buat?"

"Terima kasih untuk pertanyaannya Reno! dan untuk acara kali ini, karena kita akan mengadakan acara untuk hari Valentine, tentunya itu akan berhubungan dengan kisah-kisah romantis."

"Saya dan para anggota osis yang lain sudah berdiskusi, dan kami sudah memutuskan untuk mempertunjukkan sebuah pentas drama musikal yang akan di adakan pada malam Valentine nanti." kata Axel menjelaskan.

"Drama apa yang akan kita tampilkan kak?" tanya Xuan, salah satu anggota klub seni musik tiongkok yang merupakan salah satu murid pertukaran pelajar di AIHS.

"Kalian mungkin bingung kenapa semua klub yang berhubungan dengan seni dikumpulkan di sini, padahal kita hanya menampilkan sebuah drama."

"Kali ini kami memutuskan untuk menampilkan sebuah drama musikal yang berbeda dari yang ditampilkan sebelum-sebelumnya."

"Kita akan menampilkan sebuah drama yang berasal dari china dan sangat-sangat identik dengan festival Qixi atau hari Valentine china!"

Saat Axel menghentikan ucapannya, Xuan langsung menyebutkan sebuah judul drama yang melintas di fikirannya saat Axel menyebutkan fesival Qixi, "Kak, apakah itu drama Gembala sapi dan Gadis penenun?"

"Ya, ada pertanyaan lain?" jawab Axel.

"Kak yang jadi Gadis penenun dan Gembala sapinya siapa?" tanya Ara.

"Mario, lo ketua klub drama kan?" tanya Axel pada Mario.

"Iyo, kenopo?"

"Gimana kalau yang jadi gembalanya lo aja?" tanya Axel.

"Yah, tergantung siapa gadis penenunnya lah!" kata Mario dengan cengirannya.

"Kak, gimana kalau yang jadi gadis penenunnya Anggi aja, kan warna matanya unik gitu buat daya tarik penonton," usul Ara.

"Ih, kak Mario bakalan pilih gebetannya lah, ngapain lo nyebutin nama gw, malu tauu," bisik Anggi pada Ara yang sembarangan ngusulin namanya.

"Oke!" kata Mario yang tidak pernah dipikirkan oleh Anggi dan kontan saja membuatnya sangat kaget.

"Oh? Eh! ya-yaudah deh kak," jawab Anggi gelagapan.

"Anjim lo, kesenengan jadi pasangannya Mario jadi gelagapan malu-maluin," kata Ara menggoda Anggi.

"Sialan lo, nggak tau orang lagi grogi apa!" kata Anggi menyikut lengan Ara.

"Jadi, tokoh utamanya sudah di putuskan dan untuk tokoh lainnya kita akan memutuskan di rapat setelah pulang sekolah nanti!" kata Axel mengakhiri diskusi mereka karena bel tanda istirahat selesai berbunyi.

______________________________________________

"Yihuuuuuii, cieeeee yang akan jadi istrinya kak Rio dari tadi senyum-senyum sendiri mulu," goda Ara yang melihat Anggi yang sudah mengulum senyumnya sejak keluar dari ruang seni.

"Apasih gaje," kata Anggi yang di buat malu dengan candaan Ara.

"Eaaaaak, mukanya merah ih," goda Aya.

"Hahahaaaa," tawa Ain melihat ketiga sahabatnya yang sedang sibuk dengan adegan godaan mereka.

"Gi!" suara teriakan yang menghentikan langkah mereka berempat.

Ara menyikut Anggi dan berbisik "Dipanggil suami lo tuh," yang membuat Anggi semakin malu.

Anggi menghampiri Rio saat ketiga sahabatnya berlalu setelah lebih dulu menggodanya.

"Iya kak?" tanya Anggi.

"Nanti ku jemput ya, kata Axe kita harus latihan secepatnya karena peran kita yang paling penting," kata Mario. Yah, kagak tau benar apa kagak, mungkin cuma alibi biar bisa pedekate sama Anggi, (Sompret lo thor, suka banget dah buka kartu orang).

"O-oke deh kak."

"Hu'um, yawdah gih Gabriel nungguin tuh," kata Mario yang melihat Gabriel sudah menunggu Anggi di halaman sekolah.

"Duluan ya kak!"

"Iya, titidije!"

"Hu'um."

Uyuyuuu udah 1k jadi kita lanjut di part 20 aja yoooo

Byeeee

NEXT

avataravatar
Next chapter