webnovel

Alina Larasati Atmadja

Cinta datang bukan tanpa sebab, kebiasaan dan juga kebersamaan yang membuat cinta tumbuh dengan sendirinya. Begitu juga dengan Alina Larasati Atmadja, seorang putri pemilik restoran terbesar di kota X. Siapa yang tidak tahu dengan keluarga Atmadja, selain memiliki restoran keluarga ini juga sebagai perusahan di bidang desain terbesar di Asia.

Pagi ini di rumah yang super megah ini, semua keluarga sedang berkumpul, apa lagi kedua kakak kembar Alina kebetulan sedang berkunjung ke rumah mereka.

"Morning Papi, Mami, Bang Fahri, Kak Anggun, Mas Wahyu," sapa Alina. Alina adalah seorang wanita yang periang, mudah bergaul dan juga ramah.

"Morning Al," jawab semuanya bersamaan.

Alina pun duduk di samping sang Mami, sebagai anak bungsu di keluarga Atmadja, Alina sangat di manja dan juga di limpah kan kebahagiaan yang sangat banyak.

"Kak Della mana," tanya Alina. Ia sejak tadi belum melihat sang kakak Ipar, Della adalah istri Fahri Abangnya yang pertama.

"Di kamar kurang enak badan, biasa ngidam," jelas sang Mami. Nyonya rumah ini masih terlihat sang muda walaupun usianya sudah tidak muda lagi.

Alina pun duduk di tempatnya sudah menjadi kebiasannya di rumah ini jika Alina akan duduk berada di dekat sang Papi, dan Maminya akan berada di depannya.

"Kamu ke kampus dek," tanya Bang Fahri.

Alina hanya menganggukkan kepalanya, Abangnya itu selalu saja perhatian. Alina tidak pernah kekurangan kasih sayang semua keluarga selalu mencintai Alina. Begitu juga Wahyu dan Della sebagai ipar Alina, mereka juga sangat menyayangi anak Bungsu keluar Atmadja.

"Kamu nanti berangkat sama Abang." Ucapan yang dilontarkan oleh Fahri membuat Alina menghentikan makannya, jika sang Abang yang mengantar itu berarti dirinya harus segera menghubungi Rian.

"Hand phone nya Alina." Teguran itu langsung dilayangkan oleh sang Papi. Di rumah ini jika sedang bersama di meja makan, maka tidak ada yang boleh bermain hand phone itu sudah menjadi peraturan mutlak di sini.

Alina juga melihat aura sang Papi dan Abangnya tidak bersahabat, bahkan kedua laki laki itu seperti sedang menahan sesuatu. Mata Alina dan sang Kakak Anggun pun saling bertemu, keduanya seolah saling bertanya tentang keadaan yang saat ini terjadi.

***

Setelah sarapan Alina masih menunggu Fahri, Abangnya itu mengecek keadaan sang istri lebih dulu di dalam kamar baru, pergi mengantar sang adik ke kampus. Hal ini dilakukan oleh Fahri agar adiknya itu, tidak berbuat yang macam macam.

"Putus kan."

Saat ini Alina dan Fahri sedang berada di dalam mobil yang sama, keduanya diam sejak mobil ini melaju melintasi jalan komplek pagi ini.

"Maksud Abang apa?" tanyanya saat ini Alina sedang melihat kearah sang Abang, jujur dirinya tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga sang Abang mengatakan hal yang tidak di mengerti oleh Alina.

"Putusan pacar kamu itu atau Abang yang akan membuatnya menyesal sudah mengenal Keluarga Atmadja."

Deg

Alina menatap sang Abang dengan tatapan yang sang sulit diartikan, bagaimana tidak saat ini ia sangat kaget dengan apa yang baru di dengarnya. Sejak kapan Abangnya tahu mengenai hubungan Alina dengan Rian.

Alina dan Rian sudah sejak SMA berpacaran tapi keluarga Alina tidak akan pernah mau menerima hubungan tersebut, bukan karena status sosial yang membuat hubungan keduanya tidak akan terjalin. Tapi karena faktor Agama, Alina seorang muslim sedangkan Rian yang beragama Katolik membuat hal itu tidak bisa diterima.

"Ingat Al, kalian tidak akan pernah bisa bersatu. Di Indonesia tidak melegalkan pernikahan berbeda agama. Salah satu dari kalian harus pindah, ingat jangan sampai kamu menzolimi diri kamu sendiri karena mencintai laki laki yang bukan suami mu."

Ucapan yang dilontarkan Fahri membuat Alina terdiam, perempuan ia menoleh kearah luar jendela, saat ini pikirannya tidak bisa tenang.

"Kamu hanya tinggal pilih, melepaskan dia atau mengkhianati Tuhan mu. Ingat Al, Allah tidak suka dengan hambanya yang lalai. Di akhirat nanti, bukan cuma kamu yang menanggung dosa tapi Abang dan Papi."

Tes

Tes

Tes

Air mata Alina menetes mendengar ucapan Fahri dirinya terdiam dengan masih menatap kearah jendela luar langit pun seolah, ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Alina.

Hujan turun di pagi hari yang cerah ini, dengan sangat deras hingga membuat jalanan menjadi macet.

"Dengan kamu masih belum mau berhijab saja sudah menambah dosa kami. Bukan apa apa Al. Allah sudah memberikan perintah bagi kita untuk menutup Auratnya, kamu tidak mau kan membuat Abang atau Papi ikut berdosa.?"

"Abang juga masih memperbaikin diri Al, sebagai seorang anak dan suami Abang juga masih banyak kekurangan."

Alina menoleh kearah sang Abang, air mata itu masih ada di sudut matanya. Fahri tau jika sang adik sedang menangis, saat ini lampu sedang merah membuat Fahri memeluk erat sang adik.

***

Cukup lama Alina dan Fahri berada di jalan. Setelah menangis cukup keras di bahu sang Abang Alina sedikit tenang, dirinya seolah dihadapkan dengan sebuah kenyataan bahwa tak selamanya keinginan dirinya ada jalan hidupnya.

Alina keluar dari mobil tersebut, berjalan dengan hati hati, saat ini jalanan menjadi basah akibat hujan yang baru saja turun, dengan langkah gontainya Alina berjalan menuju kelasnya.

"Lin." Sapa Alexa perempuan itu tersenyum kearah sang sahabat.

Di sana bukan hanya ada Alexa, tapi juga ada Dewi, Hani, dan Monica. Serta laki laki yang sudah hampir 6 tahun ini menjalani hubungan dengannya.

"Kamu kok pucat yang," ucap Rian yang khawatir melihat keadaan Alina saat ini. Alina hanya tersenyum, perkataan Fahri tadi membuka matanya bahwa apa yang selama ini dirinya lakukan salah.

"Aku gak apa apa," balasnya dengan senyuman yang tak pernah luntur dari bibir Alina.

Rian pun menganggukkan kepalanya, tak lama mata kuliah hari ini lun segera di mulai.

***

Pukul tiga sore Alina pulang ke rumah, dengan menggunakan ojek online, Rian tidak bisa mengantar karena akan menjemput sang Bunda di gereja. Awalnya Rian mengajak, biar sekalian bertemu tapi Alina menolak.

Hatinya saat ini sedang tidak baik itu lah kenapa dirinya tidak mau berlama lama di dekat sang kekasih, Rian yang penuh akan perhatian dan juga kasih sayang hanya mengangukkka kepalanya.

Sudah satu jam yang lalu Alina berada di dalam kamar ini sambil duduk di balkon dan mendengarkan lagu yang tadi ia dengarkan di saat pulang menggunakan ojek online.

Sekarang dan selamanya

Beta yakin cuma ale

Yang terbaik

Paling terbaik

Cinta su di tengah jalan

Seng mungkin beta akhiri

Hubungan ini

Nona jantong hati

Biar orang tau katong berbeda sayang

Tapi beta tetap cinta

Walau beda agama

Terserah dong semua

Mo bilang apa di balakang

Beta seng paduli

Beta tetap cinta

Nona par beta se anugerah

Dari Yang Kuasa

Percaya beda keyakinan

Tapi se takdir for beta

Doa par nona tulus suci

Mau sehidup semati

Katong pung cinta

Satukan perbedaan

Sekarang dan selamanya

Beta yakin cuma ale

Yang terbaik

Paling terbaik

Cinta su di tengah jalan

Seng mungkin beta akhiri

Hubungan ini

Nona jantong hati

Biar orang tau katong berbeda sayang

Tapi beta tetap cinta

Walau beda agama

Terserah dong semua

Mo bilang apa di balakang

Beta seng paduli

Beta tetap cinta

Air maat itu terus menerus mengalir, lirik lagu itu sungguh menggambarkan apa yang saat ini terjadi di hati Alina.

###

Ini karya pertama saya di tahun 2021 semoga kalian suka. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya. Terima kasih.