8 8. Kesempatan terakhir

Aku duduk di sofa tengah, menonton Ucil dan Mozek yang sedang asyik bermain playstation. Sesekali aku menoleh dan termenung memandangi jam dinding yang terus berputar. Aku sangat bingung dengan apa yang harus aku katakan kepada kedua orang tuaku, terutama ibuku. Beliau sudah rela menjual perhiasan-perhiasannya hanya untuk membelikanku sebuah motor sport agar aku dapat bersemangat mengulang kelas. Namun pada akhirnya... Perjuangan beliau sia-sia. Aku kembali melakukan kesalahan fatal yang dapat menghancurkan masa depanku.

Tidak lama kemudian Niken dan Putri berjalan masuk dari pintu samping, membuyarkan lamunanku.

"Nih aku beliin makan." kata Niken, duduk di sebelahku.

"Jalan kaki?" tanyaku pelan.

"Iya." jawab Putri, menaruh sekantung plastik yang ia bawa di atas meja. "Cil, nih jajan." imbuhnya.

"Kamu tadi bilang ke Sinar kalo aku ada disini?" tanyaku kepada Putri.

"Nggak. Udah nggak usah ngomongin dia deh." sahut Niken, membukakan bungkus makanan untukku. "Nih." imbuhnya, memberikan makanan tersebut kepadaku.

Aku melihat Niken juga tampak kesal terhadap Sinar. Mungkin karena tindakan Sinar tersebut telah berhasil menjauhkanku darinya.

"Aku penasaran. Ini kenapa bule-bule pada suka makan kebab, burger. Padahal nasi rames enak tau." keluh Ucil, melihat-lihat makanan yang ada di atas meja.

"Udah, tinggal makan aja ngomel mulu. Si Agnes belum kesini?" tanya Niken.

"Lagi makan sama si Revy. Tu anak enak banget hidupnya. Ngontrak tapi kaya tinggal di rumah, ada yang ngurusin." keluh si Ucil, dengan semangat menggigit kebab yang ia pegang.

"Ya makanya cari pacar lah, biar tiap hari kerjaannya nggak main PS trus ama Mozek." kata Niken, sedikit terkekeh.

Sembari mendengarkan pembicaraan anak-anak, aku memakan makanan yang dibawa oleh Niken dan Putri sambil melihat-lihat isi pesan dari Sinar.

*Beep* "Shiro.. Kamu dimana? Maafin aku ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ. Aku nggak nyangka bakal jadi kaya gini." Sinar

*Beep* "Shiro... Aku nggak mau makan kalo kamu nggak mau nemuin aku. ๐Ÿ˜ž๐Ÿ˜Ÿ" Sinar

*Beep* "Please Shiroo.. Kamu dimana?? ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ" Sinar

*Beep* "Sinar temuin bentar geh. Kasihan." Putri

Tanpa sepengetahuan Niken, Putri diam-diam mengirimi aku pesan.

"Aku harus gimana Put? Aku bingung harus ngomong apa sama orangtua di rumah." to Putri

*Beep* "Aku juga nggak tau. Tapi semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Kamu coba jujur aja dulu. Kalau kamu takut ngomongnya, biar aku yang cerita ke orang tua kamu." Putri

"Kok kesannya aku lemah banget sih ๐Ÿ™„" to Putri

*Beep* "๐Ÿ˜… Lha gimana? Aku cuma pengen bantu kamu lewatin masalah ini." Putri

"Sebuah ciuman mungkin bisa memberikan solusi. ๐Ÿ˜" to Putri

*Beep* "๐Ÿค” Masa iya?" Putri

*Beep* "Temuin geh. Coba bayangin kalo aku ada di posisi Sinar. Apa kamu tega biarin aku nangis trus?" Putri

"Kalo kamu ada di posisi dia, kamu nggak bakal laporin aku ke bu Fitri hanya untuk cari muka." to Putri

"Kamu SMSan ama Sinar ya?" tanya Niken, penasaran melihatku yang sejak tadi pegang hape.

"Enggak. Sama Putri ni loh. Katanya mau kasih cium buat nyemangatin aku." kataku sedikit tersenyum.

*Beep* "Malah ngadu ke Niken ๐Ÿ˜ค๐Ÿ˜ก" Putri

"Mhmm.." Karena merasa curiga, Niken pun menoleh ke arah Putri yang duduk sendiri di sofa sebelah.

"Awas tikungan tajam Ken." sahut Ucil, masih fokus bermain.

"Apaan sih Cil.." kata Putri, tersenyum malu.

"Dah nggak usah mikir tu anak napa sih. Kamu dah di gini'in masih aja mikirin dia." kata Niken, meminum jus yang ada di meja.

"Iya, iya. Lagian siapa sih yang mikirin dia." jawabku pelan, menaruh hape di atas meja.

Beberapa anak lainnya mulai berdatangan. Mereka mencoba untuk terus menghiburku. Hingga tak terasa waktu pun sudah mulai petang.

"Kamu beneran nggak pulang?" tanya Niken.

"Belum punya kata yang tepat buat ortu." jawabku, mengambil handuk di lemari sebelah TV.

"Yaudah, aku balik dulu ke kost. Abis ini aku kesini lagi." kata Niken, beranjak berdiri.

"Nggak usah. Abis ini aku mau langsung tidur soalnya. Pusing banget kepalaku." kataku, sejenak duduk di sofa.

"Yaudah. Kamu istirahat aja kalo gitu." kata Niken yang kemudian menarik lengan Agnes. "Dah ayo anterin kita duluk."

"Tau nih. Pacaran mulu ni anak." keluh Putri, agak kesal melihat Agnes dan Revy bermesraan di hadapan mereka.

"Iya, iyaa." Agnes mulai berdiri dan mengambil kontak mobilnya di atas meja. "Aku pulang dulu sayang." imbuhnya, mencium pipi Revy dan kemudian berjalan keluar lewat pintu samping.

Niken dan Putri yang merasa cemburu dengan kemesraan mereka hanya dapat memandangi Agnes dengan raut wajah datar.

Sesaat setelah Niken dan yang lainnya pulang, aku pun pergi mandi. Dan saat aku sudah selesai mengganti baju, sejenak aku terdiam di hadapan kaca. Aku terus bertanya-tanya kepada diriku tentang apa yang harus aku lakukan saat ini.

Walaupun aku mengatakan kepada mereka jika persahabatan kita akan tetap berjalan dengan normal seperti biasanya. Namun besar kemungkinannya jika mulai besok, akan mulai tumbuh rasa minder di hatiku untuk tetap dapat berkumpul bersama dengan mereka.

Aku menutup mata dan menghela nafas. Masih berharap jika semua ini hanyalah mimpi.

*Beep* Hapeku bergetar. Perlahan aku berjalan menghampiri tempat tidur dan mengambil hapeku.

Aku melihat salah satu pesan yang masuk berasal dari bu Russiana. Tanpa panjang lebar aku pun bergegas untuk membuka pesan tersebut.

"Shiro.. Besok kamu berangkat sekolah dan masuk ke kelas saya. Para guru tadi sudah melakukan rapat tentang keputusan untuk mengeluarkan kamu, dan banyak guru-guru yang menolak keputusan kepala sekolah untuk mengeluarkan kamu. Dan pada hasilnya kami memutuskan untuk memberikan kamu kesempatan terakhir. Jadi kali ini kamu harus berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahanmu lagi. Semangat!" Bu Russ

Aku hampir tidak bisa berkata karena terlalu bahagia membaca pesan dari bu Russ. Dengan sangat antusias, aku pun langsung bergegas membalas pesan beliau.

"Thanks mom. I'll do my best. :)" to Bu Russ

Aku merasa sangat senang akan kabar baik yang aku dapatkan malam hari ini. Tanpa pikir panjang aku pun membagikan perasaan bahagiaku ini kepada Putri dan Niken lewat pesan SMS.

*Beep* "Serius?? Yeeeeehh! Takdir emang nggak mau misahkan kita ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜˜" Niken

*Beep* "Alhamdulillah. Lega aku rasanya ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜…. Lain kali jangan diulangin lagi. Bikin orang stres aja ๐Ÿ˜ค๐Ÿ˜‚" Putri

"Hehe.. Maaf buat kalian khawatir." to Putri

"Takdir emang jahat ๐Ÿ˜…. Maaf karena telah buat kamu khawatir Ken." to Niken

*Beep* "Enggak apa-apa. Yaudah aku mandi dulu. Ini tadi aku udah pake shampo ๐Ÿ˜…" Putri

*Beep* "Gapapa. Tapi agak sedih juga nggak bisa sekelas sama kamu lagi. hiks hiks." Niken

"Daripada nggak bisa ketemu?? Dah, buruan mandi biar cakep. Abis ini aku jemput kalian. Kita nongki di cafe depan kontrakan." to Niken

*Beep* "Laksanakan! ๐Ÿ˜" Niken

avataravatar