1 Bab 1

Terik sinar matahari tak mematahkan semangat para siswa SMU Tunas Bangsa yang tengah beradu merebut bola kecil berwarna cokelat. Pertandingan sudah berjalan sejak sepuluh menit lalu, tapi belum ada satu tim pun yang berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.

Tampak seorang gadis berambut ikal yang mengikat yang mengikat rambutnya tinggi-tinggi. ia berteduh di bawah pohon mangga sembari menonton pertandingan futsal kelasnya melawan kelas X IPA 2.

"Ave Maria!! panggil seorang gadis berambut pendek dari kejauhan. Tangannya melambai sambil berlari, menggenggam dua botol air mineral.

Merasa dipanggil, Ave Maria pun menoleh. Tersenyum kepada sang sahabat, gadis cantik berperawakan tinggi nan berkulit putih yang bernama Celina. Ia bersahabat dengan gadis berambut pendek itu sejak masuk SMU.

" Nih, buat lo." Celina menyodorkan botol yang langsung diambil oleh Ave Maria.

"Lo emang perhatian. Trims ya, Celina sayang. Gue doain lo bisa segera ketemu sama oppa lo." Ave Maria terkekeh.

Bukannya jengkel pada perkataan Ave Maria yang jelas-jelas terdengar mengejek, Celina malah tersenyum sumringah. Ia adalah salah satu golongan remaja pecinta Korea. Kalau tidak salah, namanya K-Pop? Katanya sendiri, saat awal berkenalan di kelas X. Celina adalah sepupu Suxzy. Adiknya Park Shin-hye. Kakaknya Kim Soo-hyun. Mantannya Lee Min-ho, pacarnya Lee Jong-suk.

Karena Celina K-Popers, yang enggak pernah ketinggalan sama drama-drama Korea. Ave Maria pun secara tidak langsung menjadi drakor lover alias pecinta drama Korea. Ia akan menanti drama-drama dari negara ginseng tersebut. Menonton drama dengan episode panjang saat libur sekolah adalah rutinitasnya.

"Sekarang jam berapa sih?" tanya Celina sambil menatap sahabatnya itu.

"Jam sebelas lebih lima." jawab Ave Maria sambil melihat arlojinya.

"Ke kelas yuk. Sebentar lagi pulang."

"Emang pulangnya jam berapa?"

"Kalau classmeet gini biasanya pulang jam sebelas lebih seperempat." Keduanya berjalan menuju kelas.

"Ave, nanti temenin gue ke toko buku, ya. Gue pengen beli bukunya Detektif Conan."

Ave Maria menatap Celina sambil menyengir. "Sorry, Cel. Gue udah ada janjian sama kak Robert. Mau diajak ke rumah sakit."

"Iya deh. Kalau udah sama calon suami, gue nggak mau ikut campur."

Ave Maria memukul lengan kanan Celina. "Terserah lo bilang deh." Sampai di depan pintu kelas, ia menghentikan langkah.

"Kenapa?" Celina menatap heran Ave Maria yang memelototkan mata menatap layar ponsel.

"Gawat Cel! Kak Robert udah nungguin. Kira-kira bel berapa lama lagi, ya?" tanya Ave Maria agak panik.

"Sepuluh menit lagi mungkin."

Mata Ave Maria berbinar ketika bel pulang sekolah berbunyi. Ia buru-buru berlari ke depan gerbang. Matanya makin berbinar ketika melihat seseorang di balik kemudi mobil. Ia membuka pintu mobil depan, terkunci. Gadis berusia 18 tahun itu mendengkus karena Robert tidak pernah mengizinkan Ave Maria duduk di sampingnya. Ia harus duduk di kursi belakang. Boleh duduk di samping kalau sudah menikah.

"Siang, saya..." Panggilan Ave Maria tak genap saat menyadari satu hal lagi. Ia tak boleh memanggil Robert sayang, cinta dan sejenisnya.

"Kak Robert," ucapnya gugup.

Seperti biasa, Robert menatap Ave Maria dari kaca spion tengah dengan ekspresi datar.

"Siang juga."

Mobil melaju meninggalkan lingkungan sekolah, melewati Jalan Kerinci kemudian masuk ke gang kecil.

"Kita mau kemana kak?" tanya Ave Maria.

"....." Robert hanya diam.

"Tumben kakak nggak di rumah sakit. Nggak ada pasien, kak?" tanya Ave Maria lagi.

Lelaki itu masih fokus mengemudi. Bukannya menjawab pertanyaan Ave Maria. Robert malah memperingatkan gadis itu untuk tidak banyak bertanya.

"Lagi nyetir Ave."

Ave Maria melipat kedua tangannya. Tampak jelas pada wajah gadis itu betapa kesalnya pada lelaki yang duduk di depannya. Dalam hatinya pun menggerutu.

"Oke, oke. Dasar cowok nggak bisa romantis, nggak ngerti perasaan cewek, kaku banget, pelit ngomong. Kok bisa sih gue nerima lamaran cowok kayak gini?!" sumpah serapah Ave Maria dalam hati saking kesalnya.

Ave Maria ingat betul kejadian dua bulan lalu ketika Robert tiba-tiba datang ke rumahnya, seorang diri. Menemui papa Ave Maria, mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Ave Maria. Awalnya, gadis itu tidak mengerti kenapa lelaki itu langsung melamar tanpa menjadikannya sebagai kekasih terlebih dahulu.

Namun, atas pengertian sang mama bahwa begitulah alur cerita yang benar menurut agama, ia pun mengerti dan menerima lamaran Robert. Dua belas menit kemudian, mobil Robert memasuki parkiran mal besar di kota S.

"Ke mall ngapain, kak? Mau nonton film terbaru, ya? Nonton film yang romantis aja yuk kak." Mata Ave Maria berbinar. Ia memang tipe remaja yang suka mejeng ke mall.

"..." lagi-lagi Robert hanya diam.

"Tahu gini tadi Ave bawa baju ganti. Kalau pakai seragam sekolah kan jadi kelihatan kayak murid bandel!" kata Ave Maria lagi sambil memasang wajah cemberut.

Tanpa merespon dengan satu kata pun, Robert menuju ke pintu masuk yang diikuti oleh Ave Maria yang berjalan setengah mengejarnya. Terlihat begitu jelas, pria itu tidak memiliki sisi romantis sama sekali.

"Tunggu dong kak." kata Ave Maria setengah merengek.

Robert menoleh, dan menghentikan langkahnya. Lelaki bertubuh atletis layaknya pemain sepak bola Eropa itu melihat datar ke arah gadis yang mendekatinya. Gadis itu berdecak kesal. Ia harus berjalan cepat demi mengimbangi langkah kaki yang panjang milik lelaki di depannya. Langkah keduanya berhenti di depan sebuah toko suvenir. Ave Maria menatap Robert curiga.

"Kakak ngajak aku masuk ke dalam?"

"Hmm....," dehemnya mengiyakan.

Minggu lalu, Robert memang meminta Ave Maria untuk memilih sebuah suvenir. Namun, ditolak oleh gadis kelas12 jurusan IPA itu. Dia tidak mau hadiah suvenir.

"Ave nggak mau!" tolaknya tegas lalu meninggalkan Robert.

"Ave Maria!" seru Robert yang entah kenapa terdengar bak bentakan di telinga.

Langkah Ave Maria berhenti. Hatinya terasa sakit mendapat bentakan dari Robert.

"Kalau Ave bilang nggak mau, ya nggak mau. Jangan paksa Ave!!"

"Jangan kayak anak kecil begitu!!" Itu kalimat terpanjang Robert hari ini yang digunakan untuk membentaknya.

Ave Maria menggigit bibir bawahnya. Ia menatap tajam dengan sedikit kebencian di matanya. Ada pemberontakan pada diri gadis itu.

"Dari tadi kakak diam aja, dan sekarang ngomong cuma buat ngebentak Ave Maria? Kakak kalau nggak suka sama Ave, nggak usah ngelamar Ave. Kakak jangan egois! Ave benci sama Kak Robert!!" Ia pun beranjak pergi.

Dengan hati dongkol, gadis itu pergi dan keluar dari mall. Ia langsung mencegat taxi. Tanpa peduli, Robert mengejarnya atau pun tidak. Ketika taxi ada, Ave Maria langsung masuk. Ia harus cepat-cepat angkat kaki dari area mall. Agar lelaki itu tidak dapat mengejarnya.

avataravatar