1 Prolog

Suara tapak dan langkah kaki semakin mendekat membuat gadis itu berlari lebih cepat. Dia berlari tanpa alas kaki.

Kakinya terluka, tapi dia tidak punya pilihan lain selain harus berlari dan terus berlari semakin menjauh.

Baju seragam sekolahnya terlihat kotor di beberapa bahagian kerana noda darah, sudut bibirnya terluka serta matanya tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

Dia berasa takut dan juga lelah dalam waktu bersamaan.

Dia merasa penat dan ingin berhenti disaat luka di telapak kakinya semakin terasa sakit.

Akan tetapi, jika dia berhenti maka dia akan takut jikalau saat itu juga nyawanya akan berakhir.

Suara langkah itu semakin mendekat dan mendekat.

'Ayah, aku takut' katanya dalam hati

Gadis itu semakin kuat berlari, dan orang itu semakin cepat mengejarnya.

'Ayah, tolong aku. Aku akan mati.'

Nafasnya tercungap cungap sementara langit semakin gelap. Suara petir terdengar menggelegar diikuti air hujan.

Gadis itu semakin meringis kesakitan kala luka-lukanya terkena air hujan.

Ayah aku kesakitan

Aku mohon

Datanglah

Tenaganya semakin melemah. Lukanya semakin terasa sakit, tangannya menggenggam erat sebuah rantai berbandul bintang.

Jalan raya sangat sepi. Tidak ada orang. Tidak ada satupun orang yang dapat membantunya.

Apa aku akan mati?

Kenapa? Kenapa aku harus mati?

Kenapa aku harus mati bahkan disaat aku belum menghabiskan banyak waktu dengan keluargaku?

Tenaga gadis itu semakin melemah. Langkahnya mulai melambat, dia merasa sudah tidak sanggup untuk berlari lagi.

Penglihatannya semakin tidak jelas. Samar-samar ada orang yang memanggil namanya.

"Ayah...."

Gadis itu berusaha mempertahankan kesedarannya dan berusaha berlari kembali saat melihat ayahnya diseberang jalan sana berlari mendekat ke arahnya sambil memanggil-manggil namanya.

"Ayah.... aku tahu kau pasti datang. Kau datang," ujar gadis itu sambil menangis terisak.

Gadis itu tersenyum samar ke arah ayahnya.

Aku akan baik-baik sahaja ayah, kau sudah datang.

Kau sudah dat-

BRAK!!!!!!!!!

Langkah gadis itu terhenti dan senyumannya menghilang begitu sahaja.

Suara hon kereta terdengar jelas bersamaan dengan tubuh ayahnya yang terbaring di jalan raya.

Tubuh gadis itu bergetar. Bahkan kini terasa sulut untuk digerakkan.

Hujan semakin lebat. Banyak darah bercampur dengan air hujan mengotori jalan raya tersebut.

"A..yah."

Gadis itu hendak mendekati ayahnya yang sudah berbaring tidak berdaya dengan banyak darah di tubuhnya.

Tetapi belum sempat kakinya melangkah kesedarannya hilang saat itu juga.

Semuanya terasa gelap dan semakin menakutkan. Sementara tangannya masih menggenggam erat sebuah rantai.

"Maafkan aku ayah. Seharusnya aku tidak memintamu untuk datang. Seharusnya aku saja yang mati" katanya sebelum kesedarannya benar-benar hilang.

avataravatar