1 1. Rebutan

Seira berjalan melintasi lapangan menuju kelasnya. Dia sibuk dengan buku di tangan, selalu begitu. Tipe gadis yang tidak peduli dengan sekitar. Histeria para gadis kampus itu misalnya. Khusus di kampus dia tidak begitu peduli sekitar. Cuek bebek.

Dia sibuk dengan buku di tangannya sampai tidak memperhatikan jalannya. Entah apa yang gadis itu baca. Bahkan suara teriakan menggema di lapangan kampus itu tak dihiraukannya. Masa bodoh, paling mereka menyambut si pangeran kampus yang belakangan jadi perhatian sejak merusuh. 

Tubuh Seira mendadak tegang saat dirasanya atmosfer di sekitar berubah jadi mencekam. Tangannya terkepal, meremas buku yang masih dia genggam, mulai sadar akan situasinya. Siera menarik napas, mencoba tenang, lebih tepatnya memenangkan diri yang mendadak jadi gugup. Dia ternyata sadar apa yang sedang terjadi. 

Perlahan dia mengangkat kepala, menatap sekeliling dan seketika terdiam dalam lingkaran para mahasiswa yang berkerumun dengan tatapan tertuju pada … err, dia akhirnya sadar akan kehadiran dua makhluk yang menjadi penyebab lingkaran dadakan itu terjadi.

Tatapan tajam dua pria yang saling berhadapan itu –andai tidak ada dirinya di tengah- membuat Seira mati gaya. Matanya bergerak melirik pria di sebelah kanannya. Seira kenal dia, Alvin? Hatinya berbisik bingung saat melihat tatapan lain dari cowok itu. Kemudian matanya kembali berputar, kali ini melirik pria di sebelah kirinya. Penampilan yang urakan dengan kancing atas yang terbuka dan tas ransel tersampir di pundak. Satu lagi, rambutnya berantakan.

Seira mendesah begitu tahu siapa yang berdiri di kirinya. Sialan! Mereka itu kenapa, sih? Dia sedang tidak ingin bercanda dengan berdiri di lingkaran para mahasiswa dan satu hal lagi, dua cowok itu sedang apa?

Gadis itu terdiam beberapa saat, mengamati setiap tatapan yang diarahkan kedua cowok itu. Dia mengambil langkah mundur guna memastikan kalau tatapan kedua cowok itu saling beradu. Apaan? Mereka sengaja menakutinya begitu? Sejak kapan bermusuhan?

"Ekhem!" Seira berdeham keras demi menyadarkan keduanya tapi tak berhasil. Ada apa ini? "Kalian jangan nakutin aku dong," kata Seira jadi gugup sekarang. Apa yang sedang terjadi sebenarnya?

"Eeeehh!" Seira terkesiap saat Alvin meraih tangannya lembut. Spontan matanya melirik pria itu kaget. Tapi Alvin tetap menarik tangannya, dan Seira memutuskan untuk mengikutinya saja, tak peduli dengan kasak-kusuk para mahasiswa, toh dia kenal mereka, bisa di katakan dekat juga.

Baru saja satu langkah,  tangannya segera tertarik kembali ke arah berlawanan akibat tarikan kasar pria lain, dan itu membuat Seira terhuyung. Mata Seira melotot tajam padanya. Tidak ada kata yang keluar, hanya tatapan tajam dari dua pria itu. Bagai ada laser transparan dari sorot mereka. Sungguh, Seira jadi takut.

Dia  memperhatikan pria di sebelah kirinya lamat. Ada suatu tarikan yang tidak Seira mengerti apa. Tatapan tajamnya tersirat luka dan kesedihan yang tidak akan bisa dimengerti orang lain. Kenapa dia baru tahu untuk itu? Seira menggigit bibir bawahnya saat Alvin kembali menarik tangannya. Namun, detik berikutnya kembali tertarik ke arah lain hingga Seira tampak jadi rebutan.

Beberapa saat jadi rebutan, di tarik sana-sini lama-lama membuat gadis berparas cantik itu jadi kesal juga. Kenapa mereka itu? Matanya terpejam sesaat, menarik napas.

"Hentikan!" serunya kesal sambil menghentakan kedua tangannya dan otomatis terlepas.

Jelas saja hal itu membuat sekitarnya kaget dan bergemuruh. Tatapan Seira menajam, ada kobaran api di matanya yang menandakan dia sedang marah. Tapi dua pria itu hanya diam saja. Seira mengarahkan tatapan tajamnya pada keduanya yang masih bisu.

"Kalian itu ngapain, sih? Nggak malu apa?" katanya.

Bagi yang menonton, itu mungkin semakin menarik dan bisa buat bahan gosipan nanti dan Seira pasti akan viral dengan sebutan, 'cewek yang jadi rebutan'. Lucu sekali.

Napasnya naik turun, mencoba mengendalikan emosi. Seira sadar sepenuhnya bila itu hanya akan membuat tenaganya terbuang sia-sia. Dan lagi, itu adalah lingkungan kampus. Ingat, peraturan itu penting.

"Permisi …." Tiba-tiba seseorang menyelinap ke kerumunan itu saat suasana semakin tegang dan mencekam. Tatapan Seira terarah padanya dan mendesah melihat dua sosok temannya.  

Tanpa mengatakan apapun, cowok yang baru datang itu segera menarik Seira keluar dari kerumunan dan menjauh, meninggalkan ketegangan yang kembali terasa saat Alvin menatap tajam pria di hadapannya. Ada sorot kemarahan disana.

Kerumunan itu bubar, para penonton berkasak-kusuk membicarakan apa yang terjadi barusan. Hanya tinggal dua sosok pria itu yang masih berhadapan dan siapa yang tahu kalau dari keduanya tersimpan sebuah rahasia. Tatapan Alvin itu seperti sebuah peringatan untuk pria yang terdiam di tempatnya.

"Vin, ayolah."  Teman Alvin berusaha untuk menariknya pergi menjauh. Meninggalkan pria itu yang seketika menatapnya bersalah begitu Alvin berbalik.

"Ar, ayo balik!" Seorang teman pria itu menyadarkannya dan mengajak pergi dari sana.

*******

Seira mengembuskan napasnya begitu telah menjauh dari kerumunan. Dia melepaskan tangannya dari seseorang yang menariknya tadi. Menyelamatkan dirinya dari lingkaran dadakan yang mencekam.  Seira bertanya-tanya ada apa dengan kedua pria itu? Terakhir kali melihat duanya itu satu minggu yang lalu dan baik-baik saja.

"Apakah terjadi sesuatu sampai tatapan Alvin begitu?" Seira membatin. Kira-kira apa yang terjadi sehingga keduanya kini tampak berbeda?

Seira menggelengkan kepala, mencoba mengenyahkan pikiran buruknya. Dia kemudian tersadar kalau pegangan tangannya telah dilepas. "Thanks, Boby," ucapnya pada pria yang menariknya tadi. Dia kemudian menatap Marina yang tadi datang bersama Boby dan menyelamatkannya.

 Mereka tersenyum dan mengangguk. "Iya. Lo nggak apa-apa?" tanya Boby. 

Seira menggeleng lemah. Jujur, dia masih tidak mengerti mengapa sampai hal itu terjadi. Padahal selama ini hidupnya terasa tenang, dan lagi Seira tidak pernah mencari masalah sama siapapun. Tapi, kenapa harus kedua pria itu?

"Tadi itu ngapain, sih, mereka?" tanya Marina menatap Seira. Dia mengangkat bahunya, tidak tahu.

Boby yang dekat dengan kedua pria itu juga hanya diam saja. "Udahlah. Ke kelas gih, lo ada kelas pagi, kan? Kedokteran udah mau mulai tuh. Nanti bicara lagi," kata pria mengingatkan. Pandangannya meneliti Seira yang tampak melamun, sepertinya gadis itu memikirkan apa yang terjadi.

Seira mengangguk. Tanpa mengatakan apa pun lagi, dia melangkah ke kelasnya di fakultas kedokteran. Namun, Seira tidak tahu kalau Boby dan Marina masih memperhatikan dari tempatnya berpijak, sampai Seira tak lagi terlihat. Pria itu kemudian berbalik, pergi ke kelasnya bersama Marina.

***************

Beberapa kali Seira mengusap wajahnya gusar, teringat dengan kejadian tadi pagi, membuatnya terganggu bahkan sampai tak konsen belajar. Dalam hati merutuk dengan apa yang telah dia lakukan. Jelas, Seira mengenal mereka, tapi baru kali ini dia melihat tatapan itu dari mereka.

Sungguh, rasanya aneh melihat kedua pria yang sebenarnya cukup dikenal Seira sejak di bangku sekolah itu berhadapan dengan tatapan tak biasa. Apakah memang terjadi sesuatu dan mereka tidak memberitahukannya pada Seira? Oh, Tuhan! Demi apa hal itu terjadi?

"Aku akan bertanya. Awas saja kalau kalian tidak menjawabnya!" batin Seira berkata.

avataravatar
Next chapter