2 Chapter 2

Hari itu, Kou melihat gadis kecil itu pergi begitu saja dari hadapannya. Setelah ia mendengar suara wanita yang memanggil nama gadis kecil itu, gadis kecil itu menghilang dari hadapannya dan berlari kearah wanita itu.

Hanya tersisa beberapa bar cokelat di dalam kotak yang tertinggal di sampingnya. Kou meraba dan memakannya begitu cokelat itu sudah ia dapatkan. Rasa cokelat dan jeruk yang menyatu seolah mengingatkan Kou pada sosok gadis kecil yang membuat hatinya hangat dan penuh semangat.

Kou tahu jika ia memang harus semangat menjalani operasi ini namun kali ini ada alasan yang menunggunya untuk segera sembuh, yaitu bertemu dengan gadis kecil itu.

"Hoi…Kou!"

Suara itu membuat Kou memasang wajah sebal.

Shino sudah datang dengan membawa seseorang seperti yang ia bilang. Kou tidak peduli dan tetap memakan cokelat yang tersisa. Ia tidak mau cokelat itu direbut oleh Shino.

"Wah…kau bahkan tidak ingin aku meminta makananmu. Jahatnya~" ucap Shino sembari duduk di sebelahnya.

Kou memicingkan matanya dan meneliti seseorang yang berdiri disamping Shino. Ia tidak mengenalnya. Bahkan dari caranya berpakaian pun ia tidak dapat mengenalnya.

"Siapa dia?" tanya Kou yang dibalas oleh Shino dengan tawa.

"Dia adalah teman perempuanku. Terakhir kali, ia menonton tim sepak bola kita dan sedari itu ia berkata kalau ia adalah fans-ku. Bukankah begitu Miho-chan?"

Sementara Shino dan Miho saling melempar godaan, Kou justru pergi meninggalkan keduanya. Ia ingin kembali ke kamarnya karena sore ini penjadwalan pemeriksaan lagi. Ia harus cepat sembuh dan bertemu gadis kecil itu.

Langkahnya yang pelan ternyata memancing perhatian Shino. Shino dan Miho membantu Kou dengan memegang tangannya dan membawanya berjalan. Kou tersenyum diam-diam. Ia sangat tahu jika Shino adalah teman baiknya. Hanya saja, perilaku bocah ini sangatlah menyebalkan.

"Ruanganmu yang mana?" tanya Shino begitu mereka sampai di lorong-lorong kamar.

"Tepat di hadapanmu, bodoh. Kau kira aku dapat berjalan jauh dengan pandangan seperti ini. Baka!"

Shino hanya mendengus dan membukakan pintu untuk Kou sementara Miho membimbingnya untuk berjalan. Begitu mereka masuk, orangtua Kou dan juga orangtua Mai sudah tidak ada. Entah mereka pergi kemana. Karena Kou sendiri tidak diberitahu.

Rambut Kou sebenarnya sudah memanjang hingga menutupi kedua matanya. Dan ia mulai merasa risih karena itu menganggu pandangannya. Namun sesekali ibunya mengikat rambut depannya dengan pita atau memakaikannya bandana. Untung saja, hari ini ia tidak memakai keduanya. Karena itu sangatlah memalukan.

Miho membimbingnya untuk duduk diatas ranjang. Setelah mengucapkan terima kasih, ia dapat melihat Shino yang beralih duduk di sebelahnya dengan pisau buah di tangan dan apel. Shino mengupas apel dan memberikannya pada Kou sepotong demi sepotong.

Selama Kou memakan apel, Shino menceritakan kejadian sekolah sebelum musim panas dimulai. Banyak teman-teman sekelas mereka yang bertanya mengenai keadaan Kou dan Kou cukup terharu akan sikap mereka. Kou tahu jika mereka sangatlah perhatian dan untuk itu Kou akan berterimakasih dan berniat untuk cepat sembuh.

Mengingat alasannya untuk sembuh, Ia juga menceritakan soal gadis kecil yang baru saja ia temui pada Shino dan Shino berkata jika gadis itu mungkin saja jelmaan hantu rumah sakit. Tentu saja, mendengar hal itu Kou menjadi kesal dan memukul kepala Shino yang tidak jauh darinya.

Tak terasa langit sore sudah mulai terlihat. Terbukti dengan adanya semburat oranye yang mulai muncul dan menghangatkan kamar Kou. Shino berpamitan dengan membawa Miho juga. Mereka berjanji akan datang kembali bersama dengan teman-teman tim sepak bola Shino dan Kou.

Tak lama kemudian Dokter masuk dan memeriksa keadaan Kou kembali. Dokter berkata jika ini adalah pemeriksaan terakhir dan ia akan mendapat jadwal esok hari. Maka dari itu ia diminta istirahat lebih cepat untuk memulihkan keadaannya dan juga mengistirahatkan tubuhnya.

Kou sangat tidak sabar akan hari esok.

***

"Maafkan saya. Sepertinya, operasi Kou-kun harus ditunda selama beberapa hari. Donor mata yang sebelumnya sudah kami siapkan ternyata dibatalkan karena alasan pribadi dari pihak keluarga. Kami tidak dapat berbuat apa-apa selain berusaha mendapat donor secepat mungkin."

Ucapan Dokter itu memukul telak kenyataan yang harus dihadapi oleh Kou. Ia akan tertunda bertemu dengan gadis kecil itu beberapa hari lagi. Ia tertunda untuk melihat kedua mata gadis kecil itu secara nyata dan jelas. Kou merasa sangat amat menyedihkan.

"Aku ingin ke taman lagi." Ucapnya pada ayah dan ibu sebelum ia pergi keluar kamar.

Ia tidak mau mendengarkan kalimat penguatan dari orangtuanya. Baginya, alasan Dokter itu terlalu mengada-ada. Bisa saja jika ia tidak dapat sembuh kembali. Atau yang lebih parah jika operasi itu sebenarnya tidak dapat dilakukan. Kou tidak dapat membayangkan hal itu.

Hari ini langit terasa lebih cerah dan angin berhembus lembut. Kou menikmatinya sembari duduk menunggu gadis kecil itu. bisa saja kali ini mereka dapat bertemu kembali, atau Ia harus bertemu kembali dengan gadis kecil itu.

Ah, hampir saja ia melupakan namanya. Nama gadis kecil itu adalah Ayane. Ya, ia harus mengingatnya dari sekarang. Kou tidak boleh melupakannya sedetik pun. Kakinya menggoyang riang dan pandangannya menengadah ke langit. Kou sangat bahagia dengan membayangkan pertemuannya kali ini dengan Ayane.

Bisa jadi Ayane akan menceritakan keluarganya ataupun kehidupan sekolahnya. Ah, atau Ayane akan menceritakan alasan mengapa ia dapat berada di rumah sakit itu padanya.

'apakah ada keluarga Ayane yang sakit?'

'ataukah kerabatnya?'

'ataukah justru Ayane yang sakit?'

Buru-buru Kou menggelengkan kepalanya. Ayane tampak sehat kemarin dan tidak menderita sakit apapun. Maka tidak mungkin jika sedang sakit. Kou semakin riang membayangkan pertemuannya. Ia harus mendengarkan apapun cerita mengenai Ayane.

Tanpa sadar, gerimis mulai turun. Hujan musim panas terasa hangat namun hati Kou mendingin.

Ayane tidak datang hari ini.

Atau mungkin Ayane tidak akan datang lagi.

Kou putus asa. Bulir air mulai jatuh dari helai rambutnya. Ia menunduk dan menekuri rumput yang basah. Hari ini ia sangatlah sial. Semuanya tidak berjalan baik padanya. Kami-sama mengutuk dirinya. Ia yakin itu.

Kou berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Ia tidak mau berlama terkena hujan. Ia harus pergi dan memilih mengganti bajunya dan istirahat. Meskipun entah kapan ia akan di operasi, paling tidak ia harus sehat terlebih dahulu.

Tepat ketika ia berjalan lebih dekat menuju kamarnya, sebuah tangan kecil memegang jarinya hingga membuatnya menoleh. Atmosfer menipis seiring Kou yang menoleh dan menatapi seseorang yang berani memegang tangannya itu. seseorang yang hari ini datang terlambat dan memakai setelan jumpsuit jeans dengan kaus kuning.

"Maaf…aku terlambat datang. Kou-kun kebasahan."

Saat itu juga, Kou ingin menyunggingkan senyumannya yang paling lebar.

avataravatar