webnovel

Bertemu Hajime

Tiba-tiba, langkah kaki seseorang mendekatiku, kemudian dia berdiri di depanku dan mengulurkan tangan di depanku dan ingin aku menjabatnya.

"Siapa?" gumamku bertanya pelan pada seorang laki-laki yang tersenyum dengan tampang bodohnya di depanku.

Aku perlahan merasakan aura laki-laki itu, baunya seperti bau bunga matahari.

Aku kemudian menjabatnya karena aku rasa laki-laki ini tampak seperti orang baik.

Setelah kita berjabat tangan dia duduk di sisiku.

Dia duduk tanpa berkata apa-apa.

Aku pun hanya terdiam.

"Nee," dia menyapaku sambil membenarkan kacamatanya.

"...?" Aku masih bertanya-tanya dalam hatiku, siapa dia?

"Yappari, kau tidak mengenalku, ya." Kata seorang laki-laki itu dengan santainya, kemudian setelah melihatku dia menghela napas dengan ekspresi murung sambil menundukkan kepalanya.

"Hah~ aku ini teman sekelasmu." Katanya dengan tersenyum optimis.

"Te-teman sekelas?" Eh! Aku tidak menyadarinya, "Ah-! Maaf aku—"

Sebelum aku melengkapkan perkataanku, dia memotong perkataanku dengan tertawa kecil dan senyum sedikit genit.

"Ahahaha~ sudah kuduga~ kamu tidak akan mengingat teman sekelasmu, Haruka." Katanya dengan riang dan memanggil namaku.

"Eh!?" aku terheran dia dapat mengingatnya.

"Yah~ perkenalkan, aku Hajime." Dia memperkenalkan namanya lagi. "Aku sama sepertimu, aku tidak punya begitu banyak teman ...."

"Kenapa kamu bisa tahu?" tanyaku yang heran kalau dia tahu orang sepertiku tidak memiliki banyak teman di dunia ini sementara aku tidak tahu banyak tentangnya.

"Aku tahu kok, di awal masuk sekolah ... anggota keluargamu meninggal kan? dan kau pindah di sekitaran rumahku." Jelasnya.

"Rumahmu?" jangan-jangan dia masih tetanggaku.

"Ya, itu adalah rumah yang sudah lama di tinggal pemiliknya." Lebih tepatnya begitu.

"Ja-jadi ...." Dia mengetahui tentangku.

"Lalu ...." Dia melanjutkan bicaranya, "Aku baru tahu kalau terkadang kamu sering menyendiri dan berbicara sendiri akhir-akhir ini." Kata Hajime dengan santainya.

"Oh." Aku hanya meresponsnya seperti itu saja, kalau aku bercerita tentang aku yang bisa melihat makhluk astral, dia pasti terkaget.

"Nee, apa kau sebenarnya bisa melihat hal-hal semacam itu?" tanyanya serius padaku.

"Eh? Hal-hal semacam itu, maksudnya apa?" tanyaku balik yang pura-pura polos.

"Itu loh~ maksudku seperti hantu atau sesuatu yang tak kasat mata." Katanya dengan raut muka penasaran menatapku. Dia sepertinya sudah memperhatikanku sudah sejak lama.

Aku memalingkan pandangan dengan melihat ke bangunan depat sekolah, "Entahlah." Aku tidak ingin orang lain tahu ..., karena sebelumnya ... beberapa orang yang bisa melihat sesuatu yang tidak kasat mata di daerahku selama ini dikucilkan. Makanya sejak aku pindah dan aku kaget ternyata aku bisa melihat makhluk seperti itu ... aku takut untuk dikucilkan.

Teman-teman gadis di kelasku rata-rata benci cerita seram terutama yang sering gosip di kelas. Tidak bisa dipungkiri juga kalau mereka juga menggosipiku ....

"...."

Aku akhirnya beranjak berdiri dari tempat dudukku di bangku itu, menatap langit sejenak dan hendak pergi meninggalkan seorang laki-laki yang bertanya dengan rasa penasaran ini, "Jya~ aku pulang dulu!" aku berlari sekencang mungkin agar dia tidak mengejarku.

"Oi chotto—!! Arrgh! Dia sudah pergi." Kata Hajime yang pasrah tidak mengejarku .... ('-')

Tapi, malam harinya ....

Aku selesai mengerjakan PR dan hendak tidur lebih awal.

Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumahku.

"Siapa?"

Biasanya kalau jam segini, pak penjaga mengecek kompleks rumah meskipun bukan perumahan, palingan petugas distrik. Ada sih beberapa hari yang lalu, seseorang mengirim surat kabar atau koran, tapi pagi.

Tapi siapa ya kira-kira?

Apa teman sekolahku? Itu tidak mungkin, eh tapi mungkin saja—!!

Aku tengah berjalan menuju pintu dan hendak membukanya, 'CKLEK!' dan ternyata ....

"...!"

"Hajime ...." Ucapku pelan yang agak kaget dengan mulut sedikit terbuka, aku tidak ingin bertemu dengannya, segera aku menutup pintu rumahku tapi, dia menahannya.

"Tunggu! Jangan salah paham dulu tunggu!" karena dia berkata begitu, maka aku menahannya membuka pintu juga ....

"Ada apa?" tanyaku heran.

"Ini!" kata Hajime sambil menyodorkan sekotak kue.

"Eh? Apa ini?" tanyaku keheranan, apa maksudnya.

"Ambillah, dari rumah ... ibuku yang membuatnya. Dia bilang, berikanlah pada temanmu yang menjadi tetanggamu." Jelasnya.

"Eh, tetangga?" celetukku heran yang kemudian melihat di mana rumah anak laki-laki ini.

Ah~ rupanya dia berada tepat di depan rumahku.

"Jyaaa~" dia hanya pamit memberikan itu, kemudian dia kembali ke rumahnya, ketika di tengah jalan.

"Ano ...!" aku memanggilnya karena lupa mengatakan sesuatu.

"Ya?" tanyanya sambil berhenti di tengah jalan itu yang kebetulan sepi.

"Piringnya?" teriakku bertanya.

"Ah~ kembalikan besok!" katanya yang kemudian segera masuk rumah.

....

Aku segera masuk rumahku dan menutupnya rapat-rapat.

Sepertinya kue ini terlihat enak tapi karena aku sudah berniat tidur malam ini maka aku tidak akan memakannya, "Besok saja deh," ucapku pelan yang kemudian menaruh kue itu di dalam kulkas, agar tidak membusuk.

****

Esok harinya, aku benar-benar lupa kalau aku punya kue di kulkas bekas pemberian Hajime.

Aku bangun sedikit kesiangan dan tidak sempat memakannya.

Aku mengurungkan niat untuk memakannya sekarang, aku harus berangkat ke sekolah.

Kulihat kue itu masih utuh di dalam kulkas.

Aku bergegas ke sekolah, di pohon sakura itu aku masih melihat sesosok roh yang sama seperti kemarin. Dia benar-benar merindukan kekasihnya.

Aku begitu kasihan melihatnya, aku mendekati pohon sakura itu.

Dari kejauhan sana, mungkin banyak yang mengiraku orang aneh, semua mata yang terlihat sinis itu melirikku dan aku dengan perkataan gunjingan mereka. Tapi, aku sudah muak dengan hal ini ... bagiku, roh sama saja memiliki perasaan seperti manusia walau wujud mereka tidak sempurna.

"Nee, maukah kamu nanti ke rumahku?" tanyaku pada roh kesepian itu.

"Eh?" roh itu meresponsku dengan muka herannya.

"Aku tahu, kamu mungkin masih terasa kesepian, aku ingin memberimu sesuatu ...." Kataku dengan sangat optimisnya.

Roh itu tersenyum lebar kegirangan padaku.

"Baiklah." Katanya dengan optimis.

"Jyaaa~ tunggulah aku sampai sepulang sekolah selesai." Aku menetapkan janji temu, "Aku berjanji." Kataku dengan optimisnya.

Lagian siapa lagi yang akan menghabiskan kue sepiring itu?

....

Saat di sekolah, kulihat Hajime benar-benar ada di kelasku.

Dia duduk di tengah-tengah kelas.

Dia merupakan anak yang kurang berbaur dengan semua orang, dia duduk di sana hanya menunduk dan memainkan game di ponselnya.

Dia ....

Sebenarnya dia orang baik, baru pertama kenal ... sudah memberi kue.

"...."

Yosh hari ini terlewati dengan tidak adanya hukuman yang terjadi padaku.

Aku sudah mengerjakan PR, berangkat sekolah tidak telat (kalau meladeni roh itu pasti telat), tidak tidur pada saat pelajaran berlangsung. Tapi ....

Hikkss (T-T) perutku lapar sekali, aku tidak sarapan dan tidak membawa bento. Aku melihat uangku dikantong yang semakin menipis.

Gawat! Kalau uang jajan ini habis ... aku tidak punya uang untuk hidup di sini lagi ... aku harus mencari kerja.

Kira-kira di mana ya, aku bisa kerja dan mendapatkan uang yang cukup untuk bertahan hidup?

....

Next chapter