webnovel

Awal Dari Sebuah Penghianatan

Gedung tinggi pencakar langit,seolah sudah menjadi pemandangan rutin bagi sebagian penduduk di ibu kota.

Asap kendaraan dan juga kepadatan di jalan raya seolah membuat mood di pagi hari menjadi tidak menyenangkan,dengan perasaan gelisah namun raut wajah nya tetap terlihat tenang,gadis pemilik bentuk mata seperti bulan sabit ini tengah mengamati kemacetan jalan raya,sesekali jari jemari nya mengetuk ngetuk paha nya melawan rasa gelish.

Pikiran nya masih bergemuruh mengingat potret yang sama sekali bukan yang ia harapkan dari seseorang yang ia percayai,membuat dirinya tetap terjaga sampai pukul 4 pagi karena merasa dirinya di rendahkan oleh orang orang kepercayaan nya itu,ia berusaha kembali menata semua nya dan tidak ingin terlarut dalam kekonyolan ini.

"Jika dalam 30 menit lagi saya belum juga sampai di kantor,maka kau harus berhenti bekerja denganku Pak Yanto"

"Maafkan saya Non Mona,tapi ini murni karna macet lampu..."

"Saya tidak menerima penjelasan apapun Pak Yanto"

Belum sempat sang supir pribadi nya itu menjelaskan kejadian yang sebenernya,dengan suara dingin itu Mona memotong penjelasan Pak Yanto selaku supir pribadi nya,karna tidak ingin membuat mood sang majikan semakin tidak baik,Pak Yanto pun lebih memilih untuk mengakhiri pembicaraan.

Setelah lampu merah berubah menjadi hijau,Pak Yanto pria berusia paruh baya itu bersiap menginjak pedal gas dengan kecepatan cukup tinggi.

"Bersiap lah Non Mona,saya akan melaju lebih cepat agar segera tiba di kantor kurang dari 30 menit"

Mona segera mengubah posisi duduk nya senyaman dan seaman mungkin,setalah itu Pak Yanto mulai menginjak pedal gas dengan kecepatan yang cukup tinggi,beruntung lampu merah itu adalah lintasan lampu merah terakhir sebelum menuju kantor sehingga dirasa cukup sedikit aman mengemudi dengan kecepatan cukup tinggi karna jalan yang di lintasi saat ini menuju kantor sangat lancar.

20 menit waktu tempuh dari lampu merah terakhir yang di lalui, akhirnya mobil yang di kenakan Mona sudah terparkir di parkiran khusus Presiden Direktur.

"Kali ini kau selamat Pak Yanto"

Mona turun dari mobil dengan penuh wibawa,ia menuju lift khusus yang akan mengantar nya menuju ruang kerja,setelah tiba di ruang kerja nya ia dengan kasar membuang dirinya di atas kursi kerja yang besar bak seorang ratu di kerajaan besar.

"Semua ini karna Alexa dan Rafael,mereka yang membuatku tetap terjaga sampai pagi seperti ini, kurang ajar kalian!!!"

Mona mengerang mengepalkan tangan nya menahan emosi,ia tidak ingin hari ini pun ikut menjadi buruk karna dirinya masih terlibat emosi.

___________________________________

Di ruang meeting utama,seluruh jajaran staff dari Star Light Corporation sedang memasang wajah tegang seolah seluruh staff sedang di landa asma akut.

Pada kursi utama di ujung meja panjang berlapis kaca dari kayu jati tengah duduk seorang wanita muda dengan penuh wibawa meski usia nya baru menginjak 23 tahun ia merupakan pimpinan dan pemilik dari perusahaan terbesar di ibukota,pandangan nya lurus menuju layar yang sedang menampilkan neraca perusahaan nya,Elsa sang sekertaris juga sebagai asisten pribadi nya dengan sigap mengkoreksi hasil kerja nya dengan neraca yang di tampilkan di layar.

Dering ponsel Mona memecah keheningan ruang meeting yang hanya terdengar suara seorang pria berusia 42 tahun tengah menjelaskan hasil laba dan rugi perusahaan.

Mata bak bulan sabit itu melirik pada layar ponsel yang terus bersuara memecah hening nya ruang meeting lalu dengan enggan ia menjawab panggilan telepon itu.

"Jika dirasa tidak lah penting,jangan menelpon ku di pagi hari,aku sangat sibuk!"

Dengan kasar Mona memutuskan sambungan telepon itu tanpa menunggu seseorang di sebrang dari sambungan telepon itu berbicara, sepersekian detik kemudian ponsel Mona kembali berdering dengan user name yang sama pada panggilan telepon sebelumnya.

"Cepat katakan apa yang ingin kau bicarakan Alexa,kau benar benar mengganggu meeting ku pagi ini"

"Tunggu lah beberapa detik untuk aku menjelaskan nya Mona,kau harus mendengarkan semua nya sampai selesai"

Rupa nya seseorang dari sebrang telepon itu adalah Alexa,sosok yang amat sangat tidak di sukai oleh Mona per malam tadi,entah dalam alasan apapun Alexa tidaklah dapat kembali menarik hati seorang Monalisa Wijaya Kusuma.

"Cepat jelaskan,kau tidak perlu banyak basa-basi"

Suara dingin yang terlontar dari bibir mungil sang Presiden Direktur muda terasa mencekam seluruh penghuni ruang meeting utama tanpa kecuali pun Elsa.

"Baiklah,aku ingin setelah kau selesai meeting,kau dapat menemui ku dan Rafael di sebuah restoran dekat dengan jalan utama akses menuju kantormu"

"Untuk apa?aku sibuk,jika kau hanya ingin menjelaskan hal bodoh itu,lebih baik tutup mulutmu,karna semua akan percuma!"

Kembali Mona memutuskan sambungan telepon nya, mood nya benar benar hancur hari ini pasca semalam ia memergoki Rafael kekasihnya dan Alexa sahabat Mona sejak SMA tengah bermesraan di sebuah restoran yang kebetulan ia dan Elsa datangi untuk bersiap untuk lembur kerja dengan mendatangi meeting dengan sambungan bisnis nya dengan pimpinan perusahaan dari Jepang.

Mona adalah seorang pemimpin yang sangat berdedikasi dan bertanggung jawab,ia juga dapat mensortir partner bisnis mana yang dapat ia tunda meeting dan mana yang harus benar benar ia temui,Tuan Yamato Takeshi adalah sosok yang amat sangat sulit di jumpai,oleh karena itu Mona dan Elsa rela melemburkan dirinya demi menemui Tuan Yamato Takeshi agar ia dapat menjelaskan tujuannya untuk bekerja sama dengan perusahaan milik nya.

Setelah perbincangan dengan Tuan Yamato Takeshi dirasa cukup dan sangat membuahkan hasil,dengan penuh ambisi Mona menghampiri meja dengan nomer 49 itu di iringi dengan langkah Elsa yang kepayahan, akhirnya hal yang sudah ia tahan sejak meeting sedang berlangsung dapat ia tumpahkan sekarang juga.

BRAG!!!

Mata Mona seolah bagai api yang tengah menyala pada siang terik tersapu angin yang semakin membuat nya membara, sepasang penghianat nampak terkejut dengan yang baru saja terjadi di hadapan mereka,dengan kuat Mona menggebrak meja itu.

"Mo-Mona"

Kedua nya memekik dengan keterkejutan yang dirasa akan membuat kedua bola mata itu copot dari tempatnya, keduanya pun harus menelan paksa saliva nya karna rasa terkejut yang menyerang mereka secara dadakan dan bersamaan

PLAK!

PLAK!

Dengan penuh api kemarahan Mona menampar pipi keduanya,membuat Rafael juga Alexa meringis kesakitan memegangi pipi yang kemerahan karya jari lentik Mona dan Elsa yang menyaksikan itu menutup mulutnya karna terkejut dengan respon Mona.

"Penghianat!!! enyahlah kalian dari muka bumi ini"

Bagai petir yang menyambar di tengah hujan besar dan tiupan angin kencang,suara Mona terdengar dingin dan menusuk sampai ketulang.Tanpa membuang banyak waktu Mona meninggalkan Rafael dan Alexa yang masih tercengang dan di jadikan bahan tontonan para pengunjung restoran itu,kepergian Mona seperti bintang selebritis di tengah keramaian penggemar, pengunjung resto sahut menyahut memperbincangkan adegan memalukan itu,disusul oleh Elsa dengan tergopoh gopoh karna ia cukup kesulitan dengan berkas yang ia bawa.

Pasca kejadian itu membuat Mona terjaga memikirkan kebodohan nya itu,bisa-bisanya ia di perlakukan dengan rendah oleh orang kepercayaan nya selain Elsa.

"Meeting di tunda besok, bubarkan seluruh peserta Elsa"

Setelah tersadar dari lamunan nya, Mona melangkah dengan kasar keluar dari ruang meeting utama menuju ruang kerjanya.

"Baiklah,sesuai keputusan dari Presiden Direktur bahwa meeting akan di lakukan esok hari,maka seluruh peserta di ruangan ini di persilahkan kembali ke tempat kerja kalian masing-masing"

Setelah mengumumkan penundaan meeting,Elsa segera menyusul Mona ke ruangan nya, sedangkan para staff mendengar pembatalan meeting dapat bernafas lega,namun tidak untuk esok hari.

Setidak nya hari ini mereka terselamatkan,pasal nya ada beberapa staff yang belum rampung dokumen yang harus di serahkan pada Presiden Direktur saat meeting tadi.

Next chapter