6 You Are The First

Suara bell yang terus-terusan berbunyi membuatku beranjak dari tempat tidurku, biasanya ketika paket datang, mereka membunyikannya cukup sekali. Jika mereka tidak mendapatkan jawaban, mereka akan menitipkannya di lobi. Perasaan aku ga ada hutang atau tersendat dalam pembayaran apapun, jadi enggak mungkin penagih hutang menggedor apartemen ku.

Aku bergerak dengan lesu kearah pintu, kulihat dari door viewer ternyata adalah Criss dan David, apa yang mereka lakukan disini? aku pun membuka pintu dan siap untuk menghujat mereka karena mengganggu waktu tidur ku.

"What the fuck-"

"Adit!!!" teriak Criss dan David, mereka berdua langsung melompat ke arahku, dan aku pun terjatuh karena tidak bisa menahan beban berat mereka yang tercampur dengan beban dosa.

"Stop it dude, what the hell you doing?" ucapku sambil bergeser dari tubuh mereka yang berat.

"Puji tuhan lo gapapa Dit" ucap Criss dengan mata berbinar.

"Apalagi sih sekarang? ucapku kesal.

"Gue kira lo beneran bunuh diri Dit, soalnya lo gamasuk kelas hari ini, dan kita berdua berpikiran kalo lo mau bunuh diri" jawab David yang ekspresinya sama seperti Criss.

"Kenapa sih temen-temen gue pada gila semua?, gue gamasuk kelas karena gue cape, ya kali gue bunuh diri, yang mau masukin lo berdua ke neraka siapa kalo bukan gue?" balasku kesal.

"Ga gitu juga dong Dit, kan kita ntar pesen kamarnya bertiga" tambah David sambil tertawa.

"By the way, katanya Carina nelfonnin elo, terus ga diangkat-angkat, jadinya kita makin penasaran." jelas Criss sambil membuka kulkas apartemen ku, mengambil sebotol bir dan duduk di sofa ku, emang temen gue ga ada akhlak semua, izin dulu gitu kek sama yang punya rumah.

"Mode silent, yaudah sekarang lo berdua keluar dari sini, gue mau lanjut istirahat, dan sekali lagi gue peringatkan, KALO GUE ENGGAK BUNUH DIRI!!, bersihkan otak kalian itu, pake rinso kalo perlu" ucapku Ketus

"Dih kita diusir nih? baru juga sebotol Dit"

"Tega amat lo Dit, punya temen kok ga peka gini, hadeuhh" tambah David.

"Bodo amat sama peka-peka, gue ngantuk. Buruan, apa perlu gue panggil security?" ancamku.

"Iyeiye, awas aja lo ntar, kalo masuk kamar gue, gantian gue yang usir lo" balas Criss.

"Tenang, gue ga masuk neraka, jadi gausah repot-repot buat ngusir gue" balasku sambil menutup pintu apartemen ku, aku bisa medengarkan tawa mereka dari balik pintuku, bukannya merasa bersalah tapi malah senang, dasar gila.

Aku membuka ponselku, notifikasi membanjiri layarku. 82 miscall dan 20 SMS masuk. Hampir semuanya dari Carina, kulihat dua misscall dari Criss yang katanya khawatir, cih apanya yang khawatir kalo cuman begini.

Aku membaca satu-persatu pesan yang dia kirimkan, yang membuat aku tersenyum sendiri. Apakah dia benar-benar khawatir terhadap ku?. Ponselku kembali berdering, ternyata Carina. Aku langsung mengangkatnya tanpa berfikir panjang.

"Adit!!!, kamu kemana aja?, kamu marah ya sama aku? Kamu benci ya sama aku?" ucapnya terdengar sedih.

"Engga kok, aku lagi cape aja, butuh istirahat"

"Yaudah kirimin alamat kamu, aku mau kesana, aku bawain makan siang buat kamu"

"Gaperlu repot-"

"Udah kirimin aja" Potongnya cepat.

"Iyaiya" jawab ku, dan lagi-lagi aku tersenyum dengan sendirinya.

CARINA

Aku berjalan di lorong apartemen yang sepi, aku baru tau kalo Adit selama ini tinggal disini, aku berusaha menanyakan alamatnya Adit ke Criss dan David, namun sepertinya mereka enggan memberitahunya, sepertinya dia menjaga privasi temannya itu.

Enak ya punya temen cowo yang bisa jaga rahasia, ga kaya kebanyakan cewe, yang kalo udah berantem pasti ada aja bahan gibah. Aku kembali fokus dengan nomor kamar yang Adit berikan, dan akhirnya aku menemukannya, 298.

Aku kembali berfikir, jika aku masuk kedalam sana apa yang akan terjadi?, bagaimana kalo kami berdua khilaf?, bagaimana kalo Adit marah sama ku? terus dia cambuk aku pake handuk? terus aku di ikat pake tali terus dipajang di dinding. Duhh aneh-aneh aja pikiran ku. Aku menekan bell yang ada di kanan pintu, dan akhirnya terbuka. Dia muncul dihadapan ku dengan mengunakan handuk, rambutnya yang basah, dan telanjang dada. Membuat dia terlihat sangat aduhai.

"Buset dah ini orang, badannya kaya atlet panjat pinang, mau nguji iman gue apa ya? Kan gue jadi tergoda, untung belum jadi hak milik. Kalo udah, gue jadiin guling lo" gumam ku sambil melihat tubuhnya.

"Udah bengongnya?" ucapnya yang langsung membuat lamunan indahku terlepas.

"Ga bengong kok, cuma liatin kamar kamu, mungkin aku bisa buat kandang onta disini" jawabku asal.

"Masuk lah, aku mau pakaian dulu, tutup aja pintunya" dia langsung meninggalkan aku.

"Duh gausah pakaian Dit, gitu aja, udah keren kok kamu, nambah satu juta persen kegantenganmu" ungkapku dalam hati.

Aku duduk disofa, sambil menunggu Adit pakaian, aku baru sadar ternyata apartemennya luas, dua kali luas kamarku. Kulkas, tv, meja belajar, rak buku, serta sofa yang lumayan besar mengisi ruangan ini. Kulihat ada beberapa gitar tergantung disana, serta sound system yang menemani gitar-gitar itu. Ternyata dia sangat menyukai musik.

"Sorry ya kalo berantakan, maklum tinggal sendiri" ucap Adit yang sudah duduk di sampingku.

"Buset, kapan ini orang datengnya, udah kaya jin tiba-tiba ada"

"Engga kok, masih dibilang bersih ini buat seorang lelaki yang tinggal sendiri" jawab ku.

"Kamu bawa apa?" tanyanya sambil melihat bungkusan yang kubawa.

"Ini ayam kampus, eh ayam depan kampus"

"Ohh, yaudah kalo gitu, ayo makan"

"Okey"

Setelah menghabiskan makanannya, Adit membuka permen karet yang ada dimejanya.

"Mau?" Menawarkanku permen karet itu.

"Boleh, oh iya kenapa kamu makan permen karet?" tanya ku penasaran.

"Supaya ga ngerokok"

"Kamu berhenti ngorokok?"

"Enggak, cuman aku ga bisa ngerokok kalo ada kamu"

"Ohh gitu" Aku terkesan akan jawabannya, walaupun dia merokok tapi tetep saja dia memperhatikan orang di sekitarnya. Good boy.

"Kamu sakit ya Dit? atau gara-gara digigit nyamuk tadi malem?"

"i'm good" jawabnya singkat kemudian pergi keluar.

Kulihat jam sudah menujukkan pukul 19.40. Aku menyadarkan tubuhku disofa. Entah kenapa mataku berat sekali, aku mulai mengantuk, mungkin aku bisa istirahat beberapa menit disini. Akupun memejamkan mataku sebentar, hanya sebentar.

ADIT

Setelah aku pergi keluar dari apartemen untuk merokok, kulihat Carina sudah terlelap di sofaku, aku menggerakkan tanganku di depan matanya, dan menyenggol pundaknya sesekali, namun dia tidak kunjung sadar. Ini orang beneran tidur? nyenyak amat kaya orang mati.

Aku duduk disampingnya dan memperhatikan wajahnya, dia begitu manis walapun dia tertidur, tiba-tiba kepalanya menyandar ke pundak ku, jantung berdebar-debar takut akan kesalahpahaman. Tapi berbeda dengan dia, sepertinya hal seperti ini membuat dia terlalu nyaman, mungkin.

Aku yang ga tega mengganggu tidurnya pun pasrah akan hal itu, kuangkat tubuhnya yang terbilang ringan dan meletakkannya dikasurku, dan memberikan dia selimut. Sepertinya malam ini aku akan tidur di sofa, aku kembali ke sofa membawa bantal dan selimut yang tersisa di lemariku. Baru kali ini ada wanita yang tidur apartemen ku, sebelumnya aku selalu menolak siapapun untuk tidur ditempat ku, tapi berbeda dengan gadis ini, aku malah berbaik hati kepadanya. Lebih baik aku istirahat juga, dari pada setan menggodaku akan berbahaya nantinya.

"Ditt bangunn, udah jam 7. Nanti kita telat kuliah, ADIT!!!" teriak Carina keras.

"iyaiya. Gimme five minutes"

"Mau aku mandiin apa mandi sendiri?" ucap Carina yang membuat ku spontan bangkit.

"Dih, ternyata ga mau dimandiin sama cewe" ucap Carina kesal

"Jangan menggoda" balas ku

"Biarin!" jawabnya sambil melemparkan handuk kepadaku.

Setelah selesai sarapan. Aku dan Carina berangkat menuju kampus. Kali ini kita berangkat bersama.

"Sorry ya aku nginep di tempat kamu tanpa izin, ga maksud apa-apa kok, aku kira bisa bangun hanya beberapa menit, eh ternyata keterusan sampe pagi"

"Its okey" jawabku singkat.

"Dit aku mau nanya sesuatu, boleh ga?"

"Boleh"

"Kenapa sampe saat ini kamu belum punya pasangan?, apa kamu ga tertarik dengan wanita? atau kamu suka cowok?, gapapa Dit terbuka aja, aku bisa jaga rahaisa kok"

"Aku bukannya tidak tertarik dengan wanita, dan aku juga masih normal. Hanya saja, saat ini aku tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita, karena kalian itu sulit di pahami."

"Kan ga semua wanita yang ada di dalam pikiran mu seperti itu, banyak kok yang berbeda, contohnya aku" ungkap Carina dengan nada yang terdengar kecewa.

"Yeah i know, tapi kebanyakan seperti itu, menjalin hubungan akan membuat kita mudah mengeluarkan janji-janji palsu dan bualan masa depan."

"Kalo aku? menurut kamu gimana?"

"Mesum" jawabku singkat padat dan jelas.

"Bukan itu maksudku, kalo itu udah bawaan dari lahir. Yang ingin aku tau adalah, apakah aku sama seperti yang kamu pikirkan?"

"Maybe you are a little different"

"Sedikit?"

"For now" jawabku

Dia hanya diam tanpa membalas perkataanku lagi. Aku hanya bisa pasrah, karena memang untuk saat ini hanya itu yang bisa kukatakan tentang dirinya. Everything can change

avataravatar
Next chapter