4 Feeling

ADIT

Hari ini aku ada janji dengan Carina untuk mengajarinya bermain gitar, awalnya dia segan untuk memintaku mengajarinya, tapi aku dengan senang hati ingin membantunya. Aku membawa gitarku agar mengajarinya dengan dua gitar lebih efesien dipahami.

"Kamu tau dasar bermain gitar?"

"Engga sih, aku taunya cuman genjreng-genjreng doang"

"Hmm, yang harus kamu pahami adalah. Ketika kamu bermain gitar, kamu harus menggunakan perasaan saat memetik senarnya, semakin perasaan mu kuat, maka suaranya akan terdengar lebih merdu"

"Ohh, gitu"

"Sekarang aku akan mengajari mu Chord dasar yang sering digunakan untuk nada sebuah lagu. Yaitu Chord A, B, C, D, E, F, dan G" sambil meletakkan jariku pada kolom gitar.

"Sebelum lebih lanjut, aku minta maaf ya kalo aku salah-salah"

"Its okey, everything needs a process" tambahku.

Hampir satu jam aku mengajarinya bagaimana caranya meletakkan jari pada kolom gitar. Dan dia sepertinya tidak tahan, karena dari tadi dia meringis kesakitan karena jarinya sudah mulai perih untuk menyentuh senar gitar.

"Sakit juga ya ternyata, ini bisa sobek ga kalo kelamaan main gitar?" ucapnya sambil mengelus jari tangannya

"Sobek sih engga, cuman jadi kaya gini" aku menunjukkan jariku yang kapalan karena sering bermain gitar.

"Duhh sakit ga ini? Kok bisa keras gini?kamu bukan kuli kan?" tanyanya penasaran sambil meraba jari tangan ku.

"Kalo udah kaya gini, udah ga sakit sakit lagi, emang kalo awal-awal pasti sakit, tapi kalo udah terbiasa ga sakit lagi kok." jawabku meyakinkan.

"Kita istirahat dulu ya, laper. Oh iya, kamu mau cemilan ga?" tawarnya.

"Boleh" Jawab ku singkat.

Carina pun pergi meninggalkanku, terdengar suara ponsel Carina berdering, pesan masuk dari seseorang. Awalnya aku tidak peduli dengan itu, tapi setelah pesan masuk kedua membuat jiwa penasaran meronta-ronta, pandanganku tertuju ke layar ponsel itu, seseorang yang bernama Ed tertera disana. Aku hanya menggeser layarnya kemudian melihat pesan masuk itu tanpa membuka ponselnya.

"Carina besok jadi ga?"

"Kalo jadi, aku jemput kamu selesai kuliah ya"

Kurasakan sesak didalam dadaku, apa yang kurasakan saat ini?, kenapa aku bisa terganggu dengan itu?. Padalah aku bukan siapa-siapa Carina, ada apa dengan pikiran ku saat ini?. Cemburu? aku kembali menekan tombol lock sebelum Carina berpikiran aneh tentang ku.

"Maaf ya lama, tadi mama kepo siapa yang datang" ucapnya sambil meletakkan beberapa makanan ringan.

"Oh iya? Aku kira orang tuamu tidak ada dirumah, kalo gitu seharusnya aku izin dulu"

"Gapapa kok, ntar aja kalo udah kelar" jawabnya dengan senyum manisnya.

Aku kembali mengajarkan Carina, tapi saat ini aku tidak fokus. Pesan dari pria itu mengganggu pikiranku, aku hanya memikirkan maksud pesan itu. Apakah jawaban yang diberikan Carina waktu itu ada maksudnya?.

"Ahh jangan mikir aneh-aneh" gumamku.

"Kamu mikirin apa Dit?" tanya Carina penasaran. Mungkin dia bisa mendengarkan gumamku yg lumayan keras.

"Ohh, gapapa. Cuman mikirin yang lain" jawab ku santai. Dia hanya memberikan seyum dan kembali fokus terhadap gitarnya.

Waktu berjalan cepat hari ini, jam menunjukkan pukul 17.45. Kulihat bayangan orang mengintip dari balik jendela rumah Carina, aku yakin itu mamanya, yang kata Carina kepo tentang siapa yang berkujung, atau jangan- jangan itu kode nyuruh pulang?.

"Udah sore nih, gaenak sama mama kamu yang liatin terus" ucapku pelan.

"Ha? yang bener?" Carina yang kaget akan perkataan ku langsung mencari-cari sosok itu

"Gapapa kok, lagian juga udah sore, gaenak juga sama tetangga kalo kita main gitar terus" jawabku untuk menenangkannya.

"Okedeh kalo gitu, aku panggil mama ku dulu ya" jawabnya yang terkesan kecewa.

Carina beranjak dari tempat duduknya, dia masuk kedalam untuk memanggil mamanya, setelah ga lama menunggu mereka pun keluar, aku bisa melihat gen dari mana seorang carina ini bisa cantik seperti ini, ternyata mamanya yang juga sama rupa nya, dengan porsi tubuh yang ga jauh berbeda dari Carina, membuat mereka berdua sama-sama cantik.

"Halo tante, maaf tadi ga izin pas dateng, sekarang saya mau pulang. Soalnya udah sore"

"Ihh kenapa ga nginep disini aja?, ga pernah loh tante liat Carina bawa temen cowonya, kamu pacarnya Carina ya? Kapan-kapan nginep ya, oh iya kamu kapan –"

"MA!!" Potong Carina

"Maaf ya Dit, mama aku memang suka gini"

"Hahaha, gapapa kok. Yaudah aku pulang ya, permisi tante" jawab ku malu, sambil berjalan meninggalkan mereka

Buset dah, ngeri amat emaknya, masa gue disuruh nginep, agresif banget.

"Thank you Dit" lambai Carina dari luar kaca mobilku, aku memberikan dia senyuman dan mulai pergi dari rumah Carina.

Apakah lelaki itu dekat dengan Carina?, apakah aku benar-benar cemburu?.

Hari ini aku berangkat kuliah dengan perasaan yang bisa dibilang tidak baik, aku hanya termenung memikirkan yang tidak harusnya kupikirkan, bahkan aku berfikir untuk mengikuti kemana Carina akan pergi, sebegitu gilanya aku saat ini.

"Dit, liat laporan lo dong, punya gue udah siap sih. Tapi gue mau cocokin sama punya lo"

Aku memberikan laporan ku yang berada dimeja ku, tanpa melihat siapa yang berbicara. Karena dalam pikiran ku saat ini adalah kejadian sore waktu itu, menurut pesan yang dikirimkan, pasti hari ini kejadiannya. Hari ini Carina akan benar-benar pergi bersama seseorang yang bernama Ed.

"Yaelah bengong mulu lo, gue sampe ga diperhatiin gini, mikirin apaan lo?" ucap seseorang itu, yang ternyata adalah Criss.

"Mikirin gimana caranya gue bisa kirim lo ke neraka" Jawab ku ketus

"Ya tuhan gini amat punya temen, ntar juga kita di neraka bareng" jawab Criss asal.

"Udah belum nih? gue mau balik" ucapku sambil bersiap pergi, karena kulihat Carina sudah keluar dari kelas.

"Dih buru-buru amat, mau kemana lo?"

"Mesen tiket ke neraka buat lo"

"Gila lo" umpat Criss.

"Maybe" jawabku meninggalkan kelas.

Aku pun mencari-cari sosok Carina diarea parkir. Karena setau ku, hanya daerah sini saja yang bisa dimasukin kendaraan. Kan ga mungkin juga dia naik delman, mungkin aja sih, ya tapi ga mungkin juga ada yang mau ke kampus naik delman.

Dari kejauhan aku melihat sebuah motor yang tampaknya sedari tadi sudah ada disana dan seorang lelaki yang sibuk menelfon, aku bisa menandai Carina dari kejauhan karena dia menggunakan tas dan pakain yang sama pagi ini, karena aku satu kelas dengannya, aku jadi gampang menandainya.

Carina menghampiri pria itu dan terjadi pecakapan kecil disana dan lelaki itu memakaikan helm ke Carina, setelah itu dia menaiki motor itu dan langsung pergi meninggalkan area parkir.

Dadaku semakin terasa sakit karena dia benar-benar pergi dengan lelaki itu. Entah kenapa aku jadi seperti ini.

Aku membanting kasar tubuhku dikasur, aku merasakan lelah, dan tidak nyaman. Aku bahkan belum menghidupkan lampu kamar ku, karena aku terlalu lelah untuk bergerak lagi.

Ponsel ku berdering mendakan panggilan masuk disana, aku enggan untuk meraihnya, setelah aku biarkan akhirnya berhenti berdering, akan tetapi orang yang menelfon ku sepertinya tidak menyerah, nada dering pun kembali terdengar di kuping ku, dengan berat hati aku meraba-raba kasurku mencari dimana ponselku, aku mengangkat asal panggilan itu.

"Woi!! Susah amat lo dihubungin, kaya orang punya hutang aja lo" teriak suara seseorang dibalik panggilan itu. Aku menjauhkan ponselku dan kulihat, ternyata Daniel lah orangnya.

"Sorry. Ga denger" jawab ku.

"Buset dah lemes amat lo, udah kaya orang yang mau sakaratul maut" Ucapnya.

"Hmm, what do you want?"

"Oh my god, gini amat punya temen. Cueknya minta ampun, emang lo ga tau hari minggu hari apa?"

"To the point"

"Really?, gue ulang tahun sob. Sahabat sendiri masa lupa"

"Tanggal kelahiran lo bukan tanggal sumpah pemuda, masa iya gue inget-inget"

"Hahaha iyadeh iya. By the way, gue udah sediain lo tiket masuk ke party gue, ntar gue kirim via email, dan teruntuk sahabat gue tersayang, gue kasih dua tiket buat lo!" ucapnya sambil menekankan kalimat terakhirnya

"Dua? buat apa dua tiket?"

"Buat lo sama pacar lo"

"I don't have a girlfriend"

"Astaga dragon, dua tahun belum dapat juga? ngapain aja lo? yaudah deh terserah mau lo ajak siapa, yang penting lo harus berdua, ini masih hari senin. Berarti lo ada waktu lima hari buat cari siapa itu" Jawab Daniel dengan suara kecewa

"iya" Jawabku singkat dan menghentikan panggilan.

Aku membakar rokok ku dan menghembuskannya kasar. Aku kembali berfikir siapa yang bisa aku ajak pergi, Criss? tidak mungkin kalau dia, karena dia pasti sibuk bekerja paruh waktu, apalagi David yang sekarang sibuk dengan restoran baru miliknya. Bagaimana dengan Carina?, kenapa harus Carina?. Argh aku benar-benar pusing.

CARINA

Aku janjian dengan Ed hari ini, karena ada hal yang mau aku ceritakan kepadanya, serta minta pendapat dengannya, aku memilih restoran yang baru saja buka di daerah Kemang. Katanya makanan disini enak.

"Lo mau cerita apa?" tanya Ed.

"Gue kayanya suka sama seseorang"

"Suka? bagus dong kalo gitu, berarti gue udah ga bisa ngejer lo lagi dong" jawab Ed yang sepertinya kecewa.

Aku udah temenan lama sama Ed, sejak SMA. Ed beberapa kali nyatain perasaannya ke aku, cuma karena kami berteman lama, jadi aku menganggap kalo itu semua hanya bercanda.

"Lo ngejer gue juga bencanda doang"

"Hahaha, orangnya baik ga?" tanya Ed penasaran.

"Baik banget, dia ngajarin gue main gitar seharian, terus cuek-cuek gimana gitu"

"Yah selama lo nyaman sih bagus"

"Tapi dia tuh ganteng, terus kayanya banyak yang ngedeketin gitu"

"Sama kaya lo, yang ngedeketin bejibun" tambah Ed sambil menunjuk ku.

"Eh ada Carina" ucap seseorang yang sedang mengantarkan pesanan ku, aku memperhatikan pria itu, dan ternyata itu adalah David.

"David!!, lo kerja disini?" tanya ku penasaran.

"Gue yang punya, hehehe" jawabnya tersenyum malu.

"Wahh keren dong, pantesan gue liat lo sering pulang cepat belakangan ini, biasanya gue taunya lo nongkrong sama Criss dan Adit, eh ternyata sibuk ngurusin bisnis"

"Ya gitulah, semoga kalian nyaman ya disini, kalo ada keluhan apapun kabarin gue, tapi jangan di sebar di grub kelas ya, keluhannya." ucapnya dengan memberikan tumbs up, lalu pergi meninggalkan kami berdua.

"Temen lo?" tanya Ed

"Iya teman satu kelas gue, apalagi dia temenan sama orang yang gue suka. Adit" tambah ku

"Oh namanya Adit. Ntar deh gue tanya dukun, dia bagus ga buat lo"

"Ngaco lo ah, yaudah lanjut makan dulu. Laper gue"

Setelah selesai berbincang dan makan bersama Ed, aku bersiap untuk pulang karena hari sudah mulai gelap. Ed menawarkan diri untuk mengantarkan aku sampe rumah, tapi aku menolaknya karena rumah kami berdeda jalur, kasian dia kalo harus bolak-balik hanya untuk mengantarkan aku.

"Udah dapet ojeknya?"

"Udah kok, itu udah otw kesini"

"Oh yaudah kalo gitu, take care. Semoga lancar ya sama Adit"

"Doain aja" jawab ku dengan senyuman, dan langung menghampiri tukang ojek, lalu aku melambaikan tangan ke Ed sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.

Apakah Adit memiliki perasaan yang sama dengan ku? bagaimana kalo dia hanya baik kepada semua orang?.

Rasa penasaran memang susah ditahan, apalagi tentang perasaan.

Tapi ketika kau sudah mengetahui rasa penasaran itu?

Belum tentu itu membuatmu lebih baik, kadang malah sebaliknya.

avataravatar
Next chapter