webnovel

Change To Other Side

Apa yang akan kau lakukan? Jika suatu malam kau bangun di sebuah ruangan gelap yang tidak kau kenal? Takut? Bimbang? Atau malah suatu perasaan khusus yang belum pernah kau rasakan sebelumnya? Ya, ini adalah ceritaku. Dimana setiap aku tidur, jiwaku akan terpindahkan ke tubuhku yang ada di masa depan. >>Other Side

HigashiSasaki · Fantasy
Not enough ratings
20 Chs

Bertahan hidup

Other Side

Genre: Gore, Thriller, Action, Fantasi, Sci-Fi, Romance

Chapter 7: Bertahan Hidup.

"Sial!" teriakku yang langsung menunduk ke bawah.

Karena saat itu juga aku sadar bahwa monster itu langsung mengayunkan tangannya tepat ke leherku.

Zabs!

Tangan kanan monster itu menancap di dinding. Rupanya tangan monster yang mirip semut setinggi 2 meter dan berjalan dengan 2 kaki itu sangat tajam.

Aku dengan cepat membalikkan badan dan berniat berlari keluar. Namun, saat aku berbalik disana sudah ada monster lainya yang muncul dan berdiri tepat di depanku.

Aku yang kaget langsung loncat ke kanan dan menyender ke dinding. Kedua monster itu bergerak mendekatiku. Beberapa saat kemudian ia melancarkan serangannya dari atas menuju ke kepalaku.

Aku langsung menghindar ke kanan. Namun, belum sempat berdiri menyeimbangkan diri, aku sudah di sambut oleh serangan monster yang satu lagi.

Beruntung karena salah satu kekuatanku yang memiliki pengalaman latihan bertahun-tahun. Tangan dari monster itu tidak menancap di dadaku, namun hanya berhasil menggores lengan kiri ku.

Aku yang tertunduk saat itu langsung lari melalui celah kaki kedua monster tersebut. Namun sebelum aku berlari dari atas sudah di sambut dengan serangannya.

Aku langsung loncat mundur.

"Sial!! Aku tidak bisa kabur sebelum salah satu dari mereka mati!" teriakku di dalam hati sambil memegangi lengan kiriku.

Beberapa saat kemudian dari atas kiriku serangan kembali di lancarkan. Aku dengan cepat berguling ke kanan untuk menghindari serangan itu.

Aku kemudian melirik ke arah tumpukan alat makanan. Disana sudah terpampang jelas dua buah pisau menunggu untuk digunakan.

"Tidak ada cara lain lagi!" teriakku yang langsung maju kedepan dan sudah di sambut dengan serangan langsung yang bertujuan membelah tubuhku menjadi dua.

Dengan reflek aku loncat ke atas untuk menghindar dan langsung menendang kepala monster lainya yang berniat ikut menyerang.

Aku kemudian menjatuhkan badanku kedepan. Dan beruntung sudah berada tepat di depan alat-alat makan.

Namun disaat yang bersamaan tangan dari kedua monster itu berniat membelah tubuhku menjadi dua.

Aku lagi-lagi loncat ke atas untuk menghindar, dan langsung mengambil dua buah pisau tersebut.

Aku yang kini berdiri di atas meja langsung loncat ke atas kepala salah satu monster itu.

Dan menusukkan pisau tersebut tepat ke dahinya.

Namun, hal itu belum cukup untuk membunuh monster itu karena pisau yang kugunakan untuk menyerang kurang panjang. Monster lainya yang berdiri di depanku berniat menyerang. Akhirnya aku terpikirkan sebuah ide.

Aku saat itu langsung loncat lagi untuk menghindar sambil mengambil pisau yang menancap di dahi monster itu.

Saat aku terjatuh, aku menjatuhkan badanku di atas monster itu sambil menancapkan kedua pisau ke matanya. Saat itu juga aku menarik pisau kebawah untuk memperlebar luka.

Monster itu yang kesakitan akhirnya menyerang membabi buta ke sekelilingnya. Alhasil membuat monster yang lainya tercincang-cincang. Darah monster itu langsung membasahi celana bagian bawahku.

Saat itu juga aku langsung mencabut pisauku, dan menggunakan kedua pisau untuk menggorok leher monster tersebut.

Disaat yang sama, monster itu berhenti bergerak. Sesaat kemudian tubuhnya langsung lemas dan jatuh ketanah. Aku kemudian loncat kebelakang.

Aku berdiri melihat mayat dari dua monster yang sudah kubunuh. Dengan seluruh pakaian bawahku terlumuri oleh darah monster tersebut yang memiliki warna merah pekat.

"A-aku ... Selamat? Hahahaha! Latihanku selama ini akhirnya tidak sia-sia!" tawaku yang merasa bahagia dan bersemangat.

Sesaat kemudian, "Euchh!" rintihku yang dengan reflek memegangi lengan kiriku.

Saat itu juga aku baru ingat bahwa lengan kiriku terluka cukup dalam.

Tak lama kemudian, teriakan-teriakan mulai melengkapi pagi kehancuran. Aku langsung berfikir bahwa aku tidak bisa diam seperti ini. Saat itu juga aku reflek berlari ke arah kamar, kemudian membuka lemari dan mengeluarkan kotak P3K yang langsung mengambil alkohol dan menuangkannya ke luka ku.

Saat itu juga aku merasa cukup kesakitan. Walau begitu, aku langsung mengambil perban dan membungkus lukaku. Agar lebih aman aku kemudian mengambil kain dan merobeknya, dan menggunakan robekan kain itu untuk mengikat lukaku agar semakin kencang dan tidak mudah terbuka lagi.

Aku kemudian mengambil tas dan barang-barang yang penting langsung kumasukkan kedalamnya. Seperti makanan dan minuman, alat yang mungkin berguna untuk bertahan hidup, dll.

Terakhir, aku bergerak ke kasur dan mengambil Hp-ku. Aku kemudian menghidupkan layar dan melirik ke arah jamnya.

Saat itu jam menunjukan angka 02.28 yang artinya masih ada satu setengah jam lebih untuk Keyla sadar akan bencana ini. Yang artinya menunggu disini sama saja dengan bunuh diri, dan juga Keyla bilang bahwa kosan ini akan hancur lebur. Entah monster seperti apalagi yang akan muncul.

Teriakan-teriakan semakin terdengar dimana-mana, dari seluruh arah orang-orang mulai mati. Aku bergerak ke arah pintu kosan, dan membukanya sedikit untuk mengintip.

Terlihat ada 3 buah monster yang sama yaitu bertipe semut. Sedang mengelilingi seseorang yang terlihat putus asa. Dan orang itu adalah, Ryan!? Monster itu dengan santainya melibaskan tanganya dan membuat kepala orang itu terbang ke atas. Setelah itu, Monster lainya langsung membelah badanya menjadi dua.

"A-aaaahh ...," ucapku tersentak dan langsung terduduk. Saat itu aku benar-benar merasa shock melihat sahabatku mati di depan mataku.

Saat itulah aku langsung memperkuat diriku sendiri, dan langsung kembali kedalam posisi semula. Perasaan yang kurasakan itu tidak bertahan lama, bahkan semenit tidak ada. Apakah ini salah satu efek dari ramuan Keyla?

Saat itu, hal yang belum pernah kufikirkan terjadi. Monster itu tiba-tiba saja menumbuhkan dua tangan lainya di bawah tangan yang tajam seperti pisau itu.

"Ta-tangan itu, mirip seperti tangan manusia!? Hanya saja itu memiliki kulit yang sangat hitam," batinku yang sangat kaget akan kenyataan itu.

Para monster itu kemudian mengambil bagian-bagian masing-masing. Ada yang kepala, dan monster yang mendapat bagian kepala itu langsung mulai menggerogoti bagian atasnya. Terlihat bahwa ia mulai memakan otak dari manusia.

Dua monster lainya yang membelah badan menjadi dua, langsung mengambil bagian masing-masing. Dan yang mereka makan pertama adalah usus, mereka menyukai usus dan memakannya seperti saat kita memakan Mie. Kemudian mengambil ginjal dan langsung mengunyahnya.

Beberapa saat kemudian, aku mendapat informasi baru. Saat monster yang satu mulai membelah-belah tubuh orang itu untuk mencari organ dalam lain. Saat itulah jantung orang itu jatuh kebawah, dan menyentuh lantai.

Melihat itu, para monster itu langsung berebut jantung tersebut dan saling menyerang. Hingga tersisa satu, dan aku bisa merasakan bahwa ia sangat bahagia memakan jantung tersebut.

"Para monster itu sangat menyukai jantung!" batinku yang bersembunyi dari balik pintu.

Saat itu, monsternya yang tinggal satu dirumahku. Tertegun saat sekumpul mahasiswa yang berkisaran 6 orang melintas di depan halaman kosanku. Monster tersebut langsung berbalik dan melompat untuk menyerang sekelompok orang itu.

Saat itulah salah seorang dari mereka, tepatnya laki-laki yang sedang membawa sebilah pedang panjang. Bergerak kedepan semua orang, dan langsung menangkis serangan monster tersebut. Sesaat setelah itu, dua orang lainya mengeluarkan pisau besar pencincang daging dan langsung lari ke arah monster tersebut. Mereka berdua loncat di saat yang bersamaan dan langsung memutuskan leher monster tersebut.

"Bagus semuanya! Kembali ke formasi," terdengar suara perempuan yang memerintah semua mahasiswa itu.

Saat itulah, aku berfikir panjang dan masuk kedalam dilema. Apakah aku harus pergi? Atau menunggu sampai Keyla datang? Tapi jika menunggu disini sama saja bunuh diri, aahhh!!

Saat itulah aku teringat akan Keyla berkata sesuatu tentang petunjuk dimana darahku menetes-netes keluar yang menandakan aku kabur. Saat itu aku yang sudah bisa membunuh monster dan bisa kabur saat sudah mengobati diri sendiri. Menaruh petunjuk lain, yang berupa surat.

Sesaat setelah itu, aku langsung mendobrak pintu dan berlari keluar sambil menyandang tas yang sudah kusiapkan.

"Eh!?" teriak para mahasiswa itu yang kaget.

"Oy kak! Biarkan aku bergabung dengan kelompok kalian!" pekikku sambil melambaikan tangan dan berlari membawa tas.

Saat itulah aku bisa sadar ada hawa buruk di tiga orang barisan paling belakang.

"Terserah, ikuti saja kami!" balas perempuan berambut pirang yang memiliki jiwa pemimpin. Beberapa saat kemudian, kelompok mereka langsung berlari meninggalkan halaman kosan untuk mencari tempat sembunyi yang aman.

"Baik, kak!" balasku yang langsung mengikuti jejak mereka berlari.

***

10 menit setelah kelompok mahasiswa yang ku ikuti meninggalkan kosan.

Dari belakang kosanku, muncul sesosok monster lain, yang memiliki tinggi sekitaran 7-8 meter. Ia langsung menghancurkan seluruh bangunan kosan.

Ia berjalan dengan dua kaki dengan badan yang sangat besar, namun memiliki salah satu ciri khas gajah, yaitu mempunyai belalai. Namun hanya itu, kepala monster itu sangat berbeda dari kepala gajah pada umumnya.

***

20 menit setelah kabur..

Sekelompok mahasiswa itu langsung kabur ke arah minimarket yang memiliki pencahayaan sangat terang.

Mereka langsung menghela nafas dan berisitirahat di dalam minimarket yang sangat sepi itu. Tanpa ada orang lain.

"Fiuuhhh. Akhirnya kita bisa berisitirahat," hela salah seorang dari kelompok tersebut.

"Jangan merasa lega dulu, ini hanya sebuah kesimpulan singkat," bantah seseorang berambut pirang yang memimpin grup ini.

"Oh, ayolah. Lihat, mereka bahkan tidak berani mendekat kesini kan?" balas seorang laki-laki yang berdiri di dekat kaca dan memperhatikan para monster itu.

"Tetap saja, kita tidak bisa lengah. Harus ada seseorang yang berjaga. Untuk sementara, ayo kita bikin barikade singkat," tambah perempuan berambut pirang itu.

Terlihat, tidak ada yang berani melawannya. Semuanya akhirnya menurut dan satu persatu orang mulai mendorong lemari-lemari yang bisa bergerak untuk memblock pintu agar tidak terbuka.

Setelah itu, semua orang langsung bergerak ke arah pintu gudang untuk perlindungan diri dengan seorang orang laki-laki tetap berada di dua sisi pintu minimarket untuk memantau situasi.

Semua orang merasa ketakutan, cemas, khawatir, putus asa, dan sebagainya.

Namun, saat itu entah kenapa hanya aku yang merasa sangat tenang. Aku dengan biasa duduk menyender di ujung ruangan.

Saat itulah perempuan berambut pirang itu mendekatiku.

"Yo, adik. Bagaimana kabarmu?" sapanya dengan biasa dan mencoba menghilangkan situasi menegangkan itu.

Aku menatapnya dengan dingin.

"Ada apa?" balasku.

Ia tertegun, "Ahhh, itu. Bolehkah aku duduk di sampingmu?"

"Tidak," jawabku singkat.

"Hey, apa-apaan kau ini. Sifatmu benar-benar berubah saat sendiri, berbeda seperti saat sedang bersama banyak orang," ucapnya yang merasa aneh, dan mulai kesal.

"Oh, lalu?"

Bahkan walau sudah kubilang tidak, ia tetap duduk di sampingku. Aku dengan reflek geser menjauh.

"Hey! Apa segitunya kau membenciku!?" teriaknya yang merasa marah.

Aku tidak menjawab dan tetap diam.

"Siapa namamu?" tanyanya sambil duduk dengan santai.

"Agi," jawabku singkat.

"Kelas?"

"12 (3 SMA)."

"Berarti kau 2 tahun lebih muda dariku ya."

"Mungkin,"

"Bisakah kau membuat sikap dinginmu itu berhenti!?"

Aku dengan cuek memalingkan muka. Sesaat setelah itu dia lagi-lagi berbicara.

"Kenalkan, namaku Laras. Seorang murid kuliahan yang hampir lulus D2."

Setelah memperkenalkan diri, Laras kembali melihat ke arahku. Namun aku sama sekali tidak melihat ke arahnya. Akhirnya ia menghela nafas, dan ....

"Ah, sudahlah. Sepertinya memang susah berbicara denganmu. Kita sambung besok saja," ucapnya sambil menghela nafas kemudian bangun dan bergerak ke tempat lain.

Sesaat setelah itu, seorang laki-laki menggunakan kacamata yang tingginya sama denganku bergeser mendekatiku.

"Hey? Bagaimana menurutmu ketua?" tanyanya yang sudah berada di sampingku.

Aku melirik ke arah laki-laki itu.

"Ga ada yang spesial."

"Apakah matamu rabun? Jelas-jelas dia sangat cantik begitu," bantahnya dengan agak kesal.

"Pacarku lebih cantik darinya," jawabku sambil mengangkat salah satu bibirku dan menatapnya

"Aahhhh ...." Ia terdiam, tidak bisa menjawabnya.

"Oh iya, perkenalkan namaku Yoga, untuk namamu. Aku sudah tau karena mendengar pembicaraan kalian tadi," ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arahku.

"Oh, salam kenal ... Kak." Aku langsung menyambut tangannya.

"Hey, tidak usah formal. Disini status sepertinya sudah tidak berlaku lagi. Panggil aja Yoga," balasnya yang sedikit tertawa kecil.

"Ah, baiklah."

Sesaat kemudian, Yoga menunduk. Dan ia mulai berbicara.

"Kau tau, aku sebenarnya akan bisa pulang ke kampung halamanku dua Minggu lagi. Tapi, beberapa saat yang lalu tiba-tiba saja di asrama kami mulai muncul monster-monster yang dengan mudah membunuh dan memakan manusia. Saat itu kami bertujuh, dengan 4 laki-laki dan 3 perempuan berhasil kabur dari asrama. Karena bingung dan tidak memiliki senjata, akhirnya kami mulai mencari kesana sini untuk kenemukan hal yang bisa menjaga diri. Beruntung, saat itu kami menemukan markas sekelompok geng yang terlihat seperti di tinggalkan. Di dalamnya terdapat sekelompok senjata tajam yang berbeda jenis. Saat itulah kami dengan merasa bahagia langsung menjarah tempat itu."

Setelah menjelaskan itu, ia semakin menunduk.

"Namun, kami lengah. Tanpa sadar kami mengalihkan perhatian dari sesosok monster yang tidak terlihat jelas. Monster itu sudah ada di dalam ruangan itu sejak lama. Kami bertarung mati-matian dengan monster itu yang menghalangi jalan keluar. Akhirnya, salah seorang dari kami. Vya, harus mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan 6 orang yang tersisa termasuk aku," tambahnya yang memasang wajah sedih dan fokus menatap lantai di depanya.

"Turut berduka cita," responku sambil ikut menunduk.

"Yah, kita harus benar-benar bertahan hidup mulai besok. Saat ini kondisi mental semua orang terguncang, tidurlah dan tenangkan mental masing-masing."

"Yah, kau benar juga, silakan tidur duluan ...."

Situasi semakin sepi, semua orang mulai tertidur sambil merasa menggigil. Mereka semua terbayangkan akan perasaan mengerikan. Ketakutan, putus asa, khawatir akan keluarga, semuanya mereka rasakan.

Tapi, aku tidak akan tidur semudah itu!

***

2 jam setelah mereka kabur.

Di kosanku yang sudah hancur.

"Da-darling ... A-aaaaaahhh!!!" pekik Keyla dengan sangat kaget dan mulai menangis. Melihat seluruh kosan sudah manyatu dengan tanah

"Aku, aku bodoh. Apa yang sudah kulakukan! Darling!!" teriaknya lagi sambil meninju tanah karena melihat darah berceceran di lantai. Padahal itu darah monster tersebut.

Beruntung, saat itu Keyla yang panik langsung mulai membongkar bahan-bahan yang menutupi tumpukan darah tersebut. Terbanglah ke udara secarik kertas. Keyla reflek langsung menangkap kertas itu dan membacanya.

"Hey, Keyla. Dengar ... Aku baik-baik saja saat ini, pergilah ke taman nanti sekitar jam 11 pagi agar kita bisa bertemu kembali."

Melihat hal itu, Keyla langsung bangkit. Ada belasan monster yang mulai berjalan mendekatinya. Saat itu Keyla langsung mengeluarkan senjata rahasianya dan membunuh belasan monster itu dengan mudah.

"Tunggu aku! Darling!"

>>Bersambung<<

~Higashi