10 Bermain Gitar

"Bagaimana perkembanganmu bermain gitar?"

Dido mengangkat bahu. "Aku tidak berkembang."

"Hah?" Mikey agak terkejut. "Seingatku aku sudah mengajari segala teknik yang diperlukan."

"Itulah. Aku tidak tahu mengapa," balas Dido sambil menyeruput teh manis.

"Coba kau praktekan padaku."

"Di sini?"

Dido mengedarkan pandangan ke sekeliling. Mereka berdua sedang duduk di area terbuka bagian luar kafe. Mikey ingin duduk di sana. Agar bisa bersantai ria menikmati desiran angin. Walau Dido merasa enggan terutama bau asap rokok dan dipenuhi oleh orang-orang.

"Kenapa?" Mikey kembali bertanya. "Kau takut orang-orang mendengarmu?"

"Aku tidak suka kemampuanku ditunjukkan pada orang asing."

"Omong kosong," ketus Mikey sambil tersenyum kecil. "Orang mau memikirkan apa, itu bukan urusanmu. Kau tidak bisa mengendalikan pikiran mereka."

"Baiklah," aku Dido enggan. "Sebentar saja."

"Ayo mulai."

Perlahan Dido menarik sebuah tas besar di sampingnya. Membukanya dan mengambil keluar sebuah gitar akustik berwarna cokelat. Gitar biasa. Dia memposisikan gitar itu di depan badannya sedemikian rupa agar jemari tangan kiri bisa membentuk kunci dengan menekan senar dekat kepala gitar dan jemari tangan kanan bisa merambas senar-senar sekitar area lubang suara gitar. Langsung saja Dido memainkan gitar selama beberapa menit.

"Banyak sekali kesalahanmu," ujar Mikey ketika Dido selesai memainkan gitar. "Itu pun masih kesalahan minggu lalu. Kau ada latihan di rumah?"

Dido menjawab pelan, "Tidak. Tidak sama sekali."

"Apa?" Mata Mikey melebar. "Apa yang kau lakukan sehingga tidak latihan sama sekali?"

"Itu," Dido menundukkan kepala, "aku ada tugas mendadak juga urusan rumah."

Mikey menggeleng kepala. Ini sudah kesekian kali dia mencoba berpura-pura tidak tahu dan diam saja. Tak disangka muridnya akan berbohong lagi. Dido bukan ada tugas mendadak atau urusan rumah, tapi bermain game serta malas-malasan. Mikey tahu semua dari menelepon orang tua Dido. Sungguh keterlaluan. Masih sama saja perilakunya meski sudah dinasehati.

"Baiklah. Mari kuajari ulang," ajak Mikey singkat.

Sia-sia saja mengajari Dido bermain gitar kalau dia sendiri tidak latihan. Modal awal tekad belaka, lama-lama pudar lalu menghilang. Tersisa hanya keterpaksaaan. Biarlah. Sudah lelah memarahi dan memotivasi Mikey kalau Dido tidak mau membantu dirinya sendiri. Selama Dido membayar uang les, Mikey tidak mempermasalahkan. Toh Dodi rugi sendiri.

Membantu orang yang tidak mau membantu dirinya sendiri itu sia-sia saja

avataravatar
Next chapter