1 RINDU

Angin malam pekat menekan masuk melalui sela-sela jendela yang tidak terkunci rapat. Angin dingin berhasil menerobos masuk membius angan-angan bercampur dengan rasa rindu, aku kini hanya duduk bersandarkan dibalik jendela berwarna putih di kamarku sembari memandangi jutaan bintang bertabur dalam gelapnya malam, bulan pun tak begitu terang yang terhalang langit petang. Melihat itu semua aku teringat akan sebuah kisahku bersama Alif di balik seragam putih abu namun ada sesuatu yang menganjal dihatiku. Aku sangat menyesal karena tak menyampaikan sebuah rasaku kepadanya, kini aku tak bisa melupakannya saat perpisahan pada waktu itu seakan terjadi begitu saja. Namanya Alif Ilham Ramadhan, aku dan Sahabatku memanggilnya Alif, nama begitu jelas tersimpan dalam pikiranku, rasaku yang hingga kini tak bisa aku lupakan.

Aku telah mengenalnya sejak kenaikan kelas 2 SMA, dia merupakan murid pindahan dari Kota Semarang, sejak pertama bertemu, aku dan dia sudah ada rasa ketertarikan. Dia tak pernah mengungkapkannya sehingga beberapa tahun pun aku tak menyadari dia seseorang yang memendam rasa sayang kepadaku. Saat itu, aku seorang siswa yang paling polos dan lemot kalau urusan masalah hati, pada waktu itu aku hanya terfokus terhadap prestasiku. Aku, Alif dan ke tiga sahabatku selalu menjalani persahabatan bersama-sama. Sahabatku yang pertama bernama Rahma Handayani seorang gadis lucu, ceria yang paling bersemangat dalam urusan dunia penyiaran, sampai-sampai dia ikut ke ekstrakurikuler penyiar radio sekolah maklum sekolahku adalah sekolah yang sangat bergengsi dan dia memiliki nama udara Hanie.

Sahabatku yang kedua bernama Lidya Oktaviani seorang gadis dari keluarga orang yang sangat kaya, Ayahnya sebagai direktur sebuah perusahaan dan Ibunya sebagai Notaris namun hidupnya sangat berantakan sehingga membuatnya memiliki sifat yang sangat dingin dan pemarah, namun berubah terbalik jika dia mencium berbau dengan K-pop sifatnya langsung berubah 360 derajat, saking fanatiknya sampai-sampai dikamarnya dipenuhi dengan ornamen K-Pop, sebetulnya dia sangat peduli kepada teman-temannya termasuk peduli kepadaku.

Sahabatku yang terakhir adalah Reza Fahlefi laki-laki keren tapi mempunyai sikap sangat berandalan suka sekali dengan berantem, maklum saja dia merupakan atlet bela diri, dia sang pembela pada saat teman-temannya merasa diusik dia langsung memukul orang tanpa pikir panjang, sampai-sampai dia suka sekali masuk ruang BK.

Tak sengaja aku menengok sebuah lemari boneka di pojok kamarku, mataku mulai terdorong pada sebuah boneka teddy bear, boneka itu adalah pemberian dari Alif merupakan boneka pertama yang aku dapatkan dari seorang laki-laki. Karena sifat kepolosanku pada waktu itu aku tak tahu dia memendam perasaan kepadaku, sejak saat ini aku sangat menyesalinya dan aku sangat merindukannya.

Sembari mengelus-ngelus boneka pemberian Alif, sungguh sangat teringat jelas bau parfum Alif. Hingga aku mulai teringat kembali memori yang aku pendam dengan seorang sahabat rumahku namanya Si Biru, dia adalah buku catatan harianku sambil aku melangkah dan membuka kembali sebuah laci meja belajarku. "iya, itulah buku catatanku berwarna biru". Aku telah menemukannya dibalik tumpukan buku-buku, dia sungguh begitu sangat kasihan. Saat aku lulus aku telah mencampakkannya, badannya begitu lusuh dan penuh dengan air mata debu. Padahal Si Biru adalah sahabatku yang paling setia menemani curahanku. Dengan air mataku terus menetes, aku coba menyalakan lampu pijar di atas meja sembari mengambil kacamata baca, kini aku mulai berinteraksi kembali pada Si Biru. Aku mulai terhanyut bersama Si Biru di masa itu.

***

avataravatar
Next chapter