webnovel

Perkenalan

Januari 2015

"Eh, udah tahu belum, katanya ada anak baru lho di kelas kita," kata Boy pada Langit

Langit hanya diam mendengar ucapan Boy. Dia sama sekali tak tertarik dengan hal-hal semacam itu. Baginya apa istimewanya anak baru? Hanya orang yang kebetulan masuk dalam suatu kelompok yang sudah lebih dulu terbentuk.

"Lo ngga penasaran? Cewek lho anak barunya. Kata Seto cakep, pindahan dari Bandung. Lo tahu dong, mojang Bandung kan cakep-cakep."

"Nanti juga dia kesini kan? Jadi ngapain penasaran. Kalau cakep ya syukur deh, seenggaknya ada yang bisa mewakili kelas kita untuk lomba Abang - Mpok Sekolah," jawab Langit. "Tapi kalau otaknya kosong, walau cakep, ngga bakalan lolos juga kan?" lanjutnya lagi.

Boy hanya menggeleng kepala mendengar ucapan Langit. Teman sebangkunya itu memang terkenal pemilih dalam berteman. Sejauh ini selain dirinya, hanya satu orang yang bisa bebas berbicara dengan langit secara normal. Langit memang berbeda, dia terkesan tinggi tak terjangkau seperti namanya.

---

"Selamat pagi, salam kenal, saya Bintang pindahan dari Bandung"

Seorang gadis manis berambut panjang berdiri memperkenalkan diri di depan kelas. Matanya berbinar ceria, senyum tak lepas dari bibirnya. Ramah, itu kesan pertama saat dia memperkenalkan diri.

"Waaah, namanya Bintang? Lengkap deh kelas ini jadi kelas Alam Semesta," kata seseorang yang duduk dibarisan belakang. Seketika seisi kelas langsung riuh seolah membenarkan.

"Sudah diam! Ngobrolnya nanti. Bintang, kamu duduk sama Lala ya, di sana!" kata Bu Mita Wali Kelas mereka.

Bintang melihat seorang gadis melambaikan tangannya, dihampirinya gadis itu dan langsung duduk disebelahnya.

"Hai, kenalin, aku Lala!" kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya mengajak bersalaman.

Bintang tersenyum lalu menyambut uluran tangan Lala.

"Bantu aku ya!" kata Bintang.

Lala mengangguk lalu sambil mengacungkan jempolnya dia berkata, "Siiip, nanti istirahat aku ajak kamu keliling sekolah ya!"

"Dengan senang hati, makasih ya sebelumnya!"

---

"Bintang, ke kantin yuk!" ajak Lala saat waktu istirahat tiba.

"Hayuk! Ada apa aja La di kantin?" tanya Bintang saat mereka berjalan menuju ke sana.

"Hmmm... banyak sih! Kantin di sini lumayan lengkap sih. Kayak foodcourt di mall gitu. Aku jamin kamu akan betah nongkrong di sana."

"Oya? Waah asyik dong! Kalau gitu di sana ada siomay ngga?"

"Ada dong! Gado-gado, batagor, bakso, mie ayam, bubur juga ada."

"Asyiiik... . Mudah-mudahan siomaynya enak ya La! Soalnya salah satu makanan favorit aku siomay."

"Oya Bin, kita kan sekolahnya full day, jadi istirahatnya dua kali. Nanti sebelum Ashar ada jadwal istirahat lagi. Tapi ngga selama istirahat pertama. Kalau sekarang kita istirahat selama satu jam, tapi sebelum Ashar kita hanya dikasih waktu 45 menit saja."

"Kalau ekskul gimana? Ada ekskul drama ngga di sini?"

"Kamu suka drama? Di sini ada teater, lumayan bagus prestasinya. Kalau kamu minat, nanti aku antar ke basecamp mereka."

"Aaah mau dong... Benar ya nanti kamu antar aku kesana?"

"Bereees!" kata Lala sambil mengacungkan jempolnya.

Sampai di kantin, mereka memesan makanan yang diinginkan, dan langsung mengambil tempat disalah satu kursi yang masih kosong. Saat mereka tengah asyik makan, Bintang tertarik dengan dua orang yang duduk tak jauh dari mereka.

"La, yang duduk disitu teman sekelas kita kan ya? Soalnya pas tadi aku memperkenalkan diri di depan kelas, aku lihat mereka."

Lala menoleh kearah yang dimaksud Bintang, "Oooh iya, itu Langit. Tapi kamu ngga usah dekat-dekat dia deh!"

"Lho kenapa?"

"Dia tuh ansos, dia ngga mau gaul sama yang lain, mungkin karena merasa paling pintar jadinya gitu. Nah yang duduk sama dia itu pawangnya. Pawangnya sih masih mendingan walau sama-sama ansos, tapi masih bisa senyum ramah sama orang."

"Hah pawang? Maksudnya apa?"

"Maksudnya, Langit cuma mau ngomong sama dia. Sama Boy teman sebangkunya juga Langit masih mau ngomong sih, tapi ngga seperti kalau dia sama pawangnya itu. Aku sih curiga mereka pacaran."

"Kok bisa gitu ya?"

"Bisa pacaran gitu maksud kamu? Ya bisa lah, kan mereka satu spesies, sama-sama ansos," jawab Lala dengan ekspresi sebal.

"Bukan... Aku sih ngga peduli kalau mereka pacaran. Maksud aku kenapa cuma satu orang aja yang bisa dekat sama dia? Memangnya yang disebut pawangnya itu siapa sih?" tanya Bintang penasaran.

"Pawangnya itu si rangking dua. Dia nempel terus sama Langit, kecuali ke toilet. Pulang juga bareng, katanya sih rumahnya satu komplek. Mungkin mereka belajar bareng juga kalau di rumah, jadinya rangking mereka berurutan gitu. Sayangnya mereka pelit. Tahu ngga, sampai hari ini belum pernah ada satu orangpun yang mereka kasih contekan."

Bintang tertawa mendengar ucapan Lala, "Kalau ngasih contekan mah aku juga ngga pernah La. Rugi soalnya, masa aku yang kerja keras belajar, orang lain tinggal nyalin, terus nilainya sama. Tapi aku mau kalau disuruh ngajarin."

"Kalau dua ansos itu sih ngajarin juga ngga pernah mau. Kalau ada yang nanya, suka pura-pura ngga dengar. Nyebelin kan?"

"Jadi penasaran deh!" kata Bintang, yang kemudian langsung berjalan menghampiri dua orang yang menarik perhatiannya itu.

"Bintang, kamu mau ngapain?" panggil Lala.

Bintang tersenyum pada Lala sambil mengedipkan sebelah matanya. "Tunggu aja!" katanya sambil terus melangkah.

"Hai! Kamu Langit ya? Kenalin, aku Bintang! Kita sekelas kan?" kata Bintang sambil mengulurkan tangannya mengajak Langit bersalaman.

Namun Langit tak menggubris Bintang dan tetap meneruskan makannya. Bintang yang diabaikan tak mau ambil pusing. Sambil tersenyum, Bintang mengalihkan uluran tangannya pada gadis yang ada di hadapan Langit. "Kalau kamu mau kan kenalan sama aku? Teman kamu sombong, semoga kamu ngga. Aku Bintang, kamu siapa?" tanyanya pada gadis itu.

Langit yang dikatakan sombong oleh Bintang langsung mendelikan matanya karena marah.

"Jangan sok kenal deh! Sana pergi aja, jangan ganggu kami," kata Langit dengan ketus.

"Bukan mau sok kenal, aku cuma sedang berusaha kenal sama teman-teman sekelas aku aja. Memangnya ngga boleh?"

"Ya kenalan aja sama yang lain, ngga usah sama kami," kata Langit lagi.

"Ya udah, ngga rugi kok ngga kenal sama kamu. Aku ngajak kenalan teman kamu aja. Mau kan?" tanya Bintang pada gadis itu masih dengan tangan yang terulur mengajak bersalaman.

Gadis itu menatap Bintang dan Langit bergantian. Sepertinya dia merasa serba salah. Namun akhirnya, meski masih terlihat ragu gadis itu menyambut uluran tangan Bintang sambil berkata, "Aku Bulan."

"Semua berawal dari pertemuan kemudian dilanjutkan dengan perkenalan. Setelah perkenalan ada banyak hal yang bisa terjadi. Bisa persahabatan, permusuhan atau malah jatuh cinta. Maka dari itu, berilah awal yang baik dari setiap perkenalan. Karena rangkaian kenangan akan dimulai dari sebuah perkenalan."

(Ziana Abia)

Next chapter