4 Bertemu Randi

Kejadian semalam tidak akan pernah aku lupakan begitu saja, dan tidak akan aku lewatkan untuk menceritakannya kepada teman ceritaku.

"Gua semalam pergi sama Ihsan dong."

"Terus? Masalah buat gua? Haha."

"Elah, Ihsan jemput ke rumah gua, gantle banget kan, wkwk."

"Ya elah, gua juga bisa."

"Heleh."

Seperti itulah memang jika bercerita kepadanya. Tidak pernah serius, tetapi dia lah orang yang selalu membuat aku tertawa sampai terbahak-bahak karena ulah kekonyolannya. Aku mengenal dia memang belum cukup lama, baru sekitar 2 mingguan. Itupun aku mengenalnya melalui temanku di sekolah.

*****

Libur akhir tahun telah selesai. Kini saatnya seluruh murid SMPN 09 Jakarta kembali melakukan aktivitas belajar mengajar seperti biasa di sekolah.

"Ki, Ki, tuh Ihsan," ucap Elina meledekiku.

"Iya gua liat. Ganteng ya? Hehe."

"Iya deh yang malam tahun baruannya sama pujaan hati."

"Iya dongg. Lu sama Randi gimana? Jalan juga kan? Haha."

"Ngeledek banget. Ya engga lah, haha."

"Kali aja. Gua aja ga nyangka kalo si Ihsan jemput gua ke rumah, ya kan?"

"Iya sii."

"Hahaha, iya lagi."

"Oh iya, hari Sabtu ke rumah gua ya?"

"Ngapain? Males ah, mending gua tidur."

"Ihh, lu bertiga pokoknya harus datang."

"Emang ada acara apaan dah?" Tanya Rania seolah-olah tidak tahu. Padahal kami semua tahu, jika hari Sabtu itu adalah hari ulang tahun Elina.

"Datang pokoknya, jam 10 pagi udah di rumah gua."

Tidak berapa lama kemudian bel berbunyi. Kami semua segera memasuki kelas untuk melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Pelajaran demi pelajaran telah kami ikutin dengan baik. Mulai dari pelajaran pertama hingga pelajaran terakhir. Hingga saatnya bel kembali berbunyi. Bel kali ini menandakan jika kegiatan belajar mengajar untuk hari ini telah selesai.

*****

Hari yang di tunggu-tunggu Elina telah tiba. Aku dan kedua sahabatku, Rania dan Riska sudah membuat rencana untuk suprise ulang tahun Elina kali ini. Kami sengaja tidak membuka dan membalas pesan singkat yang masuk dari Elina. Kami juga sengaja tidak datang ke rumah Elina pada hari Sabtu, tetapi kami akan datang ke rumahnya di hari Minggu.

Kami bertiga telah menyiapkan kue ulang tahun dan bingkisan hadiah spesial untuk Elina. Hari ini kami pun akan pergi ke rumah Elina.

Sesampainya di rumah Elina, kami mendapati Elina yang sedang duduk di depan teras rumahnya. Wajahnya nampak seperti orang yang sedang sedih. Sepertinya dia sedih karena kemarin, haru Sabtu kami tidak datang ke rumahnya sesuai keinginan darinya.

"Happy birthday Elina... Happy birthday Elina..."

"Ihh, jahattt," ucap Elina dengan wajah kecewa dan bibir yang di manyunkan.

"Suprise... Haha."

"Kan gua nyuruhnya kemarin, eh malah ga pada datang."

"Iya iya maaf. Kan sekarang kita udah datang."

"Telattt. Kemarin Mamah gua udah masak banyak tau buat kalian semua, akhirnya masakannya di bagi-bagiin ke tetangga."

"Yahh, sekarang ga ada makanan lagi nih?" Tanya Riska.

"Ga ada, gua pikir lu ga bakalan ke sini."

"Yah, ya udah pulang lagi yu."

"Ih, jahat banget si sumpah kalo pulang lagi."

"Hahaha, nih tiup dulu lilin di kue ulang tahunnya. Berdoa dulu sebelumnya jangan lupa."

Setelah Elina meniup lilin yang berada di kue ulang tahun tersebut, Elina pun memotong kuenya dan di berikannya potongan kue pertama tersebut kepada Mamahnya yang memang sudah berada di sekitar kami sedari tadi.

"Yehhh." Kami semua bersorak gembira kepada Elina.

"Kita cuma bisa kasih ini doang El," ucapku sambil aku memberikan bungkusan yang sudah aku pegang dari tadi.

"Ya ampun repot-repot. Makasih ya. Ya udah yu masuk."

Ketika kami masuk, ternyata masih banyak sekali makanan di atas meja. Sepertinya Elina telah berbohong jika di rumahnya sudah tidak ada makanan lagi, dan sepertinya Elina tetap menyiapkan itu semua untuk kami. Mungkin Elina sudah menebak-nebak jika kami akan datang ke rumahnya pada hari Minggu.

"Main ke taman dekat rumah gua yu." Ajak Elina.

"Males ah, panas banget tau di luar," ucapku.

"Engga, ga panas-panas banget ah. Ayo apa. Sekalian main. Masa di rumah aja."

"Ya udah ayo." Akhirnya Riska pun mengiyakan ajakan Elina yang sedang berulang tahun hari ini.

Taman tersebut memang merupakan taman yang cukup terkenal di daerah rumah Elina. Letaknya tidak jauh dari rumah Elina. Cukup berjalan kaki selama kurang lebih 7 menit kami sudah sampai ke taman tersebut.

Di taman terdapat banyak sekali bunga yang indah, mainan anak-anak, air mancur, dan juga terdapat banyak tukang jajanan makanan di sekitaran taman tersebut.

Setelah puas bermain di taman dan sekalian curhat, berfoto-foto, makan, dan yang lainnya. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah Elina dan pamit kepada Mamahnya kalau kami akan pulang ke rumah masing-masing. Karena besok adalah hari Senin. Seningga kami tidak bisa main terlalu lama di sini.

"Ki, Ki, itu orangnya," ucap Elina kepadaku di jalan ketika kami ingin kembali ke rumahnya.

"Siapa si?"

"Randi."

"Yang pakai baju kokoh cokelat?"

"Iya. Ahh dia pasti mau shalat di masjid itu. Masyaallah, calon imam."

"Wuhh, ngarep," ucapku sambil menoyol kepalanya sedikit keras.

Kali pertama untuk aku dan kedua sahabatku yang lainnya bisa melihat Randi secara langsung. Namun kami hanya melihatnya dari jarak yang cukup jauh. Sehingga kami tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Lagi pula, tidak penting-penting juga kan?

"Mamahnya Elina, kami pamit pulang dulu ya." Pamitku kepada Mamah Elina. Aku dan Mamah Elina juga cukup dekat. Sama seperti halnya Elina kepada Ibuku.

"Buru-buru banget?"

"Iya nih, besok senin, harus sekolah. Nanti kalo pulangnya malam pasti di omelin Ibu, hehe."

"Oh gitu, ya udah deh. Makasih banyak ya udah pada mau mampir. Salam ya Kia buat Ibu dan Ayahnya."

"Iya, siap, nanti aku salamin. Salam juga buat Ayah Elina, hehe."

"Iya nak."

"Pamit dulu. Elina, balik dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Aku memutuskan untuk pulang dengan menggunakan ojek online. Karena kedua sahabatku yang lainnya jarak rumahnya dekat dari rumah Elina. Sehingga mereka berdua cukup naik angkot sekali sudah sampai ke rumahnya masing-masing. Jika aku menggunakan angkot, aku harus menaiki angkot sebanyak tiga kali. Akhirnya aku memutuskan untuk naik ojek online saja, karena lebih simple, bahkan bisa pas sampai ke depan rumahku. Jika aku menggunakan angkot justru hanya bisa sampai di depan gang, dan aku harus berjalan kaki lagi dari gang tersebut menuju ke rumahku.

*****

"Kia, gua lupa bilangin tadi. Besok pulang sekoah rapat OSIS dulu ya."

Pesan singkat itu datang dari sahabatku, Riska, yang menjabat sebagai ketua OSIS.

"Oke."

Tidak masalah bagiku jika sepulang sekolah aku harus rapat OSIS setiap hari. Karena rapat OSIS, aku bisa bertemu dan melihat Ihsan. Maklum saja, aku dan Ihsan sudah tidak satu kelas lagi. Dahulu, ketika kelas 7 aku dan Ihsan memang satu kelas, dan aku mulai suka dengannya waktu aku MOS yang mendapatkan hukuman karena kalah bermain game. Sehingga aku harus melakukan hal aneh sekaligus berkenalan kepada murid kelas 7 baru yang lainnya, dan pada saat itu yang terpilih adalah Ihsan. Mulai saat itu juga, rasanya aku sudah menjatuhkan hatiku kepadanya.

Setelah tahu jika aku akan sekelas dengannya, aku sangat senang sekali. Sekolah pun terasa sangat menyenangkan. Namun lama kelamaan aku ketahuan oleh Ihsan jika aku menyukainya, dan aku tidak bisa berhenti untuk menyukainya sampai detik ini.

-TBC-

avataravatar
Next chapter