webnovel

Kanaya Mau Berusaha

Lampu menyala, jam 03:00, Mahis melakukan solat malam, Kanaya bangun dan berwhudlu, juga melaksanakan solat malam.

Di tempat yang tidak lebar, mereka beribadah di malam hari, Mahis keluar dari kamarnya, mengambil sebotol air putih. Karna air putih sangat bagus di minum setelah bangun tidur dan di malam hari.

Kanaya sudah selesai, ia melipat tanpa melihat, Mahis yang berdiri agar jauh, Kanaya melihat sesuatu, dan reflek.

"Hi..., apa itu?" hewan melata kecil seperti kelabang menenpel di mukenanya, ia histeris lalu melempar pas terlempar ke Mahis, sontak Mahis melempar mukenanya.

"Awas ada kelabang! Mungkin, tapi besar!" Kanaya panik jika hewan itu menggigit Mahis. Namun Mahis tanpa sengaja mundur dan air yang di bawa tumpah mengguyur Kanaya.

"Yah basah." Kanaya terdiam di tempatnya, meratapi air yang masih menetes dari rambutnya.

"Ya Allah, kau ini, heh. Sebenarnya apa tadi? Pastikan dong!" Mahis sangat gergetan.

"Bukannya minta maaf," ujar Kanaya membela diri, Mahis lalu melempar handuk, Kanaya menangkapnya. Kanaya pasrah lalu memakai handuk itu.

"Eh, hewannya besar tidak? Manasih!" Mahis mengangkat mukena Kanaya, dan memperhatikan semua sisi.

"Hati-hati kecih eh besar. Aku lupa karena takut duluan!" jelas Kanaya panik, ia mengelap rambut dan wajahnya.

"Heh ...." Rasanya Mahis ingin melahab Kanaya karna kesal.

Mahis masih mencari yang di bilang hewan itu. "Mana sih." Mahis melihat, "Hi.." Mahis melempar mukena itu, karena merinding dan takut di gigit. Mereka saling berjauhan.

Tak lama mereka memperhatikan bersama karena hewan itu tidak bergerak, keduanya mendekat pelan lalu mengamati dan terjadug.

"Au. Maaf nggak lihat," ucap Kanaya mengelus dahinya. Mahis mengambil pulpen di meja dan menggerakkan hewan itu.

"Astagfirullah ...! ini hanya benang!" Mahis menahan rasa kesalnya.

'Ya Allah konyolnya aku, dari tadi, menakutkan hal konyol. Bodoh banget, dasar ceroboh.' batin Kanaya lemas lalu bibirnya menahan tawa.

"Ya maaf. Aku benar-benar tidak tahu kslau itu benang woll," kata Kanaya merunduk.

Mahis tiba-tiba tertawa, "He he he..."

Kanaya memandang suaminya dengan aneh, tapi melihat tawa itu, Kanaya terlihat senang.

'Memang lucu sih kejadian ini, kami panik hanya karena bola woll,' batin Kanaya. Lalu melihat kamarnya berantakan dan basah. Kanaya lalu membereskan.

Mahis membantu Aya membersihkan, lantai. "Lain kali di perhatikan! Atau tadi modus? Mencari alasan biar pagimu berkesan, ha?" ucap Mahis mengambil botol. "Moduskan. Pasti di hatimu sangat bahagia iya kan?" lanjutnya dengan ejekan.

"Ha, terserah." Aya tidak mau berdebat, ia mengambil piama dan masuk ke kamar mandi, ia keluar dengan bau harum, yang sangat di kenali Mahis.

"Jangan pakai sabun yang seperti itu baunya, aku tidak suka!" Mahis masuk kamar mandi, membuang sabun mandi di tempat sampah pas di bawa kaki Kanaya kaget, ia memegang dadanya dan salah faham.

'Ya Allah, teganya segitu bencinya, dan jijikanya kepadaku, sampai sabun pun yang habis ku pakai langsung di buangnya, sakit.' Aya menghela napas sedih, lalu ia duduk.

Ceklek!

"Kita pakai yang ini," ujar Mahis sambil menunjukkan sabun baru, Aya bingung ia terus berfikir. Mahis kembali masuk ke kamar mandi.

'Malu bertanya susah di jalan. Kamu adalah teka-teki. Tadi di buang, kan mubadzir. Sekarang ganti sabun dan pakai bersama. Kok, rasanya seribu tanda tanya bersarang dan memenuhi otakku, semua masih tanda tanya, suamiku, tanda tanyaku, ah, ini gila,' batin Kanaya lalu berbaring di sofa. Mahis keluar dari kamar mandi dan menunju lemari.

"Pakai ini," Mahis melempar mukena baru. "Awalnya itu memang untuk si man, jika di buang mubadzir, kalau sabun tadi 'kan murah. Itu mahal jadi sabunnya aku buang," jelas Mahis. Tanda tanya di otaknya buyar karna mendapat jawaban.

'Oh..., jadi alasan membuang sabun bukan karena aku jorok, wah, sebegitu perhatiannya sampai bau sabun saja kewangian yang di sukai si man, sangat beruntung, di cintai olehnya. Ah, senangnya, aku semakin berdebar ledakan di dalam hati mulai Tar! Tar! Tar! Semoga cepat ada cinta untuk kami. Ya Allah semoga kami saling melengkapi, Aamiin,' batin Aya penuh harap.

"Jangan GR. Sudah azan ayo ke masjid," ajak Mahis, sangat membuat Aya semakin terkesan dan cintanya menumbuk berkali lipat.

Suara azan sangat dekat hanya di belakang rumah, namun jalan yang baik harus berputar arah.

Mereka keluar rumah, dan mulai berjalan, Aya tidak bisa menahan gejolak, di hatinya, degupan kencang di dadanya, ia terus memegang dadanya. Dug, dug, dug. Dia sangat grogi.

"Aku tidak memberimu nafkah batin, tetapi aku dapat mengajakmu untuk ibadah yang lain," kata Mahis cepat membuat Aya menatap kagum.

Aya dan Mahis berjalan, Aya di belakang Mahis. 'Walau kita belum saling cinta, tapi kamu adalah imam terbaik dari Allah,' batin Aya.

Mahis menoleh dan menghentikan langkahnya, melihat genangan air, yang kira-kira 3 langkah di depan Aya, ia berlari ke Aya menarik lengan tangannya, Aya tak sengaja jatuh di pelukan Mahis, dan pas menghentikan langkah Aya, Mahis melepas Aya, Aya benar-benar terpana.

"Aku tertusuk melihat pemandangan sweet di pagi hari. Ya Allah bahagiakan kakak hamba dengan cinta yang baru," ledek pemuda tampan di belakang Mahis dengan berbicara cepat. Mahis melepas Aya.

"Apa sih Raf ..."

"Mas harus usaha biar cepat move on," ledek pemuda itu yang lalu berlari ke masjid. Mahis melangkah cepat hendak meninggalkan Aya. Aya menyusul melihat Mahis merangkul pemuda berkaca mata tadi yang tidak lain adalah adik ipar Aya.

"Jadi whudlu lagi kan. Dingin-dingin lagi!" keluh Mahis.

"Tidak masalah ..."

"Arga mana?" tanya Mahis soal saudara kembar Rafka.

"Arga malam ini tidak pulang Mas," jawab Rafka.

"Bocah itu, minta di ... ehg!" Terlihat Mahis geram dengan adiknya yang bernama Arga. Aya memperhatikan suaminya.

'Aku baru mengenal dia, ternyata banyak yang dia tahu soal agama. Ternyata dia juga suka solat malam. Imamku, cintai makmumu ini, sangat bahagia jika bersanding, dengan seseorang yang mengerti dengan hukum Allah, Ya Allah trimakasih Engkau sudah memberiku jodoh yang istimewa, walau kami belum saling cinta. Tidak ada yang tidak mungkin. Dia bisa mencintaiku dan aku bisa mencintainya nanti. Ya Allah aku pernah mendengar hadits, doa di antara azan dan iqomah akan di ijabah, dan aku ingin membuktikannya, Ya Allah bukan berarti aku meragukanMu, Ya Allah hamba berdo'a di antara azan dan iqomah, dan masjid ini adalah saksi, datangkan cinta di hati kami, jadikan lah kami pasangan yang saling mencintai, pasangan yang dekat untuk beribadah kepadaMu ya Robb. Engkau yang Maha Mendengar dan Maha segala-galanya. Aamiin, Amiiin." Batin Kanaga. Mereka berwhudlu.

Next chapter