16 Bab. 16 Kehidupan Baru

Malam semakin larut Elang masih asyik dengan mulutnya yang menghisap puting payudara Via. Via sesekali meringis dan menggigit bibir bawahnya karena merasakan sakit saat Elang menggigit dan menarik puting payudaranya seperti bayi yang kelaparan. Via kembali terjaga karena ulah Elang itu.

"Kenapa belum tidur tuannya, sebenarnya aku menikah dengan orang dewasa atau anak-anak atau bayi ? Apa tuan adalah bayi besar pertama milikku. Hihihihi" dalam hati Via berucap seperti itu sampai terdengar cekikikan.

Elang yang merasakan ada suara cekikikan pun berhenti menghisap payudaranya dan mendongakkan kepalanya sedikit ke arah Via. Elang melihat Via tersenyum, Via yang masih asyik dengan pemikirannya tak menyadari jika wajah Elang sudah dekat dengan wajahnya sampai dia tersadar karena sesuatu

Cup cup cup

"Apa yang kamu pikirkan? Knp bisa membuat kamu tersenyum seperti itu, mmmm" tanya Elang lembut dan tak dingin seperti biasanya.

"Tak ada, kak" jawab Via singkat dan dalam hati berdoa semoga Elang percaya dan tak bertanya lagi.

"Ya, sudah kalau begitu kita tidur lagi" ucap Elang

"Ya kak, ta….ta….pi a…..ku bo…..leh ke ka…..mar mandi dulu tidak" tanya Via gagap dan mendudukan wajahnya karena takut Elang marah lagi.

"Boleh, jangan lama-lama aku sudah mengantuk. Nanti kamu harus bangunkan aku jam 6 pagi karena akan ada rapat jam 8 pagi" ucap Elang lembut, sambil membelai wajah Via yang menunduk tadi.

"Ya, kak" jawab Via dan cepat beranjak turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Via tak lama-lama di kamar mandi karena takut Elang marah. Via kembali ke tempat tidur dan melihat Elang yang sedang duduk bersandar di tempat tidur. Elang yang melihat Via sudah keluar dari kamar mandi langsung meminta Via berbaring di dekatnya. Elang mengambil posisi seperti tadi lagi dan Via tanpa sadar mengusap kepala Elang dan itu membuat Elang cepat terlelap.

"Hihihihi, aku benaran punya bayi besar sekarang. Kalau aku cerita kelakuan tuan Elang yang tidur tak mau lepas dari puting payudara aku sama Irma dan Nadin pasti mereka tak akan percaya. Besok-besok kalau tuan Elang sudah menempel seperti ini, harus buru-buru aku belai saja kepalanya biar cepat tidur dan nyanyikan lagu nina bobo kalau perlu, hihihi" batin Via berucapa.

Via yang mulai merasakan matanya mulai berat pun perlahan mengarungi mimpi. Sekitar jam 5 pagi Via sudah terbangun dengan perlahan Via melepaskan puting payudaranya yang dimulut Elang perlahan agar tak membangunkannya. Via menuju kamar mandi seperti biasanya, selesai shalat Via mengaji sebentar.

Via melihat ke arah tempat tidur kalau Elang masih tertidur dengan lelapnya. Via memberanikan diri mendekati Elang untuk membangunkannya.

"Kak, kak bangun sudah mau jam 6" Via membangunkan Elang dengan cara menggoyangkan tubuhnya tapi belum ada juga menandakan Elang akan bangun.

"Bagaimana ini tuan tak juga mau bangun apa aku buka tirai saja biar bisa membangunkannya tapi aku takut nanti marah seperti waktu itu di kamar hotel" gumam Via lirih di dekat Elang yang masih tertidur.

"Kak, kak, kak Elang bangun sudah jam 6 kurang 15 menit nanti kakak telat ke kantornya" ucap Via yang masih membangunkan Elang yang masih enggan terbangun dari mimpinya.

"Aku pindah tempat saja jangn disebelah sini tapi di tempat semalam aku tidur. Masa aku tidak bisa bangunkan bayi besarku. Aku coba cium saja bibir bayi besarku, hihihi jika nanti dia marah terima saja" gumam Via lirih dan langsung berjalan ke tempat semalam dia tidur dan naik ke atasnya.

Via berbaring di tempat tidur dan memiringkan tubuhnya. Via mulai mendekati wajah Elang dan menciumnya. Saat Via ingin melepas ciumannya tiba-tiba tertahan oleh tangan yang kokoh dan tubuh Via sudah dipeluk erat oleh Elang. Via tak bisa melepaskannya karena Elang menuntut dalam ciuman tersebut. Elang menghentikan ciumannya saat merasa Via sudah kehabisan nafas.

"Ha… Ha.. Ha.. Ha.. " Via yang masih mengatur nafasnya karena kekurangan pasokan oksigen ke paru-parunya.

"Berani sekali kamu menciumku dan tadi apa kamu bilang kalau aku itu bayi besarmu, hah" ucap Elang tajam dan terasa dingin tak sama dengan cara bicaranya seperti semalam.

"Maaf, tuan maksud Via, kakak" ucap Via gugup dan meremas baju yang digunakannya.

"Siapkan air untuk aku mandi dan pakain kerja" perintah Elang dingin.

"Iya, tuan. Via siapkan semuanya sekarang" Via menjawab dan langsung secepatnya turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Via mulai mengisi air bathup dan menuju ruang ganti menyiapkan pakaian kerja lengkap untuk Elang. Setelah selesai menyiapkan pakaian kerja untuk Elang, Via kembali lagi ke kamar mandi untuk melihat air bathup sudah terisi penuh atau belum. Via keluar dari kamar mandi dan memberitahu Elang kalau sudah siap semuanya.

Elang memasuki kamar mandi dan Via merapikan tempat tidur yang sedikit berantakan. Setelah selesai merapikan tempat tidur dan isinya Via duduk di sofa yang ada di kamar itu. Elang keluar dari ruang ganti sudah rapi dengan stelan pakaian kerja bernuansa gelap. Elang melirik Via yang sedang duduk di sofa.

"Ayo kita sarapan" ucap Elang

"Iya, kak" jawab Via dan mengikuti langkah Elang yang masuk ke dalam lift.

Roy yang sedang duduk di ruang makan langsung berdiri dan memberi hormat melihat tuan dan nonanya datang ke ruangan tersebut. Via yang tak tau Elang sarapan apa biasanya binggung.

"Mmm, kak mau sarapan pakai apa" tanya Via gugup dan takut.

"Buatkan aku roti dengan selai kacang" jawab Elang

"Iya, kak" ucap Via dan langsung membuatkan sarapan untuk suaminya Elang

"Tuan, aku tak mungkin salah liat lagi kan? Kenapa tuan aneh sekali minta dibuatkan rotinya biasanya hanya minum kopi saja. Kalau dibuatkan sarapan tak pernah di makan" ucap pak San yang binggung memikirkan kelakuan tuan mudanya dan mengaruk kepalanya yang tak gatal.

Jangankan pak San, Roy pun dibuat binggung dengan apa yang dia liat pagi ini begitu juga dengan semua pelayan yang masih ada di ruangan tersebut. Selesai makan Elang menyerahkan ponsel milik Via sebelum berangkat ke kantor. Via yang menerima ponselnya pun begitu senang.

Selain menyerahkan ponsel milik Via, Elang juga menitip pesan ke pak San untuk memberi kabar padanya tentang apa yang Via lakukan nantinya. Elang masuk kedalam mobil dan mulai meninggalkan mansionnya menuju kantor. Selama dalam perjalanan Roy menjelaskan jadwal Elang yang begitu padat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kediaman Keluarga Prayuda

Semua anggota keluarga Prayuda sudah berkumpul di ruang makan dan mulai bersiap untuk sarapan sebelum melakukan aktivitas hari ini.

"Kenapa rasa nasi goreng ini sangat berbeda sekali? " tanya tuan Raksa

"Iya, pa benar banget. Biasanya enak dan cocok di lidah Tia" sambung Tia

"Siapa yang masak nasi goreng hari ini?" tanya tuan Raksa ke pelayan.

"Yang masak koki milik kita, tuan. Baru beberapa hari bekerja disini sejak nona Via pindah ke hotel waktu itu.

"Apa hubungan Via pindah ke hotel dengan masakan ini, memangnya selama ini siapa yang masak sarapan, makan siang dan makan malam, hah" tanya tuan Raksa teriak.

"Itu tuan.. Itu tuan yang selama ini masak di rumah ini nona Via "

"Memangnya selama ini kalian melakukan apa saja? Kenapa harus Via yang masak?" tanya tuan Raksa marah

Pelayan yang senior di rumah itu takut menjawab karena sudah dilirik tajam oleh nyonya Sandra.

"Kenapa tak ada yang menjawab, hah" bentak tuan Raksa

"Sepertinya mereka tak punya mulut pa untuk menjawabnya" ucap Tia yang memanas-manasi tuan Raksa

"Aku sudah selesai makannya. Aku duluan pa berangkat ke kantor" ucap Axel membersihkan bibirnya dari sisa sarapannya dan melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Antara takut nyonya Sandra dan lebih takut lagi dengan tuan Raksa yang memberikan mereka gaji, tempat tinggal dan makan setiap harinya. Pelayan senior yang ada disitu dengan ragu-ragu memberitahu sebenarnya ke tuan Raksa.

ApaApa....

avataravatar
Next chapter