9 Bab.  9 Fitting Baju

Hari ini Via berangkat ke kampus bareng sama kakaknya Axel. Axel diminta antar Via ke kampus sama papanya tadi malam. 

Flash back  on

Setelah kepergian Via dari ruang kerja papanya.  Tuan Raksa yang bersedih  mulai mengontrol emosinya. Dia mengirim pesan untuk datang ke ruangannya. 

Tok tok tok

"Masuk" jawab tuan Raksa masih mencoba mengkontrol dan mengendalikan emosinya. 

"Ada pa,  meminta Axel ke ruangan ini" tanya Axel dengan dingin ke papanya. 

"Besok kamu masuk kerja sedikit siang saja,  bukankah kamu mau meninjau proyek yang baru dan sekalian antar Via ke kampus tak usah di jemput nantinya" tuan Raksa memberitahu dan mengingatkan Axel. 

"Baik,  pa" jawab Axel 

Setelah berbicara tentang hal itu mereka membahas pekerjaan yang lainnya juga sampai hampir jam 10 malam mereka menyudahi perbincangannya. 

Flash back  off 

Axel dan Via masuk ke dalam mobil secara bersamaan. Setelah mobilnya berjalan meninggalkan halaman rumah keluarga Prayuda.

 Selama dalam perjalanan masih diliputi oleh keheningan tak ada satu orangpun yang bicara. Mereka hanyut dalam pemikiran masing-masing. Tak terasa mobil yang dibawa Axel tiba di dalam gerbang kampus Via. Axel memberhentikan mobilnya dan memberitahu Via kalau sudah sampai di kampus. 

Via tak menyadari kalau sudah tiba di pelataran parkiran kampusnya.Via yang sedang melamun memikirkan kegiatannya nanti selepas dari kuliah untuk fitting baju. 

"Apa tuan Elang datang juga untuk fitting baju atau tidak?  Semoga bisa ketemu dengannya nanti…" Via berbicara dalam hatinya sampai ada suara yang menyadarkannya dari lamunannya itu. 

"Via… Via… Via… Hai Via… " Axel mengangkat tangannya dan mengibas-ngibaskan di depan muka Via tapi tetap tak ada respon

"Via sudah sampai parkiran kampus,  kamu ga mau masuk kuliah hari ini? " tanya Axel sedikit meninggikan suaranya untuk menyadarkan Via dari lamunannya. 

"Aaahhh,  sudah sampai sampai kak.  Maaf Via ga sadar" Via kaget  dan kembali sadar dari lamunannya. 

"Iya ga papa.  Ya sudah kamu turun masuk kelas sana nanti telat" jawab Axel. 

"Baik,  kak. Terima kasih udah anterin Via ke kampus. Hati-hati dijalan dan jangan ngebut" Via turun dari mobil dan berpamitan serta tak lupa mengingatkan kakaknya jangan membawa mobilnya kencang. 

"Hmmm"  jawab Axel  langsung menutup jendela mobil dan menginjak gas meninggal pelataran kampus Via. 

Dari belakang tangan Via ditarik oleh seseorang dan dibawa ke sebuah taman yang ada di belakang kampus. Selama perjalanan ke taman tangan Via dipegang begitu kuat. Via bingung kenapa dia ditarik seperti itu dan tangannya dipegang begitu kuat. Apa dia punya salah dengan orang yang membawa dia paksa ini. Selama perjalanan menuju ke taman kampus,  lorong yang mereka lewati masih sepi dan belum ada aktivitas. Setibanya di taman Via dilepaskannya pegangan tangannya oleh orang tersebut. 

"Kamu… " Via kaget orang yang menariknya adalah orang yang dia kenal. 

"Kenapa kamu menarik tangan aku dengan paksa ke taman. Aku tak ingin ada orang yang melihat dan salah paham lagi nantinya" Via kesal bercampur marah melihat orang itu dan melihat pergelangan tangannya yang tadi dipegang berwarna kemerahan. 

"Aku ingin tanya sama kamu,  Via. Apa kamu punya rasa sedikit saja sama aku. Aku udah beberapa kali menyatakan cinta ke kamu selalu ditolak.  Apa karena ada pria lain dan pria itu yang tadi aku lihat mengantarkanmu ke kampus, hah"teriak cowok itu yang tak lain dan tak bukan Alex  yang merasa cemburu dan tak bisa menahan emosinya. 

"Aku tak punya rasa apa-apa ke kamu. Lagi pula kenapa kamu harus marah dan melakukan ini. Kamu bukan siapa-siapa aku,  jika kak Tia liat ini pasti bakal salah paham lagi dan aku tidak mau itu. Satu lagi aku akan menikah jadi mana mungkin aku harus punya rasa sama kamu" jawab Via tegas tanpa menjelaskan siapa pria yang mengantarnya tadi ke kampus. 

Via meninggalkan Alex begitu saja di taman itu. Alex bagai mendapatkan sebuah pukulan yang keras setelah mendengar semua itu dengan sejuta tanya dan perasaan yang terluka. Harapannya bisa menjadikan Via kekasihnya sirna sudah. 

Tanpa ada yang menyadari bahwa pembicaraan Alex dan Via ada yang mendengarkan. Orang itu hanya mendengarkan pembicaraan mereka karena merasa terganggu tidurnya dengan suara orang yang berteriak dan marah-marah. 

Via berjalan dengan perasaan kesal dan marah karena perlakuan Alex tadi. Selama perjalanan menuju kelasnya dia mencoba menekan rasa itu.

"Huuuuffffft" Via menghembuskan nafas dengan kasar setelah menaruh pantatnya di bangku kelasnya. 

"Maaf bukan maksud aku membuatmu terluka Alex tapi aku tak ingin kamu selalu mengharapkan hal yang tak akan pernah jadi nyata. Tak perlu aku jelaskan siapa pria yang mengantar aku,  kamu cukup tau saja kalau aku akan segera menikah. Aku tak ingin kak Tia menyalahkan dan salah paham sama aku terus karena merasa aku mengganggu hubungannya denganmu" Via bergumam dalam hati. 

Sahabat-sahabat  Via datang saat mata kuliah akan dimulai. Mereka tak bisa menanyakan perihal Via yang sedikit berbeda hari ini. Irma dan Nadine hanya saling sikut dan mengkode mempertanyakan ada apa dengan Via hari ini. 

Dosen keluar dari kelas satu per satu mahasiswa pada keluar. Via memasukan buku ke dalam tasnya. Saat akan mengirim pesan singkat ke orang WO kemarin ada notifikasi yang masuk ke ponselnya. 

Ting ting ting 

"Selamat siang nona Via. Saya menunggu di parkiran kampus. Jika nona sudah selesai silahkan menemui saya. Terima kasih" ucap Andi memberitahu kalau sudah tiba di pelataran parkiran kampus. 

"Baik,  saya akan segera kesana" jawab Via membalas pesan tersebut. 

Saat Via mulai melangkahkan kakinya meninggalkan bangku yang dia duduki tadi dengan langkah yang terburu-buru. Irma dan Nadin tak bisa menyelesaikan ucapannya karena Via sudah tak ada  di dalam kelas. 

Via jalan terburu-buru melangkah menuju parkiran kampus yang tadi diberitahukan oleh Andi. Setibanya Via disana pintu mobil bagian belakang sudah dibukakan. Via langsung masuk kedalam mobil dan mobilpun meninggalkan kampus menuju butik yang sudah di reservasi untuk fitting baju pengantin. 

Selama dalam perjalanan perasaan Via sudah tak menentu ada rasa dag dig dug. Karena jika sudah fitting baju hari pernikahannya sudah semakin dekat. 

Setibanya mobil di parkiran butik tersebut, Via turun dari mobil dan mengikuti langkah Andi masuk kedalam butik. Saat memasuki butik tersebut Via sudah di kasih pemandangan dengan gaun-gaun yang indah dan mewah dengan harga yang tentunya sangat fantastis. 

"Selamat siang dan selamat datang,  tuan. Ada yang bisa saya bantu" ucap salah satu karyawan butik itu. 

"Selamat siang. Saya Andi ingin bertemu dengan ibu Marisa, kemarin sudah buat janji dengannya" jawab Andi. 

"Maaf tuan tunggu sebentar saya tanyakan dulu ke ibu Marisa kalau begitu" ucap karyawan tersebut untuk menunggu dan mempersilahkan duduk di sofa yang disediakan.

Karyawan tersebut langsung menghubungi ibu Marisa untuk mengkonfirmasikan perihal janji yang sudah dibuat tadi. Tak butuh waktu lama mereka dipersilahkan langsung menuju ruangan ibu Marisa. 

Tok tok tok

"Silahkan masuk" ucap ibu Marisa dari dalam menatap handel pintu yang mulai bergerak. 

"Selamat siang ibu Marisa,  saya membawa nona Via untuk fitting baju pengantin dan untuk tuan Elang nanti akan datang pas jam makan siang" ucap Andi memberitahukan dan menjelaskan kalau pengantin prianya datangnya nanti. 

"Baik,  pak Andi. Saya mau memberitahukan terlebih dahulu ke karyawan saya di bawah jika nanti tuan Elang datang langsung diantarkan ke ruangan fitting baju" ibu Marisa menjawab dan langsung menghubungi langsung karyawannya untuk memberitahukan perihal tersebut. 

"Mari ikut saya ke ruangan baju pengantin. Nanti nona silahkan memilihnya sesuai dengan seleranya. Saya juga akan memberi masukan nantinya untuk nona" jelas ibu Marisa sambil mengarahkan ruangan yang terdapat baju-baju pengantin yang edisinya terbatas dan terbilang mahal juga. Setibanya diruangan tersebut Via disuguhkan dengan pemandangan  baju-baju yang terpasang di manekin dan ada juga yang di gantung di tempat khusus. 

"Silahkan nona memilih bajunya" ucap bu Marisa mempersilahkan Via memilih bajunya. 

"Iya,  terima kasih ibu Marisa" jawab Via dengan lembut dan tak lupa dengan senyum manisnya. 

Via memilih baju yang akan dia coba nantinya. Setelah selesai memilih Via langsung dibantu karyawan tersebut menuju ruangan fitting baju untuk mencobanya. Via mencoba baju pertamanya untuk acara akad nikahnya nanti. Baju kebaya yang berkerah sabrina  dengan lengan panjang dan tak lupa ada taburan batu safir yang menghiasi yang dipadukan dengan bawahan motif batik yang simpel tapi terkesan mewah dan langsung memperlihatkan pakaian yang dikenakan tersebut dengan ibu Marisa dan Andi. Ibu Marisa merasa takjub dan terpesona melihat baju kebaya itu yang sangat pas ditubuh Via tanpa harus dirombak seakan memang baju itu dirancang khusus untuknya. 

Ada mata yang tak berkedip saat melihat Via mengenakan baju kebaya tersebut dan mengulaskan senyum tipis tanpa ada yang menyadarinya.

avataravatar
Next chapter