webnovel

17. Pencarian Tyo

Saat setelah makan siang Tyo kembali ke meja nya, namun ia heran mengapa Rania belum kelihatan batang hidung nya. Apakah ia sedang Sholat atau kemana? sate yang tadi di beli pun tak ada di meja nya.

"Kemana si Rania dari tadi batang hidung nya gak kelihatan! " gumam Tyo lalu ia menuju ruangan Jean untuk mengantar dokumen yang harus di tanda tangani.

"tok tok tok, permisi Bos"

"Masuk" suara dari dalam terdengar

Tyo pun masuk dan mencium aroma sate kambing yang tadi ia pesankan untuk Jean. Dia pun bertanya tanya Rania tidak ada kok sate nya sudah sampai ke sini.

"Bos, apa itu sate yang tadi Rania bawa?" tanya Tyo penasaran

"iya" ucap nya singkat sambil mengunyah sate tanpa nasi

"Lalu kemana Rania, aku lihat sejak tadi aku memarkir mobil dan kembali ke sini dia tidak di meja nya?" tanya Tyo kembali semakin bingung

"Dia izin pulang lebih awal" jawab Jean

"kenapa apakah dia sakit? jangan - jangan dia punya kolesterol baru makan menu perkambingan langsung pusing" tanya Tyo khawatir

Jean mengerutkan kening nya saat memdengar Tyo mengucapkan kata - kata tersebut.

"Haha.." tawa Jean menyeruak, "imajinasi mu itu masuk imajinasi tingkat tinggi" cletuk Jean geli mendengar kekhawatiran Tyo

"Mengapa Kau tertawa memang ini lucu?" tanya Tyo

"Dia bilang aku tidak boleh mengatakan pada siapapun apa alasan nya, jadi aku hanya menjalankan amanah" jawab Jean semakain membuat Tyo penasaran.

"Baiklah aku telepon saja ke handphone nya" sahut Tyo

Jean pun menatap Tyo datar dan mata nya menyipit kedinginan nya kambuh.

"Tidak perlu, biarkan dia istirahat. Apa kau tidak ada pekerjaan lain? lakukanlah pekerjaan mu yang masih banyak itu". seru Jean memberi perintah

" Baiklah Bos" jawab Tyo pasrah

"oiya ini dokumen - dokumen yang harus kau tanda tangani. Semua sudah aku cek dan sudah sesuai" ujar Tyo

"Ok, Thank You" jawab Jean singkat

"Ok, aku kembali ke meja dulu kalau begitu" ucap Tyo seraya berjalan keluar ruangan Jean.

Mereka berdua adalah teman sejak kuliah jadi bahasa mereka memang terkesan bukan seperti atasan dengan bawahan. Hanya pada saat meeting dengan Klien atau meeting perusahaan saja mereka bersikap profesional. Namun apakah Tyo benar - benar tidak perlu menghubungi Rania? apa yang sebenar nya terjadi dengan anak itu.

saat kembali ke Meja nya ada panggilan dari teman nya yang bekerja di divisi nya Brian. Dia menanyakan mengapa Brian berkemas barang - barang nya seolah di pecat dari perusahaan ini.

"Hallo" jawab Tyo

"Hallo Mas Tyo, ini aku Utari" jawab wanita di sebrang sana

"Utari sekertaris Bu Intania?" tanya Tyo.

"iya Pak Utari sekre nya Bu Intania, oiya bapak sudah tahu belum? Pak Brian hari ini berkemas meja dan barang - barang nya di bantu supir nya?" tanya Utari berharap Tyo tahu informasi tentang inj

"Benarkah? Tyo terkejut dengan mata terbelalak. Aku malah belum tau. Apakah dia resign?" jawab Tyo malah kembali bertanya

"Ya makanya Utari tanya Pak Tyo, Biasanya Pak Tyo lebih tau banyak dari Utari". jelas Utari

" Tidak, Aku belum tau. Ya sudah thank you info nya ya". jawab Tyo

"Ok Bye Pak Tyo" ucap Utari kemudian kedua nya menutup telepon nya masing - masing

Ada yang terlintas dalam pikiran Tyo, mengapa dadakan sekali Brian berkemas dari Kantor ini. Tadi siang sepertinya ia bicara dan naik lift bersama Rania, Ah iya mungkin Rania tau dia kan mantan sekertaris nya dan tadi mereka mungkin sempat berpamitan. Tapi baik nya aku melakukan pencarian terlebih dahulu mulai dari mengecek CCTV dulu gumam nya.

Tyo pun pergi ke Control Room di Lantai 3 gedung kantor nya. Dia bertemu dengan kepala Control Room untuk mengecek CCTV di dalam lift yang tadi di naiki Rania dan Brian pada jam 13.30 siang tadi. Dan dengan cepat gambar di monitor menampilkan mereka hanya berdua di lift dan berhenti di lantai Rooftop. Lalu Tyo memerintahkan untuk memutar kamera lain yang ada di Rooftop. Navigator Control Room pun menclose CCTV lift dan merubah nya ke CCTV Rooftop. Disana seperti nya Rania dan Brian berdebat sampai pemanndangan yang memgejuhkan terjadi.

"Ya Tuhan.. begitu rupanya kenapa dia pulang lebih awal! " gumam Tyo pelan

Ia pun meneruskan menonton setelah blouse Rania di tarik sampai robek lalu pria itu memegang Rahang dagu nya seperti seorang sedang mengancam. Pasti Rania sangat syok mengalami kejadian ini. Tapi semakin di amati terus tunggu sebentar ada yang menolong nya. Tak disangka Bos nya yang menghajar Brian itu tak bisa di pungkiri Jean terlihat amat jelas. Rupanya Bos nya sedang jadi pahlawan superhero. Lalu Tyo mengatakan cukup pada Navigator CCTV.

"Baik, sudah cukup terimakasih untuk bantuan nya. harap jangan beritahukan siapa - siapa yang kalian lihat tadi. Karena pelakunya sudah dapat hukuman yang tepat." jelas Tyo kepada 2 orang yang tadi ikut mengamati.

"Siap Pak" ucap dua orang itu secara bersamaan

"hmmm aku mengerti sekarang kenapa Bos tadi melarang ku menelpon Rania dan Rania melarang Bos untuk menceritakan masalah ini ternyata terjadi kasus pelecehan terhadap diri nya. Kasiha anak itu". ucap Tyo dalam hati dan kembali ke meja kerja nya karena pencarian nya telah usai.

Tyo berrfikir untuk menemui Brian di ruangan nya, ia akan pura - pura tidak tahu tentang kejadian yang ia lihat di CCTV. Tyo mau tahu apa yang akan Brian katakan padanya apakah ia akan jujur atau ia akan berbohong. Tiba di ruangan Brian, Tyo mengetuk Pintu.

"Tok tok" suara ketukan pintu sontak membuag Brian menoleh

"Oh, kau mengagetkan ku Tyo" ucap Brian

"Ada acara apa ini mengapa Kau merapikan meja mu? Apakah kau naik Jabatan dan akan pindah ke ruangan lebih besar Pak Brian?" tanya Tyo pura - pura tidak tahu

"Aku ingin mencoba membangun perusahaan sendiri Yo, sudah lelah jadi bawahan" Jawab Brian santai dan percaya diri

"Apa kau Yakin ini mendadak sekali? dan apakah Ayah mu selaku pemegang saham sudah tahu mengenai hal ini?" tanya Tyo kembali

"Belum, akan aku beritahu nanti" Jawab Brian enggan menjelaskan

"Baiklah, jika itu sudah final. Good luck for you" ucap Tyo

"Thanks" jawab Brian

Tyo pun lalu pergi dari ruangan Brian, sudah ia duga mana mungkin Brian akan mengaku perbuatan tidak menyenangkan yang ia lakukan dengan Rania membuat baju seorang karyawan ditarik sampai robek. Jika Ayah nya tahu mengenai hal ini pasti Beliau akan malu sekali.

Daripada di pecat Ayah nya lebih baik memang Brian mengundurkan diri. Rupa nya Jean sudah memikirkan dengan matang hukuman untuk Brian walau saat itu mungkin keadaan sangat panas dan penuh emosi. Bos nya memang luar biasa profesional dalam mengambil keputusan tidak menjatuhkan siapa pun dan tidak membela siapa pun

Next chapter