Sandra meronta, tetapi cengkeraman tangan Vika makin mengerat. Adel tersenyum puas. Dia memberi isyarat untuk membawa Sandra ke tempat sepi. Di bawah pohon kersen yang rindang, mereka membawa Sandra.
"Lepaskan! Kalian gila, ya!" geram gadis itu melotot, terlebih ke Vika.
"Mbak, mending sekarang nurut saja, deh. Banyak yang ingin kami tanyakan," ujar Adel.
"Nggak mau. Lepaskan!" serunya.
Vika langsung membungkam mulut Sandra dengan tangan kanannya. Gadis itu makin meronta.
"Mbak, jangan bar-bar begitu, nanti dikira kita lagi malak orang," bisik Adel.
Sandra menatap Adel dengan masam. Dia sepertinya enggan membuka mulut sama sekali. Wajah tirus itu makin mengkerut.
"Baiklah. Langsung saja, ya. Kami mau tahu, sebenarnya ada apa di rumah ...."
"Kamu adiknya Diandra, kan? Adel?!" sapa seseorang mengagetkan Vika dan juga Adel.
"Eh?"
Sandra terlepas. Gadis itu langsung berlari menuju jalan raya, lalu menghilang di balik beberapa bangunan. Vika mendecak kesal.
"Siapa, sih?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com