19 Terima kasih, sudah menjagaku

Daijun menghela nafas panjang. Ia kebingungan melihat sikap Liu Yu yang aneh menurutnya. IA berusaha meraih tangan Liu Yu yang masih saja menjaga jarak dengannya.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Daijun berusaha mendekati Liu Yu.

"Jangan mendekat, pak Direktur," pinta Liu Yu sambil menggeser duduknya menghindari Daijun yang mendekat. Mukanya memerah seperti kepiting yang direbus. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah mau lepas.

Daijun yang geram mengerutkan dahi dan memberanikan diri meraih tangan Liu Yu.

"Kau itu kenapa?" tanya Daijun sedikit mendengus kesal.

Liu Yu tak menjawab, mukanya makin merah. Dia berusaha menutupi mukanya dengan sedikit menunduk.

"Jawab aku, Liu Yu," ucap Daijun agak keras membuat Liu Yu mendongak dan menunjukkan wajah merahnya.

"Kau sakit? Kenapa mukamu merah sekali?" Daijun memberondong Liu Yu dengan berbagai pertanyaan. Liu Yu tak bergeming dengan pertanyaan itu. Liu Yu justru bingung menutupi mukanya yang merah sekali.

"Kau demam?" tanya Daijun sambil menempelkan tangannya di dahi Liu Yu.

"Hei, Liu Yu. Katakanlah sesuatu, jangan seperti ini," Daijun menatap mata Liu Yu dalam-dalam sepertinya dia tahu kenapa Liu Yu bertingkah seperti itu.

Daijun bak cenayang yang menebak pikiran dari pasiennya yang ada di depannya.

"Ha.. aku tahu kau pasti sedang memikirkan kejadian kemarin malam kan?" tebakan Daijun tak meleset sama sekali. Liu Yu makin memerah dan salah tingkah.

"Pak Direktur, berhentilah," pinta Liu Yu agar Daijun sedikit mendengarkannya.

Daijun tak menghiraukan permintaan Liu Yu, ia justru semakin menggodanya.

"Sayang, panggil aku seperti itu," goda Daijun pada Liu Yu, dia tak melepaskan pergelangan Liu Yu. Padahal Liu Yu sangat ingin berlari dari ruangan itu.

"Pak Direktur, ini di kantor. Jangan seperti ini," pinta Liu Yu memelas.

"Tidak ada yang melihat, dan kita sedang berdua," ucap Daijun membuat Liu Yu sedikit mencairkan hatinya yang bergejolak ingin lari dari tadi.

"Baiklah, sayang," ucapan Liu Yu membuat Daijun gemas dan ingin memeluknya.

"Kau menggemaskan sekali, Liu Yu," ucap Daijun sembari menarik pinggang Liu Yu.

"Diamlah seperti ini sebentar saja," lanjut Daijun yang sedang memeluk Liu Yu.

Liu Yu terdiam di pelukan Daijun, perasaannya campur aduk. Rasanya deg-degan senang, terharu dan ingin meledak.

Daijun mengeratkan pelukannya pada Liu Yu. Ia seperti anak kecil yang tak ingin kehilangan boneka kesayangannya.

"Hmmpp, Daijun, aku tak bisa bernapas," Liu Yu memohon agar Daijun melonggarkan pelukannya, rasanya seperti sesak napas karena pelukan Daijun terlalu erat.

"Tak mau, nanti kau menghindariku lagi jika aku melepaskan pelukanku," ucap Daijun dengan manja.

Liu Yu hanya bisa pasrah pada perlakuan Daijun. Memang salahnya yang seharian menghindari Daijun.

*tok tok tok*

Suara pintu ruang Direktur diketuk, lalu seseorang masuk. Daijun dan Liu Yu yang terkejut dengan situasi itu langsung saling berdiri. Liu Yu berdiri sedikit menjauh dari Daijun sambil membenarkan jam tangannya. Sedangkan Daijun membenarkan jasnya. Mereka terlihat salah tingkah melihat orang yang membuka pintu ruang Direktur.

Jeongli melangkah dengan masih membungkuk melihat berkas-berkas yang ia baca. Terlihat seperti orang yang yakin bahwa berkasnya tak salah. Saat mulai menuju meja Direktur dia mendongak, dan melihat Liu Yu dan Daijun yang masih terlihat salah tingkah.

"Ada apa? Apakah aku mengganggu? Jika ya aku bisa keluar dulu," tanya pak Jeongli dengan perasaan bingung dengan apa yang sedang terjadi di depannya.

"Tidak, ada apa kau kemari, pak Jeongli?" tanya Daijun sambil menatap pak Jeongli yang masih berdiri terdiam memegang berkas di depannya.

"Ah, ini, pak Direktur. Berkas pemindahan pegawai yang anda minta semalam," ucap Jeongli dan ia menyodorkan dua berkas kepada Daijun untuk ditanda-tangani.

"Memangnya siapa yang dipindah, pak Jeongli?" tanya Liu Yu sedikit heran, dia sedikit lupa dengan apa yang terjadi kemarin.

Daijun yang sedang fokus membaca berkas-berkas pemindahan pegawai itu, tidak mendengarkan percakapan pak Jeongli dan Liu Yu.

"Ya, sekretaris Yu," pak Jeongli menghela napas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.

"Miss Gwen dan Sarah lah, karena apa yang dia lakukan kemarin pada sekretaris Yu," lanjut pak Jeongli.

Liu Yu berusaha mengingatnya. Dia ingat apa yang terjadi kemarin sebelum ia pingsan, walau kejadiannya terlihat samar-samar, tapi cukup menyakitkan apa yang diucapkan miss Gwen kemarin.

"Ah, pak Jeongli. Ini berkasnya sudah saya tanda tangani," ucap Daijun menyerahkan berkas kepada pak Jeongli.

"Lalu, bagaimana untuk tempat penempatan mereka, pak Diterektur?" tanya Jeongli sambil menerima berkas dari Daijun.

"Untuk Sarah, ia akan ditempatkan di devisi pemeliharaan di Cheongdamdong. Dan untuk miss Gwen, kirim ia sebagai peserta pelatihan kerja Hwang Departement di Tokyo selama sebulan, sebelum ia ditempatkan di devisi marketing di Tianjin, China," jawab Daijun menjelaskan pada pak Jeongli. Pak Jeongli mengangguk mengerti, tapi Liu Yu menyatakan ketidak setujuannya.

"Pak Direktur, bukankah hal itu sangat berlebihan?" tanya Liu Yu keberatan.

"Tidak, sekretaris Yu. Itu sebanding dengan apa yang mereka lakukan padamu kemarin," jawab Daijun.

"Itu benar, sekretaris Yu," ucap Pak Jeongli membenarkan ucapan Daijun. Ia rasa hal itu lebih dari cukup, untuk memberi hukuman pada miss Gwen dan Sarah yang sudah berbicara sangat keterlaluan pada Liu Yu. Hukuman itu lebih baik daripada mereka dipecat saat itu juga.

"Sekretaris Yu, tak apa. Mereka pantas mendapatkannya," ucapan Daijun membuat Liu Yu yakin, bahwa keputusan Daijun dan pak Jeongli untuk miss Gwen dan Sarah itu lebih baik.

"Baiklah, saya permisi duluan, pak Direktur dan sekretaris Yu," ucap pak Jeongli berpamitan. Liu Yu sedikit membungkuk untuk memberi salam sebelum pak Jeongli pergi.

*krieet*

Pak Jeongli melangkah keluar, terdengar suara pintu ruang Direktur menutup.

"Liu Yu, aku tak akan membiarkan siapa pun berani menyakitimu," ucap Daijun yang duduk di sebelah Liu Yu. Daijun menggenggam tangan Liu Yu erat.

"Terima kasih telah menjagaku," ucap Liu Yu berterima kasih pada sikap Daijun.

Mereka berdua saling berdiam memandang mata masing-masing cukup dalam. Tangan Daijun meraih kedua pipi Liu Yu, mendekatkan mukanya ke muka Liu Yu seperti mereka akan berciuman.

*tiriring tiriring*

Suara handphone Daijun membuyarkan pikiran mereka berdua. Liu Yu langsung tersenyum mendengar suara handphone Daijun yang berbunyi.

"Aih, siapa sih, mengganggu saja," Daijun mengernyitkan dahi sebelum merogoh saku celananya.

Ia melihat nomor tak dikenal muncul di layar handphonenya.

"Angkat saja," pinta Liu Yu pada Daijun.

"Halo," Daijun menjawab dan mengernyitkan dahi.

---

*tut tut tut*

Yoongi berusaha menelfon kakaknya. Lama tak diangkat-angkat. Setelah terdengar bunyi halo, dia segera menjawab.

"Halo, kakak. Aku ada masalah disini. Orang-orang kak Xiao Lee mencari-cariku sampai ke depan gerbang sekolah," ucap Yoongi sedikit gemetar. Ia meminta agar Daijun menjemputnya.

"Baiklah, tunggu disana jangan keluar dulu. Aku akan segera kesana," ucap Daijun di ujung telfon.

Selang beberapa lama, mobil Daijun berhenti agak jauh dari gerbang sekolah agar orang-orang suruhan Xiao Lee tak mengenalinya.

Daijun menyuruh Liu Yu menunggu di dalam mobil, biar dia yang masuk menjemput Yoongi.

Daijun mengganti jasnya dengan jaket bertudung dan topi agar orang-orang itu tidak curiga. Dia memasang handsfree di telinga sambil menelfon Yoongi.

"Turunlah beramai-ramai dengan teman-temanmu, aku menunggu dibelakang mobil mereka. Ajak temanmu untuk mengantar sampai ke tempatku," ucap Daijun pelan.

"Aku mengerti," suara lirih Yoongi terdengar di telinga Daijun.

Setelah telfon itu, keluar anak-anak ramai dari sekolah. Yoongi mengikuti arahan kakaknya. Sampai ditempat kakaknya bersembunyi, ia mengucapkan terima kasih pada teman-temannya.

"Hei, kalian berdua yang disana," orang-orang Xiao Lee mengenali Yoongi.

"Lari!" ucap Daijun menarik tangan Yoongi. Mereka berdua berlari masuk mobil Daijun.

Liu Yu yang sudah melihat sedari tadi dengan sigap berpindah ke kursi kemudi. Setelah Yoongi dan Daijun masuk mobil. Ia menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya hingga orang-orang Xiao Lee tak bisa mengejar.

"Kau.." ucap Yoongi melihat orang yang mengemudikan mobil kakaknya.

avataravatar
Next chapter