23 Tentang Daijun

Chaerin mengajak Liu Yu keluar dan berbicara di taman. Liu Yu mengikutinya dan duduk di salah satu kursi taman bersama Chaerin.

"Ah, syukurlah aku bertemu kakak lagi," ucap Chaerin menghela nafas lega.

"Memangnya apa yang terjadi hingga kau berkata seperti itu?" tanya Liu Yu penasaran.

Liu Yu memutar memorinya untuk mengingat kembali ke belakang, Chaerin adalah gadis kecil yang dulu tinggal bersama Daijun dan ibunya di Beijing. Mereka masih tinggal di Beijing karena saat itu Daijun baru menyelesaikan kuliahnya dan Chaerin masih kelas 5 SD. Sedangkan ayah dan anak kedua dari keluarga Hwang tinggal di Korea. Ayah Daijun meneruskan perusahaan Hwang Departement sepeninggal kakek Daijun, dan putra kedua alias adik laki-laki Daijun ikut menemani ayahnya ke Korea.

Liu Yu kembali menatap Chaerin, menanti jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan pada Chaerin dengan perasaan sedih dan tatapan nanar.

"Kak, maafkan aku. 3 tahun yang lalu, aku tak bisa menghubungi kakak. Aku belum punya handphone sendiri saat itu dan handphone kak Daijun rusak saat kejadian saat itu. Selama dua tahun ini, aku berusaha untuk mencari kabar kakak, melalui sosial media, siapa tahu kakak memakai media sosial. Tapi orang yang mengaku kak Liu Yu, beberapa aku sudah pernah bertemu, tapi itu bukan kak Liu Yu yang aku maksudkan. Aku kenal wajah kak Liu Yu, aku tahu kak Liu Yu orangnya seperti apa," Chaerin mulai membuka cerita pada Liu Yu. Matanya berkaca-kaca, suaranya mulai serak sedikit terisak sambil terus bercerita.

"Katakan padaku, sebenarnya apa yang sudah terjadi saat kalian sudah tiba di sini?" tanya Liu Yu semakin penasaran. Liu Yu menggenggam jari-jari mungil Chaerin. Matanya bertanya-tanya, apa yang sudah terjadi, apa yang sudah dia lewatkan. Kenapa Chaerin terisak dengan ceritanya.

"Kakak, kak Liu Yu, ingat waktu terakhir kak Daijun sempat memberi kabar saat sudah tiba di bandara Korea?" tanyanya mengingatkan Liu Yu.

"Ya, dia mengirimkan pesan. Bahwa kalian sampai di Korea dengan selamat dan mengirim foto Daijun sedang menggendongmu yang yang sedang ketiduran di pelukannya," ucap Liu Yu yakin. Chaerin mengangguk paham.

"Saat aku pulang sekolah, kak Daijun mengajakku jalan-jalan di taman dekat kantor ayah. Aku masih ingat wajah ceria kakak saat itu yang berusaha menghiburku, karena aku tidak suka berada di Korea, aku tak punya teman. Teman-teman membicarakan aku karena tak terlalu bisa bahasa Korea. Kakak menghiburku terus dan merayuku dengan akan membelikan aku es krim, agar aku mau sekolah lagi besoknya," ucap Chaerin.

Liu Yu terdiam memandangi Chaerin yang makin terisak, ia berusaha mengusap air mata yang jatuh di pipi Chaerin.

"Ceritakanlah, tak apa. Aku akan mendengarkanmu," ucap Liu Yu menenangkan Chaerin.

"Saat itu, kami akan menyeberang jalan. Padahal lampu untuk pejalan kaki sudah menyala hijau. Dan lampu lalu lintas merah, mobil-mobil lain sudah berhenti. Dan kak Daijun menggandengku di tangan kirinya. Tiba-tiba ada pengemudi mabuk yang mengemudikan mobilnya sangat kencang," Chaerin kehilangan kata-katanya. Liu Yu semakin bingung, ia memeluk Chaerin.

"Kakak yang melihatnya refleks memutar badan untuk melindungiku dan mendorongku jatuh tersungkur di jalan. Dan brak, terdengar suara mobil menghantam sesuatu, aku menoleh dan melihat badan kak Daijun sudah tergeletak di tanah dengan darah mengucur dari kepala, hidung dan telinganya. Aku histeris, melihat kakak yang seperti itu," cerita Chaerin lagi.

"Kakak dibawa ke rumah sakit, handphonenya rusak membuatku tak bisa mengubungi siapa-siapa. Hanya telfon kantor ayah yang aku ingat, dan ayah langsung datang ke tempat kakak dirawat bersama ibu dan kak Yoongi," lanjut Chaerin sedih.

Chaerin menghela nafas panjang, mengatur irama jantungnya yang berdegup kencang karena terisak.

"Saat itu aku mengalami syok dan depresi berat, karena trauma melihat kak Daijun yang seperti itu. Aku terus menyalahkan diriku sendiri, kak Daijun bisa celaka seperti itu karena melindungi aku. Apalagi setelah dokter bilang, bahwa kak Daijun mengalami cedera kepala yang cukup parah, ada pendarahan di otaknya yang membuat dia kehilangan sebagian memorinya. Aku yang makin depresi dengan keadaan kakak, membuat ayah dan ibu khawatir juga. Mereka membawaku ke psikiater untuk memulihkan kondisiku, hal itu berlangsung lama hampir satu tahun buatku, aku harus berkali-kali ikut konseling untuk menghilangkan traumaku," ucap Chaerin panjang. Liu Yu terus menggenggam jari-jari Chaerin, tangannya dingin. Liu Yu mengerti sekarang kenapa Daijun bisa lupa tentang dirinya.

"Lalu, bagaimana keadaan kalian saat itu?" tanya Liu Yu cemas.

"Kakak Daijun sadar setelah genap enam bulan, setelah operasi kepalanya selesai. Dia juga melupakan siapa dirinya dan keluarga kami saat itu. Tapi dia terus berusaha mengingat potongan-potongan memori tentang keluarga kami, walau dia selalu kesakitan dan berteriak-teriak karena kepalanya terasa sakit. Awalnya dia hanya mengingat aku dan ibu. Dia lah yang membantu kesembuhanku dari trauma itu. Setelah setahun ia baru mengingat kak Yoongi dan ayah. Karena itu, aku dan kak Yoongi sangat menyayangi kak Daijun. Kami selalu akur dengannya," ucap Chaerin menatap mata Liu Yu yang mengeluarkan air mata. Liu Yu menangis tersedu-sedu, ia yang kekasih Daijun dulu, tidak tahu apa yang terjadi.

Chaerin dan Liu Yu berpelukan, mereka tenggelam dalam tangis masing-masing. Saling mengerti situasi satu sama lain.

Setelah suasana sedikit mereda. Chaerin melihat Yoongi berlari-lari ke arah mereka berdua. Wajahnya ceria seperti membawa kabar baik.

---

Liu Yu bergegas masuk ke ruangan Daijun dirawat dan menghampiri ranjang Daijun. Daijun yang sudah membuka mata menatap kedatangan Liu Yu.

"Daijun, aku disini," ucapnya menggenggam tangan Daijun.

Daijun hanya meneteskan air mata melihat Liu Yu, ia belum mampu bicara. Tapi sorot matanya mengisyaratkan bahwa dia baik-baik saja.

"Kak Daijun, kak Liu Yu disini dari kemarin," Yoongi berkata di sebelah telinga kiri Daijun.

"Cepatlah sembuh, aku ingin kau cepat sembuh," tangis Liu Yu pecah, ia kehilangan kata-katanya. Daijun mengangguk mengerti kesedihan Liu Yu. Tangan Daijun berusaha meraih dan mengusap-usap pipi Liu Yu untuk menenangkannya.

"Kakak," ucap Chaerin, Daijun menoleh ke sebelah kanan belakang Liu Yu, ia melihat Chaerin yang menangis juga melihatnya.

"Aku ingin memeluk kakak," ucap Chaerin yang menangis sesenggukan.

Liu Yu mengerti dan berpindah, ia membiarkan Chaerin memeluk kakaknya yang sedang terbaring itu.

Tak lama ayah dan ibu Daijun datang setelah mendengar kabar bahwa Daijun sudah siuman. Lalu Liu Yu mengajak Johan, Yoongi dan Chaerin untuk makan siang sambil berbincang-bincang. Akhirnya Yoongi mengerti kenapa Chaerin bisa bersikap seperti tadi, karena dia sudah mengenal Liu Yu sebelumnya. Dan Johan juga mengerti bahwa Liu Yu adalah kekasih Daijun saat masih di Beijing dulu.

Waktu sudah hampir satu minggu berlalu, keadaan Daijun mulai membaik perlahan-lahan. Sementara Daijun masih dirawat. Ayah Daijun membantu Liu Yu untuk membereskan pekerjaan di kantor, agar perusahaan tidak kewalahan dengan pekerjaan yang menumpuk.

avataravatar
Next chapter