11 Sebuah Rencana Gila

Liu Yu yang turun dari bus, berjalan senang dan sedikit-sedikit menari kecil ke arah rumahnya. Dia tak menyangka akan mendapat teman yang bisa seperti adik laki-laki untuknya. Tingkahnya manis walaupun sedikit menyebalkan jika manjanya keluar.

"Yoongi, adalah tipe pendengar yang baik," gumam Liu Yu sambil senyum-senyum.

"Selera humornya juga lucu, sangat nyambung bercanda dengannya," tambah Liu Yu.

Liu Yu yang senang bergumam tentang Yoongi si 'Little Bun'nya, tiba-tiba berhenti. Dia melihat heran ada mobil sport mewah, di depan restoran ibunya.

Ia terus berjalan tapi pandangannya tak lepas dari mobil itu. Itu pasti Daijun pikirnya, dan benar memang ada Daijun di dalam restorannya.

Liu Yu bergegas untuk menemui dan membantu ibunya. Saat akan masuk ke dalam, Johan yang juga buru-buru masuk membuat mereka saling bertabrakan di pintu masuk.

"Hei, Liu Yu, hati-hati," ucapnya sedikit terkekeh.

"Kau tahu, aku yang lewat dulu, Ladies First" paksa Liu Yu dengan semboyannya.

"Baiklah. Silahkan tuan Putri," goda Johan.

"Wah, dasar kurang ajar," jawab Liu Yu sambil memukul lengan Johan.

Johan hanya terkekeh melihat sikap Liu Yu yang sedikit salah tingkah.

Daijun yang menatap sedari tadi, hanya tertawa kecil melihat teman dan sekretarisnya yang bertingkah seperti anak kecil memperebutkan masuk taman bermain.

Liu Yu melirik bahwa Daijun memperhatikan tingkah mereka sedari tadi, termasuk berebut untuk masuk ke dalam restoran. Liu Yu melontarkan senyum dan segera berlalu ke dapur untuk membantu ibunya.

Sementara itu Johan berjalan menuju meja Daijun dengan sedikit ngos-ngosan.

"Hei, Daijun, kenapa kau memanggilku sore-sore begini?" tanya Johan penasaran.

"Kau ingin tahu?" Daijun bertanya balik pada Johan.

"Hei, kau sudah memanggilku seperti itu tapi masih bertanya pendapatku, dasar s***," Johan cemberut dan mengumpat pada Daijun.

Daijun yang mendengarnya hanya tertawa terkekeh-kekeh dan meminta Johan untuk duduk, "Duduklah, aku punya pekerjaan sementara untukmu," ucapnya.

"Kau jangan berbohong, ku pukul pantatmu jika berbohong," ancam Johan.

"Tidak, tidak, kali ini aku serius," jawab Daijun meyakinkan Johan.

Liu Yu yang datang mengantarkan pesanan mereka, membuat percakapan mereka terhenti sejenak. Liu Yu heran apa sebenarnya yang sedang mereka bicarakan, kenapa saat dia mengantar pesanan mereka bisa sepakat untuk diam bersama.

"Silahkan dinikmati, jika perlu yang lain panggil saya," ucapnya berusaha ramah di depan dua orang yang memandanginya.

"Ada apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" tanya Liu Yu.

"Duduklah nona, Liu Yu," ucap Daijun pada Liu Yu.

Liu Yu duduk di sebelah Johan menghadap ke Daijun.

Daijun mulai menjelaskan kenapa dia memerlukan mereka berdua untuk membantunya.

"Aku akan menjelaskan kenapa aku membutuhkan bantuan kalian," ucapnya.

"Bantuan apa, pak Direktur?" tanya Liu Yu, Johan hanya mendengarkan.

"Sebelumnya di luar pekerjaan, kau bisa memanggilku Daijun saja," ucapnya kembali pada Liu Yu. Liu Yu mengangguk setuju.

"Untuk kau Johan, aku harap kau mau menjadi supir kantor pengganti untuk pak Jang selama seminggu ini, karena dia sedang sakit. Tapi aku harap kau juga bisa menjadi orang yang dapat membantuku sewaktu-waktu jika aku harus menemui, Xiao Lee, orang yang dijodohkan ayahku beberapa waktu lalu," ucapnya.

"Baiklah, aku juga kosong satu minggu ini," jawab Johan mengerti permintaan Daijun.

"Tapi, tunggu dulu, Daijun. Lalu kenapa kau butuh aku juga?" tanya Liu Yu kebingungan.

"Aku tak suka pada Xiao Lee, dia orang yang senang menghambur-hamburkan uang. Setiap kali bertemu dengannya aku harus mengeluarkan banyak uang, karena dia selalu meminta barang-barang mahal saat belanja," jawab Daijun. Liu Yu semakin bingung mendengarnya. Daijun yang melihat gelagat Liu Yu meneruskan ucapannya.

"Begini, Liu Yu. Aku ingin kau berpura-pura menjadi pacarku," ucapnya. Liu Yu terbelalak mendengar penjelasan Daijun.

"Tapi kenapa aku?" tanyanya pada Daijun.

"Karena kau, memang cocok," jawab Johan. Daijun mengangguk dengan muka memelas.

"Besok Senin malam saat makan malam aku bertemu dengan Xiao Lee di sebuah restoran keluarga, aku harap kau bisa mengantar Liu Yu, Johan. Agar kesannya dia memiliki supir pribadi," jelasnya.

"Oke, lalu mobilnya?" tanya Johan

"Kau bisa memakai mobilku yang satunya di apartemenku," jawabnya.

"Dan kau, Liu Yu. Kau harus berpura-pura menjadi pacar yang akan aku aja bertunangan. Sikapmu harus menjadi anggun dan manis. Juga terlihat wanita cantik yang penuh talenta," pinta Daijun, "Untuk masalah gaun, besok akan aku bawakan ke kantor," lanjutnya.

Liu Yu dan Johan yang sepakat, mengangguk cepat menandakan mereka setuju, sebuah rencana besar yang cukup gila untuk dilakukan.

Liu Yu permisi untuk kembali ke dapur membantu ibunya untuk memasak. Daijun mempersilakannya untuk pergi.

"Hei, Daijun, apa kau tak takut Xiao Lee marah? Dia kan aktris cantik, bisa saja dia membuat skandal tentangmu dan Liu Yu," tanya Johan.

"Itu tidak akan terjadi. Kau tahu perusahaan keluarga Lee ada kerja sama dengan perusahaanku. Jika mereka berulah, mereka bisa saja akan kehilangan saham yang cukup besar," ucap Daijun dengan memasukkan ayam ke mulutnya.

"Tapi tindakanmu cukup berani, untuk mengajak Liu Yu, terlibat dalam masalah ini," balas Johan.

"Aku yakin, karena Liu Yu akan memerankan perannya dengan baik," jawabnya.

---

Yoongi yang selesai belajar, sedang memandangi foto-fotonya bersama Liu Yu saat berada di Namsan Tower.

"Kakak yang cantik, aku harap kau bisa jadi kakak iparku," gumamnya.

Yoongi mencoba mengirim pesan pada Liu Yu.

"Kakak, apa kakak sibuk?" ketiknya di layar Ponsel.

*tririring*

Sebuah pesan masuk di handphone Liu Yu dari Little Bun, ia membacanya, di layar tertulis "Kakak, apa kakak sibuk?".

"Tidak, little bun, ada apa?" ketik Liu Yu cepat.

"Aku hanya ingin sms kakak saja," balasan Yoongi cepat juga.

"Jika ada perlu, jangan sungkan bilang ya," balas Liu Yu.

"Kakak, apa Selasa kau ada waktu?" tanya Yoongi.

"Tidak, ada apa?" Liu Yu bertanya balik.

"Aku ingin mengajak kakak makan teokbokki kesukaanku," balasnya.

"Baiklah, kita bertemu jam 6 di halte dekat Hwang Departement," ketik Liu Yu sambil memasukkan ponselnya ke saku.

Yoongi yang membacanya senang.

"Wah, aku seperti punya kakak perempuan yang selalu punya waktu untukku," ucapnya sambil lompat-lompat di atas tempat tidur. Dia sangat bahagia karena dia tak pernah mengajak kakaknya beli teokbokki karena kakaknya tak suka pedas.

---

Daijun sedang sibuk memilih gaun mana yang cocok dipakai Liu Yu, di web desainer langganannya.

Dia memilih potongan dress selutut berwarna peach dengan ornamen pita di pinggang dan bahunya sedikit terbuka, menurutnya itu cocok untuk Liu Yu yang punya 'body goals'.

Dia mengklik pesanannya, dan meminta agar dikirim besok ke kantornya.

Daijun sedikit lega, karena dia tak harus menghadapi tingkah gila Xiao Lee yang sangat terobsesi pada dirinya sendirian. Setidaknya ada Liu Yu yang bisa membantunya untuk menolak perasaan Xiao Lee dengan tegas.

"Ah semoga besok berjalan lancar," gumamnya.

Daijun menaruh handphonenya dan merebahkan diri.

*drrrtt drrrtt*

Baru sebentar dia melihat layar handphonenya menyala, ada telfon masuk, di layar tertulis Xiao Lee.

Daijun mengangkatnya malas, dia loudspeaker agar tak harus menempelkan handphonenya ke telinga.

"Halo, kenapa kau telfon malam-malam?" ucapnya ketus.

"Aku kangen kamu, besok kita akan bertemu," suara Xiao Lee dari ujung telefon.

"Ya, ya. Sekarang matikan telfonnya, aku mau tidur," jawab Daijun semakin garang.

"Se..." belum selesai Xiao Lee menjawab terdengar bunyi *tut tut tut tut*. Daijun sengaja mematikan telfonnya karena, Xiao Lee tidak akan berhenti bicara di telfon jika dia tak melakukannya.

"Kau harus menunggu sesuatu terjadi besok Xiao Lee," gumamnya.

Daijun mematikan lampu meja sebelah tempat tidur dan tertidur dengan nyenyak.

avataravatar
Next chapter