4 Nama Yang Tak Asing

Setelah lama berpikir Daijun mulai mengajak Johan bicara dengan nada sedikit gahar, "Hei Johan, kenapa kau memanggilku kesini?"

"Eit eit sabar Tuan Direktur Muda," jawabnya menenangkan.

"Kau pasti ingin tahu nama gadis yang ada di sana kan?" Johan menunjuk gadis yang sedari tadi dipandangi Daijun. Daijun mengangguk setuju dan sedikit curiga bagaimana Johan tahu.

"Namanya Liu Yu, dia baru kembali dari Beijing satu minggu yang lalu," ucapnya sambil menggigit ayam.

Daijun terdiam sebentar dan menjawab, "Johan, sepertinya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana, setiap kali aku mengingat, tak ada yang muncul di kepalaku."

"Mungkin kepalamu pernah terbentur, hahaha," goda Johan pada Daijun. "Sudahlah makan ayammu, kali ini aku yang mentraktirmu Tuan Muda," lanjutnya.

"Hei yaa.. darimana kau dapat uang untuk mentraktirku, Johan Kwon?" Daijun menaruh gelasnya dan sedikit berteriak pada Johan, untungnya restoran sedang sepi hanya mereka yang sedang berkunjung malam ini.

"Hei hei tenanglah Daijun Hwang, hari ini aku mendapat upahku dari freelance menulis di blog, dan itu lumayan untuk mentraktirmu makan ayam, temanku," Johan memenangkan hati Daijun yang mengernyitkan dahi sedari tadi.

"Aku ingin mengenalnya dan meminta nomornya," Daijun berdiri dan menghampiri Liu Yu.

"Nona, kau masih ingat aku?" tanyanya.

Liu Yu mengangkat dagunya, dia segera mengelap bibirnya yang belepotan dengan tissu, "Ah.. ya kau Tuan Daijun Hwang, ada yang bisa aku bantu?" jawabnya.

"Ya ada," ucapnya singkat sambil memandang mata Liu Yu, perasaan itu lagi, hangat saat memandang itu.

"Ya, Tuan, apa yang anda perlukan? Biar aku ambilkan," cecar Liu Yu yang sedikit geram.

"Nona Liu Yu," ucap Daijun, Liu Yu yang menunggu berharap dia segera bilang apa maunya. "Berikan aku nomormu," lanjut Daijun.

"Tadi anda tidak mengenalku, sekarang kau menyebut namaku, apakah kau bertanya pada Johan Kwon agar tahu namaku? Sekarang kau juga meminta nomor telfonku, bisa-bisanya kau lupa nomorku, Daijun Hwang," caci Liu Yu pada Daijun.

"Jadi kau mau memberikannya atau tidak?" tanya Daijun.

"Baiklah baiklah berikan handphonemu," Liu Yu sedikit cemberut, Daijun menyerahkan handphonenya dengan riang merasa misinya sukses, Liu Yu mengetik nomornya di handphone Daijun.

"Ini, jangan lupakan nomorku lagi," ucap Liu Yu setelah memberikan handphone Daijun.

"Terima kasih nona Liu Yu," ucapnya singkat dan berlalu dengan senyum.

Daijun kembali ke tempat duduk dan mendapat jempol dari Johan.

---

Liu Yu masih terdiam melihat pemandangan yang baru saja terjadi, "Tadi sore dia lupa namaku, sekarang tahu namaku dan lupa nomor telfonku, sebenarnya apa yang terjadi pada Daijun saat di Korea?" gumamnya lirih sambil memandang punggung bidang Daijun dari jauh.

"Kenapa kau memandangi Tuan Daijun, Liu Yu?" ibunya menepuk punggungnya pelan dan bertanya. "Apa kau mengenalnya? atau menyukainya?" lanjut ibunya.

"Ah.. ibu.. bisa saja menggodaku, ibu bolehkah aku bertanya? Sejak kapan Tuan Daijun sering kemari?" tanya Liu Yu penasaran.

"Kau ingin tahu sekali, baiklah akan ibu ceritakan," ucapan ibunya membuat Liu Yu semakin penasaran. "Ia sering kemari sejak 2 bulan lalu, entah bagaimana dia tahu restoran kecil milik ibu ini, dan ya cara dia berteman dengan Johan Kwon yang disebelahnya itu, ketika Johan menabraknya saat mabuk dan bertengkar dengannya," tutur ibunya panjang lebar.

"Ibu, sepertinya mereka akan segera pergi," Liu Yu yang mendengarkan, menunjuk Daijun dan Johan yang akan membayar dan pergi karena sudah terlalu larut.

"Ah ibu kesana dulu, kau bereskan piringmu dan segera bersiap tidur," ucap ibunya.

Liu Yu sekali memandang Daijun dan merapikan piring di mejanya kemudian pergi ke kamarnya. Setelah mandi dia berbaring di tempat tidurnya, ranjangnya manis ber-ornamen peach kesukaannya dan berada di dekat jendela. Dia meratapi perubahan Daijun yang tak mengenalinya.

avataravatar
Next chapter