17 Mungkin Aku Sumber Masalah

Daijun menghela nafas panjang sebelum memanggil miss Gwen, Sarah dan pak Jeongli Park dari devisi keuangan. Tingkah miss Gwen dan Sarah sudah tidak bisa di tolerir lagi, sikap tidak sukanya pada Liu Yu sangat kentara.

"Pak Jeongli, apa yang akan kau lakukan pada anggota divisimu ini?" Daijun bertanya pada Jeongli Park. Jeongli kebingungan apa yang sudah terjadi sebenarnya hingga dia dipanggil ke ruangan Direktur sekarang.

"Maaf, pak Direktur. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya Jeongli kebingungan.

Miss Gwen dan Sarah hanya terdiam melihat mereka dipanggil ke ruangan Direktur, raut wajah mereka seperti memperlihatkan bahwa mereka adalah orang yang menumpahkan kopi di meja Liu Yu.

Liu Yu yang berdiri di sebelah Daijun menjelaskan duduk permasalahannya.

"Mohon maaf sebelumnya, pak Jeongli. Miss Gwen dan Sarah dari tim anda, sudah menumpahkan kopi di meja saya. Dan itu mengenai berkas penting berisi perpanjangan kontrak dengan investor saham di perusahaan kita, yang harus ditanda tangani pak Direktur segera. Sebelum dikirim kembali pada para investor," Liu Yu menjelaskan sedikit sedih dengan apa yang terjadi.

Padahal itu berkas yang sangat penting untuk Daijun, jika mereka terlambat mengirim kembali berkas itu kepada para investor, bisa saja para investor itu membatalkan kerja sama dengan perusahaan ini.

Jeongli Park menatap tajam pada miss Gwen dan Sarah yang hanya diam dan menunduk sedari tadi.

"Jadi, siapa yang akan menjelaskan masalah ini?" tanya Jeongli setengah berteriak pada mereka berdua.

"Sa, saya sangat tidak suka pada sekretaris Yu," jawab Sarah sangat lantang.

"Saya, juga. Meskipun sekretaris Yu baru bekerja disini selama satu minggu, dia bisa memenangkan hati pak Direktur," tambah miss Gwen.

"Kami menyukai pak Direktur jauh sebelum Liu Yu datang. Tapi dia malah bisa menjadi kekasih pak Direktur padahal baru bekerja di sini, jangan-jangan Liu Yu menggoda pak Direktur agar bisa menjadi kekasih anda," ucap miss Gwen setengah berteriak memaki Liu Yu. Ia mengira Liu Yu adalah wanita penggoda.

Liu Yu bak disambar petir mendengar kata-kata miss Gwen barusan. Ia berusaha menahan diri, air matanya hampir berisak namun dia berusaha agar tak menangis di depan Daijun.

Daijun terus memberikan tatapan kecewa dengan mengerutkan dahinya di hadapan Sarah dan miss Gwen.

"Kalian berdua, padahal aku tahu kalian suka bergosip di antara pegawai kantor. Tapi kalian punya rekam jejak bertugas yang baik, makanya aku tetap belum memberhentikan kalian untuk bekerja," ucap Daijun menyesal pada perbuatan mereka berdua.

"Hanya karena kalian tidak suka dengan sekretaris Yu, kalian melakukan hal memalukan seperti ini?" ucap Daijun menambahkan.

Jeongli Park sangat menyesal dengan apa yang terjadi dengan Miss Gwen dan Sarah. Ia sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi.

"Saya menyerahkan semuanya pada pak Direktur," ucap Jeongli sedikit bergetar menahan malu dan marah.

Miss Gwen dan Sarah saling berpegangan tangan dan menangis sesenggukan mendengar ucapan pak Jeongli yang sudah pasrah dengan keputusan apa yang akan diambil Daijun.

Tangan Liu Yu terasa dingin, keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Pandangannya gelap, tubuhnya terasa lemas kemudian dia pingsan.

*bruk*

Suara sesuatu jatuh, Daijun langsung menoleh ke arah datangnya suara. Liu Yu sudah tergolek lemas dengan muka pucat dan badan yang dingin.

Daijun memberi isyarat pada pak Jeongli, agar dia saja memutuskan apa yang pantas diterima oleh miss Gwen dan Sarah. Pak Jeongli menarik mereka berdua keluar dari ruangan Direktur.

Sedangkan Daijun menggendong Liu Yu ke sofa di ruangannya. Ia meminta Hana yang sedang lewat mencari minyak angin dan memanggil dokter ke kantornya.

Hana Lee yang gugup segera memanggil dokter dan masuk ke ruangan Direktur.

---

"Apa yang terjadi pada sekretaris Yu, pak Direktur? Kenapa dia bisa sampai pingsan begini?" Hana Lee yang mengoleskan minyak angin di kedua pelipis Liu Yu, mencecar Daijun dengan berbagai macam pertanyaan.

"Sepertinya dia syok, karena terkejut mendengar ucapan miss Gwen bahwa dia adalah wanita penggoda demi mendapatkan jabatan sekretaris pribadiku," ucap Daijun merasa bersalah.

Hana Lee yang paham situasi segera mengambil selimut untuk menyelimuti Liu Yu.

Dokter yang datang segera memeriksa Liu Yu. Ia menyatakan bahwa Liu Yu pingsan karena menerima tekanan stress. Jadi dokter meminta pada Daijun agar membiarkan Liu Yu tidur terlebih dahulu.

Setelah dokter pergi Daijun memanggil Hana Lee melalui telfon.

"Hana, kau bisa kemari sebentar?" ucap Daijun.

"Baik, pak Direktur. Saya segera kesana," jawab Hana di ujung telfon.

*tok tok tok*

Suara pintu ruang Direktur diketuk, seseorang masuk.

"Ada apa, pak Direktur memanggil saya?" tanyanya pada Daijun yang masih cemas karena Liu Yu masih belum sadar juga.

"Hana, dia masih belum bangun, padahal ini sudah jam harus pulang kantor. Aku takut ibunya mencemaskannya karena terlambat pulang tanpa ada kabar," ucap Daijun kebingungan.

"Biar saya yang menjaganya dulu, kebetulan pekerjaan saya sudah saya," ucap Hana menenangkannya.

Daijun mengangguk setuju, dia pergi keluar untuk menelfon ibu Liu Yu dan membeli makanan untuk Hana dan Liu Yu jika dia sadar nanti.

Daijun memencet nomor ibu Liu Yu dan menunggu lama sebelum akhirnya telfonnya diangkat.

"Halo, ibu," ucap Daijun di telfon.

"..."

"Liu Yu akan pulang sedikit terlambat, karena kami masih ada pekerjaan dan handphonenya baterainya habis," Daijun terpaksa berbohong, agar ibu Liu Yu tak khawatir jika tahu bahwa Liu Yu pingsan di kantor.

Daijun masuk ke mobil dan melajukan mobilnya di jalan. Ia pergi membeli beberapa makanan untuk Liu Yu dan Hana Lee.

Mobilnya berhenti di sebuah tempat makan cepat saji. Karena tidak ada layanan drive thru, dia terpaksa harus masuk ke dalam. Dia memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam.

"Tolong paket yang ini dua," ucap Daijun pada pramusaji.

"Apakah ada lagi?" tanya pramusaji.

"Tidak, terima kasih," Daijun mengucapkan terima kasih dan membayar pesanannya.

Beberapa saat pesanannya sudah selesai.

*drrtt drrtt*

Saat Daijun akan meninggalkan tempat makan itu, Hana Lee menelfonnya. Dia menggeser tombol terima telfon di layar handphonenya.

"Pak Direktur, Liu Yu sudah sadar," ucap Hana Lee di ujung telfon.

"Tunggu dulu, aku akan segera kembali," ucap Daijun cepat. Ia memasukkan handphonenya di saku kemejanya.

Daijun melajukan mobilnya cepat menuju kantornya, perasaannya campur aduk mengetahui Liu Yu sudah sadar.

*ckitt*

Suara mobil berhenti di depan kantor. Daijun berjalan cepat menuju ke ruangannya.

"Daijun," Liu Yu yang melihatnya, langsung menangis saat Daijun datang.

Daijun langsung memeluk Liu Yu untuk menenangkannya.

"Hana Lee, kau bisa pulang sekarang. Biar aku yang menjaganya, bawa makanan yang ada di meja, itu untukmu. Terrima kasih sudah membantuku," ucap Daijun pada Hana Lee.

Hana Lee mengangguk, ia mengambil seporsi makanan dan berpamitan.

"Terima kasih, pak Direktur. Saya permisi dulu," ucap Hana Lee sebelum pergi

Daijun mengangguk pelan, Liu Yu hanya terdiam melihat Hana pergi.

"Aku hanya sumber masalah, Daijun," ucap Liu Yu sambil terisak.

"Tidak, tidak. Jangan katakan hal itu," ucap Daijun menenangkan Liu Yu yang masih terisak di pelukannya.

"Saat ada aku, kau selalu saja menerima masalah," isak Liu Yu semakin kencang.

"Tidak, sayang. Berhentilah menangis, kau jelek saat menangis," ucapan Daijun membuat Liu Yu sedikit ingin tertawa.

"Bisa-bisanya kau menggodaku saat aku menangis, huhuhu," Liu Yu melepaskan pelukan Daijun.

"Bagaimana bisa kau jadi sumber masalah? Justru kau adalah penyelamatku di saat aku memerlukan bantuan selain Johan," Daijun mengusap puncak kepala Liu Yu. Liu Yu menangis sambil tersenyum.

Daijun yang gemas meraih pinggang Liu Yu dan mengecup bibirnya. Liu Yu yang kaget, pipinya memerah dan menutup mata. Ia mengaitkan kedua tangannya di pundak Daijun.

Setelah itu Daijun memberikan jasnya untuk dipakai Liu Yu, sebelum mengantarnya pulang.

Kantor sudah sangat sepi hanya keamanan yang berjaga di depan. Daijun menggandeng Liu Yu dan membukakan pintu untuknya. Mereka menaiki mobil dan menuju rumah Liu Yu.

avataravatar
Next chapter