13 Jadi pacar palsu? Aku bisa

Daijun sedang berdiri di depan restoran menunggu kedatangan Liu Yu dan Johan.

Xiao Lee yang melihatnya mulai mengaitkan tangan mungilnya ke lengan Daijun. Daijun sedikit tidak nyaman dengan tingkah Xiao Lee yang sangat terobsesi pada dirinya.

"Kakak Jun, kenapa kau berdiri di sini mari kita masuk," ucapnya manja.

"Menjauhlah, Xiao Lee, aku sedang menunggu seseorang," jawab Daijun sambil menepis tbiangan Xiao Lee.

Xiao Lee yang sedang cemberut, melihat sebuah mobil mewah datang, berhenti di depannya. Ia penasaran orang seperti apa yang ditunggu Daijun dari tadi, hingga menolak ajakannya untuk masuk ke dalam restoran.

"Akhirnya datang juga," gumamnya. Daijun segera melangkah membukakan pintu untuk Liu Yu.

"Kau cantik sekali," ucap Daijun pada Liu Yu yang keluar dari mobil. Ia terkesima dengan pemandangan di depannya.

"Terima kasih, sayang," jawabnya menggoda di depan perempuan yang ia yakini bahwa dia adalah Xiao Lee, wanita yang dijodohkan pada Daijun.

Xiao Lee yang melihat dan mendengarnya kesal dan masuk ke dalam, dengan muka cemberut.

"Hei, Johan. Nanti biar aku yang mengantarnya pulang," ucap Daijun. Johan hanya mengacungkan jempol dan tersenyum lebar mengerti maksud temannya ini.

Johan segera melajukan mobilnya, setelah melihat Liu Yu dan Daijun berjalan memasuki restoran menuju meja keluarga Daijun.

Ayah dan ibu Daijun terbelalak melihat pemandangan yang tak terduga, putra pertamanya datang dengan menggandeng seorang perempuan cantik yang tinggi semampai dan sangat menawan. Sedangkan Xiao Lee semakin cemberut, karena posisinya terancam.

"Daijun, siapa wanita yang ada di sampingmu?" tanya ibunya yang masih terkagum-kagum.

"Iya, siapa dia, kenapa kau mengajaknya kemari?" sambung ayahnya.

Xiao Lee semakin frustasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengabaikan keberadaannya.

"Dia pacarku, aku ingin mengenalkannya pada ayah dan ibu," jawabnya yakin. Daijun berusaha agar Xiao Lee menyerah dan pulang, tapi Xiao Lee belum juga beranjak.

"Wah, wah kenapa kau tak mengatakannya sebelumnya," ibunya menyayangkan tindakan Daijun yang baru mengenalkannya setelah dijodohkan dengan Xiao Lee.

"Aku ingin memberi kejutan," Daijun menjawab santai.

"Silahkan duduk, sayang," ucapnya menarikkan kursi untuk Liu Yu.

"Terima kasih, Daijun," jawabnya gemas pada tingkah Daijun yang semakin membuat Xiao Lee terpojok.

*brak*

"Sudah cukup, kau mempermainkan dan mempermalukan aku di depan ayah dan ibumu," Xiao Lee menggebrak meja dengan menangis, kemudian berlari keluar.

"Daijun, tingkahmu keterlaluan," bisik Liu Yu pada Daijun.

"Tak apa, dia pantas mendapatkannya," jawab Daijun santai.

Ayah dan Ibu Daijun hanya terbengong melihat apa yang terjadi. Sifat asli dari Xiao Lee akhirnya keluar saat dia sedang marah. Untunglah mereka mengetahui itu sebelum Daijun menikah dengan Xiao Lee. Mereka mulai fokus pada keberadaan Liu Yu di sebelah Daijun.

"Nona, siapa namamu?" tanya ayah Daijun.

"Nama saya Liu Yu, tuan Hwang," jawabnya tenang dan anggun.

"Wah, wah namanya yang cantik seperti orangnya," ucap tuan Hwang.

"Panggil aku, ayah," lanjut tuan Hwang senang.

"Baik, a, ayah," jawabnya canggung.

"Sepertinya namamu dari bahasa Mandarin," ucap ibu Daijun.

"Iya, nyonya Hwang, saya lahir dan besar di Beijing," jawab Liu Yu jujur.

"Kau juga bisa memanggilku ibu, kau sangat cantik dan anggun," ucap Nyonya Hwang yang memuji Liu Yu.

"Ah, terima kasih, ibu," Liu Yu tersenyum mendengar pujian-pujian mengalir di telinganya.

Mereka berbincang-bincang sambil makan malam. Seperti perkiraan Daijun, Liu Yu bisa memerankan perannya dengan baik. Ayah dan ibunya yakin bahwa pilihan Daijun memang tepat, padahal Liu Yu adalah pacar palsu.

"Ayah, ibu, aku ingin bertunangan dengan Liu Yu," ucap Daijun tiba-tiba.

Ayahnya yang sedang minum terbatuk-batuk.

"Kau yakin Daijun? Kami akan setuju jika memang kau ingin bertunangan dengan Liu Yu, dia cantik dan multitalenta," ucap ayahnya.

"Ya, aku yakin," ucapnya meyakinkan kedua orang tuanya.

Liu Yu tersipu malu, pipinya memerah darahnya berdesir naik menuju puncak kepalanya dan jantungnya berdebar kencang mendengar ucapan Daijun.

"Bagaimana, Liu Yu?" tanya kedua orang tua Daijun. Mereka sangat berharap Liu Yu mau bertunangan dengan Daijun.

"Iya, saya mau," jawab Liu Yu masih tersipu.

"Yey, wuu," teriak Daijun sangat senang.

Orang tua Daijun saling berpelukan dengan terharu, bahwa Daijun akan segera bertunangan dengan Liu Yu. Mereka memandang Daijun yang sangat senang memeluk Liu Yu seperti anak kecil yang mendapatkan permen.

"Terima kasih, sayang," ucap Daijun memeluk Liu Yu di hadapan kedua orang tuanya.

"Kau bisa saja membuatku seperti ini," bisik Liu Yu yang menangis terharu.

Walaupun hanya pacar palsu, entah rasanya sangat bahagia membuncah di hati Liu Yu.

Karena waktu hampir larut malam, mereka semua pulang dengan mobil masing-masing.

"Saya, akan mengantar Liu Yu pulang terlebih dahulu," pamit Daijun pada kedua orang tuanya.

"Saya permisi, ayah, ibu," Liu Yu berpamitan dengan dipeluk ayah dan ibu Daijun sebelum pergi.

"Hati-hati di jalan, sayang," ucap ibu Daijun.

Orang tua Daijun masuk mobil mereka dan mobilnya menjauh perlahan.

Daijun membukakan pintu mobil untuk Liu Yu.

"Silahkan masuk, sayang," godanya pada Liu Yu.

"Berhentilah menggodaku, Daijun," balas Liu Yu mengingatkan.

Daijun menutup pintu mobil dan masuk dari pintu kemudi.

"Tapi untuk tunangan, aku tak bercanda," ucap Daijun tenang.

Liu Yu terkejut, dia bingung akan maksud Daijun. Dia baru bertemu dengan Daijun satu minggu lalu.

Daijun menginjak pedal gas, melajukan mobilnya dengan santai di jalanan menuju rumah Liu Yu yang akan menghabiskan waktu setengah jam.

"A, apa? Bukankah kau bilang hanya jadi pacar palsu?" tanya Liu Yu masih kebingungan.

"Ya, itu awalnya. Tapi aku tak main-main untuk kata tunangan. Aku jujur menyukaimu dari awal kita bertemu," jawab Daijun menjelaskan.

Liu Yu terdiam, pipinya kembali merah jantungnya kembali berdegup kencang. Daijun serius dengan ucapannya, tapi Daijun masih berbeda dengan Daijun kekasihnya yang dulu.

"Pipimu merah, apa kau demam? Apa kau mabuk karena minum sedikit wine tadi?" tanya Daijun memegang dahi Liu Yu.

Liu Yu terkejut dan menurunkan tangan Daijun dari dahinya.

"Aku tidak sakit dan tidak mabuk, sayang," godanya pada Daijun.

Bukannya tergoda Daijun malah semakin senang saat Liu Yu memanggilnya dengan panggilan 'sayang'.

"Jadi, hari ini kita jadian?" tanya Daijun.

Liu Yu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala menandakan bahwa ucapan Daijun benar.

Mobil mereka akhirnya berhenti di depan rumah Liu Yu. Liu Yu turun dan mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih sudah mengantarku, Daijun," ucapnya pada Daijun yang membukakan pintu.

"Sama-sama, segeralah tidur, besok kita masih harus bekerja," ucap Daijun lembut sebelum dia masuk mobil dan melajukan mobilnya untuk pulang.

Liu Yu masuk ke rumah dan segera mandi, setelah itu dia menghampiri ibunya yang duduk di balkon menyeduh teh hangat.

"Ibu, hari ini sangat tak terduga," ucap Liu Yu pada ibunya.

"Kenapa, sayang? Sepertinya kau bahagia sekali," tanya ibunya.

"Daijun, mengajakku bertunangan dan orang tuanya setuju," ceritanya pada ibunya. Ibunya terkejut dengan pernyataannya.

"Bukannya kau hanya jadi pacar palsu?" tanya ibunya.

"Ya, bu. Tapi untuk ajakan bertunangan itu dia serius," jawab Liu Yu dengan yakin.

"Syukurlah, semoga dia Daijun yang memang kekasihmu saat di Beijing dulu," syukur ibunya dan berharap semoga itu orang yang sama dengan kekasih Liu Yu dulu.

Mereka masuk ke kamar masing-masing. Liu Yu melihat handphonenya ada missedcall 2 kali dari nomor Daijun. Ia mencoba menelfon kembali dan tersambung.

"Halo," terdengar suara Daijun di ujung telfon.

"Maaf, aku tak mendengar telfonmu karena sedang berbicara dengan ibuku," ucap Liu Yu.

"Tak apa, aku hanya ingin mendengar suaramu," ucapan Daijun membuat Liu Yu senang.

"Dasar jangan menggodaku terus, dong" pintanya manja pada Daijun.

"Tidurlah, kita harus bekerja besok," ucap Daijun di ujung telfon.

"Selamat malam, sayang," bisiknya.

"Selamat malam juga, sa, sayang. Tidurlah yang nyenyak," jawab Liu Yu sebelum mematikan handphonenya.

Sepertinya dia bisa mimpi indah malam ini. Rasanya seperti mendapat durian runtuh, ia mendapatkan pacar sekaligus tunangan, akrab dengan keluarga Daijun.

avataravatar
Next chapter