7 Hari yang menyenangkan

Daijun menggebu-gebu karena Liu Yu akan bekerja dengannya, perasaannya berbunga-bunga.

"Akhirnya, dia akan jadi sekretaris pribadiku," ucapnya.

Entah apa yang ia inginkan hingga dia sangat bahagia bertemu Liu Yu yang ternyata calon pegawai di perusaannya. Hari ini dia menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan pergi keluar kantor dari siang.

Jeongli Parak dan Hana Lee yang melihat sangat heran, kenapa orang yang biasanya sangat dingin dan tegas itu bisa tersenyum-senyum sendiri.

"Pak Jeong, apa yang terjadi pada pak Direktur? Kenapa sejak interview tadi, dia seperti itu?" Hana Lee memberondong Jeongli Park dengan berbagai pertanyaan.

"Entahlah," jawab Jeongli Park singkat.

"Lalu kenapa dia sangat tertarik juga pada calon pegawai baru Liu Yu itu? Pak Direktur menggebu-gebu sekali saat akan menjadikannya sekretaris, padahal gadis itu belum berpengalaman," lanjut Hana lagi.

"Entahlah," jawaban Jeongli kali ini, membuat Hana Lee kesal.

"Ya pak Jeongli Park, jawabanmu menyebalkan sekali," ucapnya dan mengalihkan pandangan.

Sementara mereka berdua bertengkar, Daijun sudah ada di suatu tempat.

---

Setelah wawancara Liu Yu baru pergi membeli kue mochi kesukaan ibunya untuk dimakan saat sampai di rumah nanti.

Hatinya senang karena bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan Daijun Hwang tadi. Entah kenapa walau raut muka Daijun seperti tak puas mendengar jawaban darinya, Liu Yu tetap saja senang karena jawaban yang keluar dari mulutnya itu sesuai dengan kata hatinya. Dia melihat arloji di tangannya dan bergegas.

"Sudah setengah dua, aku harus segera pulang, ibu pasti sudah menunggu," Liu Yu segera menuju halte bus dan menunggu bus yang menuju rumahnya sampai. Sudah 15 menit bus baru tiba di depannya, ia berdiri dan mengantre masuk bus, kali ini busnya lumayan penuh dan dia harus berdiri. Ada laki-laki muda usia 18 tahunan yang mau memberikan tempat duduknya untuk Liu Yu.

"Nona, apakah anda ingin duduk? Biar saya saja yang berdiri," tanya laki-laki itu.

"Tidak, tidak, aku berdiri saja," ucap Liu Yu, tapi laki-laki itu tetap memaksa dan akhirnya Liu Yu duduk di tempatnya.

"Ah, terima kasih, aku sudah merepotkanmu, siapa namamu?" tanya Liu Yu yang sungkan.

"Nama saya Yoongi Hwang, lalu nona?" tanyanya balik.

"Aku.. ah saya Liu Yu, namamu manis Yoongi," jawab Liu Yu dan memuji nama Yoongi.

Perbincangan mereka harus berhenti karena bus yang mereka tumpangi sudah sampai di tujuan Liu Yu.

"Lain kali kita akan bertemu lagi, Yoongi, saya turun dulu, terima kasih," ucapnya pada Yoongi sekaligus berdiri dan turun dari bus.

Yoongi hanya memandang Liu Yu yang turun dari bus dan tersenyum simpul. Bus melaju lagi ke tujuannya.

Liu Yu berjalan sambil bersenandung kecil menuju rumahnya, benar sang ibu sudah menunggunya di depan restoran kecil mereka.

"Kau bahagia sekali, Liu Yu," ucap ibunya menyambut kepulangan Liu Yu.

"Ibu tahu..." ucapnya.

"Tidak," jawaban ibunya membuat Liu Yu sedikit merajuk.

"Ah ibu, dengarkan aku dulu, aku menjawab semua pertanyaan saat interview tadi dengan hatiku, dan aku sangat senang, aku tinggal menunggu kabar apakah aku di terima, bu," jelasnya. "Ibu, lihat yang aku bawa kesukaan ibu, taraa...." Liu Yu menunjukkan boks mochi pada ibunya.

"Kau ini selalu saja," ibunya mengusap puncak kepala Liu Yu dan mengajaknya duduk di meja dekat mereka.

"Terima kasih, bu. Ibu selalu menjadi kesayanganku," ucapan Liu Yu membuat ibunya sedikit terharu, akan tingkah putrinya yang manja.

"Sudah, mari makan. Biar ibu suapkan, buka mulutmu." Liu Yu seperti diberi komando, dia segera membuka mulut dan ibunya menyuapkan mochi ke mulutnya.

"Yumm, aku suka, ibu juga, aku mau menyuapi ibu," ia menyuapkan mochi pada ibunya dan ibunya tersenyum melihat tingkah Liu Yu yang sangat gembira.

*Everytime I see you...*

Tiba-tiba suara handphone Liu Yu terdengar nyaring, dia melihat nomor tak dikenal di layar handphonenya.

"Ibu, apakah aku harus menjawabnya? Ini nomor tak dikenal," tanyanya pada ibunya.

"Angkat saja, mungkin penting," ibunya meyakinkan.

Liu Yu meraih handphonenya dan menekan tombol jawab di layar. Dia berhati-hati akan telfon itu.

"Halo, ya dengan saya Liu Yu sendiri," ucapnya pelan.

"...."

"Ah benarkah? Saya diterima bekerja di Hwang Departement?" matanya terbelalak dan sangat senang mendengar kabar itu.

"..."

"Baik, besok saya akan segera kesana, terima kasih," jawabnya sambil menutup telfon.

"Ibu, aku diterima bekerja, tapi pengumuman posisinya masih besok dan aku bisa langsung bekerja," jelas Liu Yu pada ibunya.

"Syukurlah, Liu Yu, ibu sangat senang mendengarnya," ucap ibunya dan mereka menangis terharu saling berpelukan.

"Ibu harus segera menyiapkan makanan kesukaanmu, untuk merayakan ini," ibu Liu Yu bergegas masuk dan memasak di dapur, hatinya senang sekali mengetahui Liu Yu diterima bekerja.

Sedangkan Johan yang melihat dari tadi berjalan menghampiri Liu Yu.

"Liu Yu, kau kelihatan senang sekali," ucap Johan sambil menepuk bahu Liu Yu. Liu Yu sedikit terkejut dan langsung mengenali suara itu.

"Kau tahu, Johan, aku diterima bekerja di Hwang Departement," jelas Liu Yu pada Johan.

"Benarkah? Kau amazing, Liu Yu, selamat," Johan senang mendengar hal itu. Tapi sekilas dia berpikir, itu kan perusahaan Daijun, dia menggelengkan kepala agar tidak berpikir macam-macam.

"Makanan kesukaanmu sudah siap, Liu Yu, mari makan," ucap sang ibu.

Ibunya baru menyadari keberadaan Johan, "Johan, kau disini, ayo ikut makan bersama," ajaknya pada Johan.

"Jangan, Nyonya Ong, nanti saya merepotkan karena makan saya banyak, hahaha," jawab Johan malu-malu.

"Sudahlah, Johan, sekali-kali kita makan bersama begini, kau pasti belum makan dari pagi kan?," jawaban Liu Yu menohok pada Johan yang memang belum makan.

"Hehehe, kau tahu saja, nona Liu Yu," godanya pada Liu Yu.

Mereka makan bersama dengan lahapnya, saling bercanda, menceritakan hari ini dengan bahagia dan tertawa.

---

"Selamat datang, putra pertama," suara berat lelaki tua yang duduk di meja makan menyapa Daijun.

"Tumben, sekali kau pulang cepat, sayang," ucap ibu separuh baya di sebelahnya.

Ya, mereka orang tua Daijun, Choi Hwang dan Hera So. Mereka akan makan malam bersama, sambil menunggu putra kedua dan putri ketiga keluarga Hwang.

"Ayah, aku pulang," ucapnya keras, "Kak Daijun, kakak disini, kakak ikut makan malam, yey, asikk," bicara Chaerin Hwang tak berhenti melihat kakak pertamanya sudah di rumah, sedang berbincang dengan orang tuanya. Daijun mengusap puncak kepala adik perempuannya dengan lembut.

"Maaf aku terlambat, hehehe," ucap putra kedua melihat keluarganya sudah berkumpul.

"Kemarilah, Yoongi, kami sudah menunggu," ucap Daijun pada adik laki-lakinya.

Mereka makan malam bersama dan menghabiskan malam dengan berbincang-bincang hangat tentang hari-hari mereka.

Setelah makan Daijun memutuskan menginap di rumah orang tuanya, dia membayangkan ekspresi Liu Yu besok, bahwa Liu Yu akan menjadi sekretaris pribadinya.

"Membayangkannya saja aku senang sekali," Daijun yang berbaring di tempat tidur Yoongi pun mukanya mulai memerah.

"Kakak, kau seperti udah rebus, mukamu sangat merah," Yoongi mulai menggoda kakaknya dengan jahil. "Kak, kau tahu, aku tadi bertemu wanita cantik seumuran 25 tahun di bus saat perjalanan pulang. Aku pasti senang jika punya kakak cantik seperti itu," lanjutnya.

"Aku juga punya, calon kakak ipar yang cantik untukmu, Yoongi, tunggu tanggal mainnya," ucap Daijun semangat.

"Ah.. nanti kau berbohong lagi, kan kakak biasanya membawa perempuan yang norak, ckckck," goda Yoongi menyenggol kakaknya.

"Kali ini, aku serius, Yoongi Hwang," Daijun sedikit kesal dengan godaan Yoongi. "Tidurlah, besok kau harus sekolah dan aku harus kerja," lanjut Daijun.

"Baiklah, selamat malam, jangan berani-berani menyentuhku, kakak Daijun Hwang," tatapan Yoongi mencurigai kakaknya.

"Tidak akan, aku masih normal, adik Yoongi Hwang," gumamnya tegas.

Yoongi sudah tak bersuara, tidurnya begitu lelap. Sedangkan Daijun sedang memantapkan hati untuk bertemu dengan Liu Yu besok, dan dia berharap ekspresi Liu Yu akan senang menjadi sekretarisnya. Daijun menoleh dan mematikan lampu meja, kemudian terlelap di peraduan.

avataravatar
Next chapter