25 Cincin? Untuk siapa sih?

Kantor sedang sibuk-sibuknya mengatur dekorasi, mengirim undangan kepada para tamu yang akan hadir, menyebar informasi dengan pamflet atau banner di jalan-jalan untuk menarik minat pengunjung saat hari peresmian nanti.

Keadaan Daijun juga semakin membaik seiring berjalannya waktu. Meskipun Liu Yu menjadi jarang menemuinya karena harus mengurus ini itu untuk pembukaan pusat seni Gangnam, Daijun tetap mendukung Liu Yu melalui telfon darinya.

Pagi ini Daijun sudah bisa ke kantor, ia berangkat bersama Liu Yu. Kali ini dia tak bisa menolak Liu Yu yang membawa mobilnya. Liu Yu takut jika Daijun yang menyetir karena dia baru saja sembuh.

"Liu Yu, eh tidak, sekretaris Yu. Bisakah kau membawa mobilnya agak pelan?" tanya Daijun.

"Aku ini baru sembuh," ucap Daijun melanjutkan. Liu Yu tersentak dan menoleh.

"Eh, ah, iya, pak Direktur. Maafkan aku, aku lupa kalau bapak baru sembuh, hehehe," jawab Liu Yu terkekeh sebelum memelankan laju mobilnya.

Mereka melaju dengan santai di jalan menuju ke kantor. Sesampainya di kantor seluruh pegawai menyambut kembalinya Daijun yang sudah sembuh. Mereka membuat perayaan kecil dan membawa balon dan kue untuk Daijun. Mereka juga memasang dekorasi sederhana bertuliskan 'Selamat Datang Kembali Pak Direktur'.

"Selamat datang, pak Direktur," ucap Hana Lee, pak Jeongli dan para pegawai yang lain menabur-naburkan potongan kerlap kerlip pada Daijun.

"Ah, terima kasih, terima kasih semuanya," ucap Daijun senang. Liu Yu tersenyum melihat Daijun yang biasanya dingin bisa seramah ini menerima perlakuan para pegawainya.

"Makan dulu kue ini," ucap Hana Lee menyerahkan ke Daijun. Daijun yang menerimanya memakannya dengan lahap.

"Terima kasih semua, kue ini enak. Mari kita semangat menyambut hari peresmian pusat seni Gangnam sebentar lagi," ucap Daijun mengepalkan tangan ke atas dan bersorak. Semua pegawai mengikutinya dan tertawa bersama.

"Ya, semangat," ucap para pegawai riang. Daijun permisi menuju ke ruangannya diikuti Liu Yu dibelakangnya.

Sebelum masuk ke ruangannya Daijun berhenti di depan pintu ruang Direktur dan membalikkan badan.

"Hmm, sekretaris Yu..." ucap Daijun yang baru saja memutar badan akan bertanya pada Liu Yu.

Liu Yu yang sedari tadi membungkuk membaca beberapa pesan masuk yang ada di layar handphonenya tidak melihat kalau Daijun berhenti di depannya. Ia langsung menabrak Daijun dari depan.

"Eh, ah, maafkan saya, pak Direktur," ucap Liu Yu sembari menjauh dari Daijun dan sedikit membungkukkan badan.

Hana Lee yang sedang lewat akan ke pantry melihat tingkah mereka.

"Ehem, e, ehem," goda Hana Lee sebelum berlalu. Liu Yu menoleh dan mengisyaratkan Hana Lee untuk diam dengan menutup bibirnya dengan jari. Liu Yu malu. Hana Lee memberikan isyarat oke pada Liu Yu kemudian berlalu.

Daijun yang memandangi Liu Yu, merasakan mukanya merah melihat apa yang terjadi barusan. Dia segera mengatur perasaannya agar tenang kembali.

"Sekretaris Yu, tolong bawakan laporan progress pembangunan pusat seni Gangnam, ke ruanganku," ucap Daijun pada Liu Yu, ia kemudian berlalu masuk ke kantornya.

"Aihh, kenapa aku bisa menabraknya. Apalagi kak Hana Lee melihatnya, arrgghh aku malu sekali," gumam Liu Yu yang salah tingkah dengan apa yang terjadi barusan.

Ia segera membuka dan mencari berkas progress pembangunan pusat seni Gangnam, dan membawanya ke ruangan Direktur.

*tok tok tok*

Suara pintu ruang Direktur di ketuknya dan dia masuk. Liu Yu melihat Daijun dan membawa berkas itu ke meja Daijun.

"Ini, pak Direktur, berkas yang anda minta," ucap Liu Yu sambil menyerahkan berkas di tangannya.

"Sekretaris Yu, kau ada janji makan siang?" ucap Daijun tiba-tiba membuat Liu Yu bingung dan menjawab ala kadarnya.

"Ah, ya? Tidak ada, pak Direktur," ucap Daijun.

"Kalau begitu nanti makan sianglah denganku, sebagai pacar Daijun," ucap Daijun menggoda.

"Hah, baiklah, pak Direktur," jawab Liu Yu sambil menutup mukanya karena malu dengan ucapan Daijun barusan.

"Pak Direktur, peresmiannya akan dilaksanakan besok, bapak akan hadir kan?" tanya Liu Yu penuh harap.

"Tentu aku akan datang," jawab Daijun sambil tersenyum.

---

Waktu makan siang tiba, jam sudah menunjukkan pukul 12.01, Daijun keluar dari ruang Direktur dan menghampiri meja Liu Yu.

"Mari," ucapnya memberi isyarat pada Liu Yu.

"Iya, tunggu sebentar, saya rapikan ini dulu," ucap Liu Yu sambil membereskan berkas di mejanya.

Setelah selesai mereka berjalan ke parkiran mobil bersama. Kali ini Daijun tak mengizinkan Liu Yu menyetir, dia meyakinkan Liu Yu bahwa dia mampu menyetir mobilnya.

"Tidak, tidak. Aku sudah bisa menyetir mobil. Jadi jangan memaksa," ucap Daijun.

Liu Yu menganggukkan kepalanya dan masuk ke mobil, duduk di sebelah kursi kemudi. Daijun menginjak gas dan mereka pergi ke sebuah tempat makan bernuansa klasik.

Setibanya disana, mereka masuk ke dalam dan memesan makanan, kemudian mereka berdua duduk di meja di lantai 2 yang dekat dengan kaca menghadap ke kebun bunga di belakang tempat makan itu.

"Wah, cantik sekali kebun bunganya," ucap Liu Yu ceria melihat pemandangan kebun bunga yang menghampar warna warni.

"Tapi, mereka tetap kalah cantik denganmu, sayang," goda Daijun pada Liu Yu.

"Aih, kau selalu menggodaku, dasar menyebalkan," ucap Liu Yu sebal dengan menggembungkan pipinya. Daijun terkekeh melihat pacarnya yang bertingkah manis seperti anak kecil.

Saat makanan tiba, pandangan mereka berdua tertuju pada berbagai hidangan yang ada di atas meja. Liu Yu bertanya pelan pada Daijun.

"Kenapa kau pesan sebanyak ini?" tanya Liu Yu lirih.

"Biar kau gendut, biar mudah aku memeluknya, hahaha," Daijun tertawa menjawab pertanyaan Liu Yu.

"Makan ini, biar kau juga gendut," Liu Yu yang sebal, menjejalkan makanan dengan sendoknya ke mulut Daijun. Daijun yang terkejut dengan ulah Liu Yu melahap makanannya sehingga membuat mulut Daijun belepotan, dan mereka berdua tertawa.

Kemudian mereka bersama makan masing-masing, sesekali mereka saling menyuapkan makanan di piring mereka satu sama lain.

Setelah mereka selesai makan, Daijun mengajak Liu Yu ke suatu tempat.

"Sayang, sebenarnya kita mau kemana?" tanya Liu Yu penasaran.

"Kita akan ke suatu tempat. Aku ingin kau membantuku mencari sesuatu untuk hadiah, sayang," ucap Daijun manja pada Liu Yu. Liu Yu tersenyum dan mengangguk tanda mengerti.

*ckitt*

Mobil mereka berhenti di sebuah parkiran mall tak jauh dari tempat makan tadi. Mereka berdua turun dari mobil. Daijun menggandeng tangan Liu Yu masuk ke mall itu dan menuju toko yang menjual perhiasan.

"Kenapa, kita kesini?" tanya Liu Yu bingung.

"Kan, kita mau beli hadiah. Aku mau memberikan hadiah kepada seseorang," ucap Daijun tenang.

Liu Yu semakin bingung, sebenarnya hadiah untuk siapa, kenapa harus perhiasan juga, jangan-jangan... Tapi pikiran jelek itu dia buang jauh-jauh, takut jengkel jika memang itu untuk wanita lain.

"Liu Yu, coba ini. Aku rasa jari tangannya sama dengan jari tanganmu," Daijun memilih sebuah cincin dengan hiasan beberapa batu berlian cantik. Liu Yu hanya mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk mencoba cincin itu, perasaannya campur aduk. Senang Daijun yang mengajaknya untuk memilih hadiah itu, tapi sedikit sedih karena hadiah itu mungkin saja untuk orang lain.

"Wah, cantik dan pas, bagaimana menurutmu, Liu Yu?" tanya Daijun pada Liu Yu yang sedikit bengong.

"Ah, iya cantik kok," ucap Liu Yu yang sedikit kaget dengan pertanyaan Daijun.

Daijun tersenyum dan meminta pegawai toko itu membungkus kadonya dengan kotak kecil. Setelah membayar dan menerimanya, Daijun mengajak Liu Yu membeli es krim di food court sebelum pulang.

"Sebenarnya itu, hadiah untuk siapa? Kenapa harus perhiasan?" tanya Liu Yu yang masih penasaran untuk siapa hadiah itu dibeli Daijun.

"Haa, kau cemburu kan, aku membeli cincin ini. Ini untuk seseorang,' ucap Daijun pada Liu Yu.

"Tidak, siapa yang cemburu," jawab Liu Yu ketus pada Daijun.

Setelah mereka menerima es krim masing-masing dan memakannya. Mereka kembali ke kantor.

avataravatar
Next chapter