5 Aku Rindu Kamu, Apa Kamu Juga?

Liu Yu melihat langit malam yang pekat bertabur bintang berkilauan dari balik jendela. Tangannya menyentuh kaca, pandangannya sepi seperti menahan rindu yang tak pernah usai, tiba-tiba pipinya basah, hatinya bergejolak resah.

"Daijun, kenapa kamu berubah, kenapa kamu lupa padaku?" gumamnya pelan, air matanya terus turun membasahi pipinya.

*tok tok tok*

Suara pintu kamarnya diketuk membuatnya harus menyeka pipinya dari air mata, dan bergegas membuka pintu. Ia bisa menyembunyikan kesedihannya tapi tidak dengan suaranya yang akan parau setelah menangis.

"Ah.. ibu, ku kira siapa yang mengetuk kamarku," ucapnya lirih.

"Ibu membawakanmu coklat panas, ibu tahu kamu sedang sedih, keluarlah kita bicara di balkon seperti saat kamu kecil," bujuk ibunya ternyata mempan pada Liu Yu.

Liu Yu duduk disamping ibunya yang terus menatap wajah putrinya, seraya berbicara "Katakan Liu Yu, ada apa, ibu tahu kau pasti habis menangis, karena kau tidak bisa menyembunyikan suaramu yang parau saat selesai menangis."

Liu Yu menghembuskan nafas pelan setelah menengguk sedikit coklat di cangkirnya, "Huh ibu selalu tahu itu," rajuknya.

"Ibu, apa ibu masih ingat, Daijun, kekasihku saat kita masih tinggal di Beijing dulu?" Liu Yu meminta ibunya mengingat lelaki yang ia sebutkan tadi.

"Ah ya, ibu ingat bukankah dia yang pamit padamu agar menunggu ia kembali, karena dia pergi meneruskan bisnis keluarganya di Korea tiga tahun lalu?" Ibunya ingat lelaki yang dimaksud.

"Bukankah, namanya sama dengan Tuan Direktur yang mampir ke restoran tadi? Kalau tidak salah Da.. Daijun.. Hwang?" lanjutnya.

"Iya bu, dia lelaki yang sama," Liu Yu menjelaskan pada ibunya.

"Tapi, bukankah Daijun, tampilannya manis dan bicaranya lembut, sedangkan gaya berpakaian dan bicara Tuan Daijun sangat berbeda sekali dengan Daijun yang jadi kekasihmu itu, Liu Yu," pungkas ibunya sambil mengelus puncak kepala Liu Yu.

"Ya, dia sangat berbeda, bu. Dia tidak mengingatku sama sekali, bahkan dia tak pernah menghubungiku lagi setelah dia memberi kabar sudah sampai di Korea," racaunya pada sang Ibu.

"Aku rindu Daijun yang dulu, bu," lanjutnya sedih.

Ibunya sangat paham perasaan Liu Yu, pasti sedih karena kekasihnya melupakannya dan janjinya dulu. Ibunya sudah pindah ke Seoul 2 tahun lalu, saat ayah Liu Yu pindah tugas di Seoul, sedangkan Liu Yu masih menyelesaikan studinya di salah satu universitas di Beijing. Saat Daijun pergi ia masih menemani Liu Yu di Beijing, jadi dia ingat siapa lelaki yang dimaksud Liu Yu tadi.

"Ibu tahu kau merindukannya, tapi siapa yang tahu apa yang sudah terjadi padanya hingga Daijun lupa padamu," kata ibunya sambil memeluk Liu Yu.

Waktu semakin larut, ibunya mengajak dia masuk, "Sudah larut sekali, mari tidur, besok kau harus menghadiri interview yang kemarin kau terima kan?"

Liu Yu bergegas ke kamar dan langsung merebahkan diri di ranjangnya dan terlelap.

---

Daijun terdiam di meja makan apartemennya, setelah meneguk segelas air dingin. "Apa aku coba menghubunginya?" gumamnya, "Ah tidak tidak, ini sudah malam, mungkin gadis itu sudah tidur," lanjutnya lirih.

Ia masih terus berusaha mengingat siapa gadis itu, seperti ada rindu yang menembus jantungnya, setiap menyebut nama gadis itu. Apa dia merindu? Siapa Liu Yu itu? Kenapa rasanya kacau tak menentu.

"Kenapa aku tak bisa mengingat dengan jelas, jika aku pernah mengenalnya," racaunya sambil mengetuk-ngetuk meja makan dengan jari telunjuknya.

"Ah sudahlah aku mau tidur saja," Daijun mematikan lampu dapur dan merebahkan diri di kamarnya. Besok ia harus pergi ke kantor pagi-pagi.

avataravatar
Next chapter