6 Aku harus sempurna hari ini

Masih pukul 2 malam, namun Daijun terbangun dengan nafas tersengal-sengal. Mimpi buruk itu menghantuinya lagi, keringat dingin mengucur di sekujur tubuhnya.

"Aku benci hal ini, jangan datang lagi," ia memegang kepalanya dengan kedua tangan, tubuhnya gemetaran hebat. Tangannya berusaha meraih gelas air di meja sebelah ranjangnya, dan meminumnya perlahan.

Daijun mengatur nafasnya dan kembali membaringkan diri, sejenak dia sudah terlelap lagi.

---

Waktu masih pukul setengah 7 pagi, Liu Yu sudah berdiri di depan cermin berputar-putar sambil memandangi penampilannya. Dia mengenakan kemeja pink simple dan rok span selutut berwarna abu-abu, ramburnya di ikat rapih di belakang. Ia terus mengecek penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, "Perfecto," gumamnya.

"Liu Yu, berhentilah berputar-putar di depan cermin. Cermin itu bisa pecah nanti," sindir ibunya yang sudah berdiri di ambang pintu kamarnga sedari tadi.

"Ah ibu, ibu selalu seperti itu, kan aku juga ingin terlihat sempurna saat hari interviewku," Liu Yu menjawab dengan cemberut.

"Anak ibu sudah cantik, mari turun kita sarapan bersama," bujuk ibunya dengan lembut.

Liu Yu dan ibunya turun ke ruang makan dan bersiap untuk sarapan bersama.

"Ibu, mana ayah?" Liu Yu mengedarkan pandangan mencari sosok ayahnya yang tak terlihat pagi itu.

"Liu Yu, apa kau lupa, ayahmu sudah meninggal satu minggu yang lalu, saat kau datang kemari," jawab ibunya tenang.

"Kau sangat menyayangi ayahmu hingga, hampir setiap sarapan kau menanyakannya, sepertinya ibu harus menyiapkan foto ayahmu saat kau sarapan, agar kau bisa melihatnya dan dia bisa melihatmu," pungkas ibunya.

"Maafkan aku, bu," wajahnya sedikit murung.

Mereka melanjutkan makan dengan lahapnya, sesekali ibunya menyuapi Liu Yu telur gulung kesukaannya.

Liu Yu menatap layar handphonenya, waktu sudah menunjukkan pukul 07.45 dan ia harus segera bergegas agar tak ketinggalan bus menuju tempat interviewnya.

"Ibu, aku sudah selesai makan, doakan aku bisa mendapatkan pekerjaan ini," pamitnya sambil mengecup pipi ibunya.

"Haih baiklah, hati-hati, jangan buru-buru," ucap ibunya meminta Liu Yu agar tidak tergesa-gesa.

"Kau sudah membawa semuanya? Yakin tak ada yang tertinggal?" tanya ibunya sekali lagi.

"Ya, bu, tak ada, aku pergi dulu, daahhh," dia memakai sepatu high heels 7 cmnya dan segera keluar menuju halte dekat rumahnya.

"Ah, semoga aku tidak terlambat ke sana," harapnya cemas, tiba-tiba bus yang menuju tempat interviewnya sudah berhenti tepat di depannya, dia segera naik dan duduk di kursi tunggal.

Bus mulai melaju, Liu Yu terus belajar cara menjawab interviewnya. Dia harus memberikan kesan yang kuat saat interview nanti.

---

*tiririt.. tiririt.. tiririt.. tiririt..*

Suara alarm berbunyi berkali-kali, tangannya berusaha menggapai alarm itu dan menatikannya.

"Sudah jam segini, aku harus segera ke kantor, hari ini ada interview pegawai baru," ucapnya lirih.

Daijun segera bangun dari tidurnya, kemudian mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor.

Sekali lagi dia bercermin untuk memasang dasi dan mengenakan jasnya sebelum ke garasi mengambil mobil.

Dia menaiki mobilnya dan melesat kencang di riuhnya lalu lintas Seoul pagi itu menuju kantor Hwang Department.

*ckiitt*

Dia memarkir mobilnya dan berjalan gontai ke dalam kantornya dengan wajah tegas dan penuh ambisinya itu.

"Selamat pagi Direktur Hwang," sapa para pegawai yang bertemu dengannya. Daijun hanya melemparkan senyum pada para pegawainya.

Dia terus berjalan menuju ruangannya dan memanggil Jeongli Park melalui sambungan telfon kantor, "Tuan Jeongli Park, tolong ke ruangan saya sekarang."

*tok tok tok*

Suara pintu di ketuk dan Jeongli masuk ke ruangannya.

"Anda memanggil saya, Direktur?" tanyanya.

"Ya, sudah kau siapkan berkas para calon pegawai baru?" ucap Daijun tegas dari balik meja Direktur.

"Ya, pak, ini silahkan anda lihat, kita akan melaksanakan interview nanti setengah 9," Jeongli menyerahkan daftar calon pegawai baru dan mengingatkan kembali pada Daijun soal interview untuk calon pegawai baru.

"Baiklah, aku akan segera kesana," jawabnya.

Jeongli pergi meninggalkan Daijun dan menunggunya di ruang interview, waktu sudah pukul 08.30 dan interview akan segera dimulai.

---

"Ah masih 08.20, aku tidak terlambat," syukur Liu Yu. Dia menuju resepsionis Hwang Department untuk bertanya dimana ruangan untuk interview pegawai baru.

"Maaf, ruang untuk interview pegawai baru, di sebelah mana ya, Nyonya?" tanyanya.

Resepsionis menjawab dengan ketus, "Ruangannya ada di lantai 2, dari lift belok kiri."

"Terima kasih, tolong tersenyumlah," goda Liu Yu.

Resepsionis itu menggelengkan kepalanya sedikit heran pada Liu Yu, dia sangat bersemangat dan cantik dengan balutan bajunya.

Liu Yu menaiki lift dan berbelok sesuai arahan resepsionis tadi, dan yang dilihatnya banyak sekali yang mengantri di depan ruang interview.

Hana Lee keluar dari ruangan interview dan memberikan pengumuman pada para calon pegawai baru, "Selamat pagi, perkenalkan saya Hana Lee akan memberi informasi untuk kalian. Untuk urutan interview kami akan memanggil sesuai nomor urut yang ada di undangan kalian, silahkan menunggu."

"Tolong, nomor urut 001 sampai 005 segera masuk," ucapnya.

Liu Yu melihat nomornya ah masih belum, dia mendapat nomor urut 009. "Masih ada sedikit waktu sebelum dipanggil," gumamnya.

15 menit sudah berlalu, Hana Lee kembali keluar.

"Silahkan nomor urut 006 sampai 010 untuk masuk," ucapnya memanggil pemilik nomor urut itu.

Liu Yu berjalan memasuki ruangan dan melihat pemandangan tak terduga. Dia segera duduk di kursi yang sudah di sediakan sesuai urutan nomor masing-masing.

"Silahkan perkenalkan diri kalian," ucap Daijun pada para calon pegawai.

Nomor urut 006 hingga 008 menjawab dengan santai. Kini tiba saat Liu Yu memperkenalkan diri.

"Sa.. saya.. Liu Yu, saya tinggal di pinggiran Seoul," jawabnya sedikit gemetar. Tapi dia tetap berusaha profesional dan berusaha tampil sempurna agar interviewnya berhasil.

"Santai saja, jangan terlalu tegang," ucapan Jeongli berusaha menenangkan para calon pegawai.

Setelah semua menjawab, Daijun mengajukan beberapa pertanyaan dan Liu Yu menjawab dengan tulus semua pertanyaan itu, termasuk pertanyaan kenapa ia ingin bekerja di Hwang Departmen padahal ia belum punya pengalaman kerja.

"Saya ingin membantu ibu saya mencari uang, karena ayah saya sudah meninggal, saya juga baru lulus tahun ini. Tapi saya akan bekerja keras untuk perusahaan ini," ucapannya membuat Daijun tertegun.

"Baiklah, terima kasih, kami akan menghubungi kalian jika kalian diterima," ucap Jeongli dan mempersilahkan para calon pegawai keluar.

Liu Yu menghela nafas panjang setelah keluar dari ruang interview, dia yakin sudah menjawab semua pertanyaan dengan sempurna.

Disisi lain Daijun menginginkan agar Liu Yu bekerja sebagai sekretaris pribadinya. Ia melakukannya sesuai keinginannya, Jeongli Park dan Hana Lee hanya mengangguk setuju akan maksud Daijun.

"Kau akan bekerja denganku, Liu Yu," gumamnya dalam hati, dan melanjutkan interview.

avataravatar
Next chapter