24 Aku harus membantunya

Sudah hampir satu minggu ayah Daijun menggantikan pekerjaan Daijun sebagai direktur kembali untuk sementara. Karena kondisi Daijun masih belum memungkinkan untuk segera kembali ke kantor secepatnya. Sedangkan pekerjaan di perusahaan terus menumpuk, apalagi hari pembukaan pusat seni Gangnam tinggal 1 minggu lagi.

Liu Yu sedang terburu-buru membawa berkas ke ruangan Direktur.

"Pak Direktur, ini ada surat yang harus segera ditanda tangani," ucap Liu Yu menghampiri ayah Daijun di meja kerjanya.

"Ini berkas tentang apa, sekretaris Yu?" tanya ayah Daijun pada Liu Yu.

Liu Yu masih mengatur nafasnya sebelum menjawab.

"Itu surat tentang pembukaan pusat seni Gangnam minggu depan, pak Direktur," ucap Liu Yu sedikit ngos-ngosan.

Ayah Daijun membacanya dengan cermat dan bertanya kembali pada Liu Yu sebelum tanda tangan di berkas itu.

"Kenapa tanggal pembukaannya jadi maju? Apakah Daijun sudah tahu tentang hal ini?" tanya ayah Daijun.

"Iya, pak Direktur. Malah itu adalah permintaan dari Direktur Daijun sebelumnya," jawab Liu Yu menjelaskan.

Ayah Daijun mengangguk mengerti dan segera menandatangani berkas itu sebelum menyerahkannya pada Liu Yu.

"Liu Yu, sebelumnya ayah minta maaf, ayah harus pergi ke rumah sakit sekarang, karena ada jadwal pemeriksaan kesehatan rutin. Bisakah kau menghandle pekerjaan ini sementara waktu? Ayah mohon bantu Daijun menyelesaikan tugasnya,"

"Tentu, ayah." ucap Liu Yu meyakinkan bahwa dia bisa menyelesaikan amanah dari ayah Daijun.

Setelah mendapatkan berkas itu kembali, Liu Yu menghubungi pak Kwangso untuk menanyakan sudah berapa persen progres pembangunan pusat seni Gangnam itu. Tangannya cekatan meraih gagang telfon di sebelahnya.

"Selamat siang, pak Kwangso. Ini saya sekretaris Yu. Bisakah anda memberi laporan sudah berapa persen pembangunan pusat seni Gangnam?" ucap Liu Yu di telfon.

"Iya, sekretaris Yu. Sejauh ini pembangunan pusat seni Gangnam sudah hampir mencapai 95 persen. Terima kasih atas masukan dari sekretaris Yu. Sehingga pembangunan bisa selesai secepat ini. Kami usahakan agar segera finishing sebelum hari peresmian dan pembukaan," ucap pak Kwangso di ujung telfon.

Laporan itu membuat Liu Yu semakin semangat. Setelah menutup telfon Liu Yu mengajak seluruh perwakilan divisi untuk mengadakan rapat untuk membahas peresmian dan pembukaan pusat seni Gangnam yang tinggal sebentar lagi.

Seluruh anggota semua divisi sigap memenuhi panggilan Liu Yu dan mereka sudah berkumpul di ruang meeting kantor. Beberapa perwakilan divisi yang lain, masih pergi ke cafe kantor dan datang membawa beberapa box kopi dan cemilan untuk menemani rapat yang kelihatannya akan begitu lama.

"Baiklah, saya akan memulai rapat ini sebagai pengganti pak Direktur. Sebelumnya saya meminta maaf karena pak Direktur belum bisa menghadiri rapat ini, beliau masih dirawat," ucap Liu Yu membuka rapat siang itu.

Para peserta yang hadir rapat mengerti dan paham.

"Kali ini kita akan membahas peresmian dan pembukaan pusat seni Gangnam, yang akan dilakukan satu minggu lagi, mungkin ada yang ingin bertanya dahulu atau memberi saran?" ucap Liu Yu pada semua.

"Saya, sekretaris Yu. Apakah ada tema tertentu untuk mengatur pembukaan di sana nantinya?" tanya salah satu anggota divisi perencanaan.

"Ya, pak Direktur berpesan, beliau menginginkan tema yang berkaitan dengan Glory of Love atau kemenangan cinta," ucap Liu Yu yakin.

Memang sebelum berangkat ke kantor tadi pagi, Liu Yu sempat ke rumah sakit menjenguk Daijun dan menanyakan tema yang diinginkannya untuk pembukaan dan peresmian pusat seni Gangnam. Daijun memilih tema Glory of Love untuk di ajukan ke rapat yang akan Liu Yu lakukan.

"Mungkin karena tanggal peresmian dan pembukaannya bertepatan dengan hari Valentine atau hari kasih sayang," lanjut Liu Yu. Liu Yu melihat salah satu anggota divisi humas mengangkat tangan, Liu Yu mempersilakannya untuk menyampaikan pendapat.

"Ah, sekretaris Yu, saya ingin memberikan usul. Bagaimana jika saat peresmian dan pembukaan kita memberikan nuansa warna putih dan pink, seperti ciri khas hari kasih sayang?" tanyanya pada Liu Yu dan seluruh peserta rapat.

"Boleh, boleh, pasti terlihat manis," ucap salah satu pegawai yang lain. Liu Yu mengangguk setuju dengan pendapatnya.

"Bagaimana bila diberi ornamen-ornamen bentuk hati dan balon-balon yang dibentuk seperti gapura?" tanya yang lainnya.

"Bisa saja, mungkin saat pembukaan nanti bakal banyak para muda mudi datang bersama ke kasihnya untuk melihat dan berfoto-foto di booth yang disediakan untuk berfoto," ucap pak Jeongli memberi saran. Sepertinya sasaran mereka tepat, mengarah pada para pasangan muda mudi yang akan datang meramaikan pembukaan pusat seni Gangnam.

Banyak masukan yang diterima Liu Yu dan akhirnya didapatkan kesepakatan bersama seluruh peserta rapat tentang bagaimana dekorasi dari peresmian dan pembukaan pusat seni Gangnam.

Setelah rapat selesai beberapa perwakilan divisi masih tinggal di ruang meeting, Liu Yu juga masih disana merapikan berkas-berkasnya. Beberapa sudah mau pergi, tinggal Hana Lee dan pak Jeongli yang masih disana menunggu Liu Yu.

"Sekretaris Yu," suara lelaki mendekat ke arah Liu Yu.

"Iya, pak Jeongli. Ada apa?" tanya Liu Yu sambil mendongakkan kepalanya sedikit ke arah pak Jeongli.

"Ah, tidak, tidak ada apa-apa. Kami hanya penasaran saja kenapa pak Direktur memilih tema yang cukup berkebalikan dengan sikapnya selama ini," ucap pak Jeongli pada Liu Yu. Hana Lee mengangguk setuju pada ucapan pak Jeongli.

"Ya, sekretaris Yu. Beritahu pada kami, agar kami tak penasaran," ucap Hana Lee.

Liu Yu tersenyum dan menjelaskan pada mereka, tentang alasan Daijun memilih tema itu.

"Entah, aku juga agak bingung sebenarnya. Mungkin karena menurutnya itu bertepatan dengan hari kasih sayang seperti yang aku katakan pada saat rapat tadi atau memang itu keinginannya sejak beberapa minggu lalu melihat pembangunan pusat seni itu," ucap Liu Yu.

"Jangan-jangan pak Direktur sedang jatuh cinta, hahaha," jawab pak Jeongli menggoda Liu Yu.

"Hahaha, mungkin saja, Pak Jeongli. Jangan-jangan saat peresmian dan pembukaan nanti, akan ada seseorang yang melamar kekasihnya," ucap Hana Lee terkekeh.

Liu Yu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Pak Jeongli dan Hana Lee. Mereka keluar dari ruang meeting bersama dan menuju ruangan kerja masing-masing.

*Everytime I see you...*

Liu Yu yang sudah duduk di mejanya, refleks memandangi handphonenya yang tiba-tiba berbunyi.

Ada telfon yang mengajaknya video call. Untung saja sedang sepi di sekitarnya. Ia mengangkatnya.

"Halo," ucap Liu Yu senang melihat wajah Daijun.

"Halo, kau sudah makan siang, sayang?" tanyanya di layar.

"Sudah kok, kamu makanlah yang banyak biar cepat keluar dari rumah sakit. Minggu depan pusat seni Gangnam akan segera diresmikan, kamu harus datang," ucap Liu Yu sedikit menggoda.

"Hahaha tentu, tentu," ucap Daijun. Tiba-tiba muncul wajah Chaerin dan Yoongi di kanan dan kiri menempel kedua pipi Daijun.

"Halo, kakak. Kami ada di sini," ucap mereka berdua membuat Daijun tertawa geli. Liu Yu melambaikan tangan pada mereka.

"Kakak, simpan nomor ini. Ayah membelikanku handphone baru karena aku peringkat 1, jadi aku bisa menghubungi kakak," ucap Chaerin senang. Pipinya yang chubby semakin menggembung.

"Ah, baiklah, baiklah, sayang," ucap Liu Yu ceria. Chaerin dan Yoongi pergi meninggalkan Daijun. Karena Daijun mengusir mereka berdua yang mengganggunya bicara dengan Liu Yu.

"Pergilah, kalian ganggu saja," ucap Daijun sedikit mengusir.

"Huuu. Awas kau, kak, nanti cepat kembalikan handphoneku," ucap Chaerin pada Daijun karena kesal diusir. Yoongi langsung menarik lengan Chaerin dan pergi.

"Kenapa kau melakukan ini, Liu Yu?" pertanyaan Daijun tiba-tiba membuat Liu Yu bingung.

"Karena kau sudah banyak membantuku, sayang," ucap Liu Yu berhenti, ia memandangi Daijun yang tak puas dengan jawabannya.

"Kau banyak mengorbankan dirimu demi aku. Jadi aku harus membantumu," ucap Liu Yu. Daijun tersenyum mendengar jawaban Liu Yu.

"Terima kasih, sekretaris Yu," ucap Daijun menggoda Liu Yu.

"Kau, selalu saja menggodaku," jawab Liu Yu menggembungkan pipinya.

"Kau mirip ikan gembung, hahaha," Daijun tertawa, tawa yang menyebalkan pikir Liu Yu.

"Sudah, kembali lah bekerja. Nanti telfon lagi jika sudah pulang ya," ucap Daijun sambil melambaikan tangan di ujun telfon.

"Ya, baiklah. Tapi cepat mengangkatnya nanti, aku akan sangat kangen," Liu Yu menggoda balik dan membalas lambaian tangan Daijun sebelum mematikan video call.

Liu Yu tersenyum memikirkan kata-katanya tadi.

"Ya, benar. Aku harus membantunya," gumam Liu Yu pelan sebelum kembali bekerja.

avataravatar
Next chapter