webnovel

Catatan 28: Perasaan Campur Aduk

Sheren menatap dengan pandangan berbinar pada pelaminan berdekorasi bunga dengan nuansa biru laut. Senyum bahagia sepasang mempelai itu seolah menular padanya. Membuatnya ikut tersenyum dan melupakan sedikit rasa lelah yang menderanya akibat perjalanan panjang dari Jerman menuju Indonesia. Pesta pernikahan sepupunya itu digelar dua hari setelah kompetisinya. Dan dia baru mendarat tadi pagi menjelang subuh, sementara dia baru bisa terbang ke Indonesia kemarin siang. Ada banyak urusan yang harus dia selesaikan di Jerman. Gala dinner, wawancara dengan media lokal dan mancanegara, tur keliling kota tempat kompetisinya dilaksanakan dan masih banyak lagi.

"Pesta kali ini benar-benar istimewa," senyum Felicita, saudari kembar sang mempelai wanita. Felicita sudah menikah lebih dulu dan kini sedang mengandung.

Sheren tersenyum manis. "Yah itu benar. Kak Felicia dan Kak Cyrus sudah menjalin hubungan sangat lama. Sejak zaman mereka SMA hingga sama-sama bisa lulus menjadi spesialis. Belum lagi pasang surut hubungan mereka, terutama saat Mama kalian berusaha menjodohkan Kak Felicia dengan pria lain."

"Kamu menghinaku, She?" Felicita menatap adik sepupunya dengan kesal. Sejujurnya, Felicita lebih menyukai Shaka daripada Sheren, karena Shaka tidak pernah berbicara frontal. Sedangkan bocah perempuan di hadapannya ini memiliki mulut yang pedas. Namun, dia menyayangi keduanya. Bocah-bocah kembar ini saling melengkapi. Dan dia tak kuasa untuk membenci Sheren kendati bocah perempuan itu terkadang sedikit nakal.

Sheren tertawa. "Aku tidak menyindir siapa-siapa. Aku hanya mengatakan fakta yang sudah terjadi. Baik Kak Felicia maupun Tante Felina dan Om Feri tidak bersalah. Karena Tante Felina tidak tahu jika Kak Felicia sudah memiliki pacar. Kak Felicia kan tidak pernah bercerita jika dia memiliki pacar. Tapi harusnya Kak Felicita bersyukur atas kejadian itu. Karena kalau tidak, Kakak tidak akan menikah dengan Kak Reynold."

Ucapan Sheren membuat Felicita gemas. Wanita muda itu kemudian mencubit pipi tembam Sheren dengan gemas. "Kamu itu kadang menyebalkan, tapi aku tidak bisa membencimu! Dan itu membuatku semakin kesal karena aku tahu, aku tidak bisa membencimu!" Kemudian, Sheren dan Felicita tertawa bersama.

"Semoga keponakanku nanti mirip Kak Reynold!"

"Heh!"

"Aamiin."

Dua suara menjawab bersamaan dengan kata yang berbeda. Reynold mengamini doa Sheren sementara Felicita kesal dengan doa adiknya itu. "Bagaimana Jerman?" tanya Reynold sembari menyerahkan segelas salad buah pada Sheren. Pria muda itu kini duduk di kursi yang berada di samping Felicita.

"Jerman tetap bagus seperti biasa. Banyak tempat-tempat indah dan menarik di sana," angguk Sheren dengan semangat. Lalu, gadis itu menyuapkan sesendok jeruk berlumur mayones manis yang dingin disertai taburan keju ke mulutnya.

"Tempat apa saja yang menarik di sana?" tanya Reynold lagi. Felicita menatap sang suami dengan curiga, terutama saat dia melihat senyuman penuh arti dari Reynold.

Sheren menjawab pertanyaan Reynold tanpa tendensi apapun, "Banyak banget sampai aku gak bisa merinci satu persatu."

"Coklat panas di kafe dekat gedung orkestra pasti yang paling berkesan buatmu," senyum Reynold.

Sheren sontak mendongak menatap sang sepupu ipar. "Hah?"

Felicita menatap Reynold dengan penasaran. Wanita itu yakin bahwa suaminya mengetahui sesuatu. "Mas? Mas tahu sesuatu?"

Reynold tertawa kecil. "Kakak baru tahu lho kalau kamu juga punya teman laki-laki. Apalagi selebritis terkenal yang memiliki jadwal super padat. Memang sih dia di sana untuk keperluan syuting, tapi itu juga aneh. Dia bukan tipikal orang yang ramah, yang rela meluangkan waktunya untuk orang lain."

Sheren mengernyit mendengar hal itu. "Masak sih Kak? Dia sendiri sudah memiliki tiket kompetisiku lho."

Felicita menatap keduanya penasaran, namun dia memilih untuk diam. Rasa penasarannya pasti terjawab sebentar lagi.

"Kamu menyuruhnya menghadiri kompetisimu?"

Sheren menggeleng. "Tidak, aku tidak pernah mengatakan hal itu padanya. Aku juga tidak akrab dengannya."

"Kayaknya, aku tahu siapa yang kamu maksud," ucap Felicia tiba-tiba. Wanita muda itu tampak sangat cantik dengan balutan gaun pengantin berwarna biru laut. Felicia lalu ikut duduk di samping Sheren. Lalu, Cyrus menyusul sang istri. Pria muda itu tampak tampan dengan tuksedo hitam. Kemudian, para anggota keluarga mereka yang lain menyusul ke meja tempat pengantin itu berada.

"Si adik punya pacar?"

"Kamu tahu, Fel?"

"Siapa pacarnya?! Beritahu kita, cepat! Dia harus lulus tesku untuk bisa menjadi pacar Sheren!"

Shaka saling bertatapan dengan Felicia, keduanya sama-sama tersenyum jenaka. "Shawn, aktor muda yang sedang naik daun," jawab Felicia sambil menahan tawa.

"HAH? BAGAIMANA MUNGKIN AKU BERPACARAN DENGANNYA?!" jerit Sheren terkejut. Felicia menusuk-nusuk pipi tembam Sheren dengan jemarinya yang lentik.Wanita itu lalu menatap Shaka, memberi kode pada adik sepupunya itu untuk memberitahu Sheren tentang hal itu. Keterkejutan tidak hanya dirasakan oleh Sheren, namun juga oleh anggota keluarganya yang lain. Dan pengecualian untuk Shaka, Felicia, Reynold, dan orang tua Sheren.

"Dia sudah lama menaruh hati padamu, terutama sejak dia tahu bahwa kamu memperlakukannya seperti kamu memperlakukan teman-temanmu yang lain. Kamu memperlakukan Shawn bukan sebagai Shawn, aktor terkenal. Namun sebagai Shawn, murid SMA biasa yang sebaya denganmu." Shaka lalu menunjukkan sebuah akun instagram pada Sheren. Akun instagram itu adalah akun lain milik Shawn, bisa dibilang akun cadangan pemuda itu. Dan Sheren terkejut saat melihat ada banyak fotonya di sana, termasuk fotonya saat bermain piano. Ada fotonya saat dia mengikuti kompetisi, ada foto saat dia tersenyum, dan masih banyak lagi. Foto-foto itu diambil dengan cara diam-diam.

Rasa terkejut membuat Sheren kehilangan kata-kata, dia masih tidak percaya tentang hal ini. Seingatnya, dia tidak pernah memperlakukan Shawn dengan baik. Dia selalu berbicara pada Shawn dengan nada datar, tak jarang dia berbicara ketus pada pemuda itu. "Bagaimana bisa?! Ka, jangan bohong deh!" ucap Sheren setelah berhasil pulih dari keterkejutannya.

"Tentu saja bisa! Semuanya bisa saja terjadi! Kalau kamu gak percaya, tanya saja orangnya!"

"Enggak deh. Aku malu." Lalu, Sheren meninggalkan kursinya. Gadis cantik itu berjalan menuju meja prasmanan diiringi tatapan jenaka para anggota keluarganya.

"Uhuy! Malu dia!" kekeh Abraham yang juga sepupu Sheren.

"Akhirnya ada juga orang yang menaruh hati padanya," senyum Felicita.

***

Balkon hotel terasa sangat sejuk. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjang Sheren yang terurai. Rambut panjang itu sengaja dibuat bergelombang. Jepit rambut berwarna biru yang senada dengan gaunnya menjepit rapi rambutnya. Sheren menatap langit yang hari ini sedikit berawan dengan tatapan lembut.

"Kenapa di sini?" Shaka baru saja datang, pemuda itu ikut menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas balkon. "Pestanya membosankan?"

Sheren menggeleng. "Tidak, aku hanya lelah." Memang benar, dia tidak berbohong. Seluruh sendi dan tulang-tulangnya menjerit linu.

"Pulang yuk!" Shaka kini menyadari bahwa wajah sang adik tampak sangat lelah. Terutama tatapan matanya.

"Tapi pesta belum selesai, Ka! Aku gak enak dengan Kak Felicia dan yang lain."

"Enggak apa-apa. Mereka pasti mengerti."

Sheren akhirnya menuruti perintah Shaka. Dia sudah tidak kuat menahan lelah dan kantuk yang dia rasakan akibat kurang tidur selama beberapa hari. Kini, sepasang anak kembar itu berjalan menuju parkiran mobil. Shaka tengah menelepon Mama sembari tangan kirinya melingkari pundak adiknya. Dia harus menyangga pundak Sheren untuk melindungi adiknya agar tidak terjatuh. Karena, Sheren berjalan dengan mata setengah tertutup.

Tiba di mobil, Sheren langsung tertidur nyenyak. Shaka tersenyum sembari memasangkan sabuk pengaman adiknya. Lalu, Shaka mengendarai mobil meninggalkan tempat parkir hotel.

***

Surabaya, 20 Februari 2020

Hari ini perasaanku campur aduk. Aku senang karena akhirnya Kak Felicia bisa menikah dengan pujaan hatinya. Tetapi, perasaan kaget dan tak percaya mendominasiku hari ini. Aku terkejut karena Shawn ternyata menaruh hati padaku. Namun, aku juga tak percaya pada hal itu. Mana mungkin Shawn mencintaiku? Ada-ada saja!

Next chapter