2 Sebenarnya Apa Yang Terjadi?

Alvin tersenyum aneh menghadapi beberapa makhluk aneh di hadapannya.

"Sudah ku bilang, aku gak tahu apa-apa." Alvin membela diri.

Setelah beberapa kali di hipnotis, Alvin tetap memberikan jawaban yang sama. Masalah ini membuat kerajaan yang dipimpin oleh Kadita menjadi bergejolak. Namun mereka tidak bisa menyalahkan Alvin karena Alvin terbukti tidak bersalah. Berinteraksi dengan manusia tidak lah mudah, apalagi membunuh manusia. Jika orang terdekat manusia tersebut memutuskan untuk menyerang balik dengan pertolongan orang pintar, hasilnya juga tidak menyenangkan.

Setelah tidak terbukti, Alvin dikembalikan lagi ke rumahnya. Di alam gaib, dia menghabiskan tiga hari, namun di dunia manusia, waktu yang berlalu hanya tiga jam.

Alvin bergegas masuk ke kamarnya dan langsung berbaring. Setelah memejamkan mata, Alvin masuk ke dalam dunia jiwanya.

Alvin sedikit terkejut dengan salah satu kartu segel yang menangkap Kadita. Kartunya tidak lagi berwarna hitam dan abu-abu saja, namun foto Kadita yang penuh dengan pesona ratunya tercetak di kartu segel tersebut dengan bingkai hitam.

Dengan rasa bersalah, Alvin memerintahkan kartu yang menyegel Kadita untuk melepaskan Kadita. Walaupun Kadita tetap tidak sepenuhnya bebas, tetapi dia tidak akan membeku di dalam kartu segel.

Tak lama kemudian, Kadita keluar dari kartu segel dan melihat ke Alvin dengan wajah yang sangat marah. Kadita tidak mengatakan apapun dan hanya memandang Alvin.

"Anu, tadi itu cuma kecelakaan. Hehe..." Alvin berkata sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Kecelakaan?! Aku sekarang tersegel selamanya di sini, dan kamu bilang cuma kecelakaan?!" Kadita langsung meluap-luap setelah mendengar penjelasan singkat dari Alvin.

"Tenang... please... Aku benar-benar gak bisa ngapa-ngapain. Segelmu akan hilang setelah aku meninggalkan. Tunggu aja bentar..." Alvin mencoba menjelaskan.

"Sebentar?!" Kadita berteriak lagi.

Dia ingin sekali berteriak dan membunuh Alvin namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kartu segel yang menyegelnya memasukkan sihir ke dalam jiwanya secara paksa. Kadita secara tidak langsung telah menjadi budak dari Alvin. Untungnya, kartu segel tidak mengubah kepribadiannya. Mengingat kejadian sebelumnya, Kadita benar-benar ketakutan.

Alvin hanya bisa tersenyum lembek dan garuk-garuk kepala. Mau jelasin gimana lagi? Gak ada yang bisa dijelasin lagi.

Alvin duduk di lantai dan kembali memandang wajah cantik Kadita. Mungkin Alvin tidak akan pernah bosan memandang wajah Kadita. Dia ingin sekali menjadikan Kadita sebagai istrinya dan hanya dengan satu perintah Kadita akan jadi istrinya. Namun dia menggelengkan kepalanya. Walaupun Alvin tidak romantis, dia tahu kalau memaksakan kehendak hanya akan membuat situasi jadi lebih buruk.

"Alvin! Katakan sesuatu!" Kadita berteriak dan meluapkan frustasinya.

"Kamu benar-benar cantik, Kadita. Aih, aku sebenarnya sangat ingin memperistri dirimu. Tapi situasinya lagi gak menyenangkan. Gini-gini aku udah 22 tahun lho. Untuk ukuran manusia, aku sudah cukup umur untuk memulai sebuah keluarga kecil." Alvin tersenyum. Jawaban Alvin yang tidak relevan membuat Kadita semakin marah.

"Sudah-sudah... Sini duduk di pangkuanku."

Mendengar perkataan Alvin, Kadita ingin sekali menampar wajahnya. Namun jiwa dan raganya berkata lain. Dia dengan anggun berjalan ke arah Alvin dan kemudian duduk dengan tenang di pangkuannya. Kadita berteriak dengan keras di dalam pikirannya, namun tubuhnya tidak mau mendengarkannya.

Alvin memeluk pinggang Kadita dan tidak melakukan tindakan mesum. Alvin menutup matanya dan menikmati saat-saat indah ini. Kadita yang semula berteriak di dalam pikirannya, berangsur-angsur diam dan melihat Alvin yang menutup matanya dengan damai. Kadita menunggu Alvin melakukan hal-hal mesum pada dirinya, namun hal tersebut tidak pernah terjadi.

"Alvin, kenapa?" Kenapa Alvin gak nglakuin hal mesum? Bukannya semua lelaki itu sama? Apa kecantikan tubuhku gak masuk di matanya? Semua pertanyaan tersebut hanya ditanyakan di lubuk hati Kadita.

Alvin perlahan membuka matanya dan tersenyum. "Aku sedang menikmati hidup, Kadita. Aku tahu, kamu emang cantik banget. Kulitmu mulus, dan tubuhmu menggoda banget. Namun bukan itu yang ku cari. Semua itu bakal berubah seiring dengan bertambahnya usia. Jika cintaku padamu hanya karena buah dadamu yang sexy atau karena pantatmu yang bulat menggoda, cintaku akan berubah saat dadamu dan pantatmu gak lagi indah."

Kadita terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Kadita yang usianya sudah ratusan tahun atau mungkin lebih, tahu betul apa yang ingin disampaikan oleh Alvin. Alvin jatuh cinta padanya, betul. Tapi keluarga tidak bisa didasarkan pada cinta. Dasar dari keluarga adalah tanggung jawab. Kadita butuh bertahun-tahun lamanya untuk memahaminya.

"Untuk usiamu yang sangat muda, kamu benar-benar tenang, Alvin."

"Saat lingkungan memaksa untuk matang lebih cepat, aku gak bisa apa-apa selain menerimanya." Alvin menjawab dengan tenang.

"Kamu tahu kan kalau alam kita berbeda?"

Alvin mengangguk namun tidak melepas pelukannya. Sesekali Alvin membelai rambutnya yang lembut.

Kadita hanya bisa tersenyum lembek dan menyandarkan kepalanya ke pundak Alvin. Setelah tersegel, Kadita seperti berangsur-angsur tunduk pada Alvin. Jiwanya seperti dimanipulasi oleh kartu segel untuk selalu patuh kepada Alvin dan mengutamakan Alvin.

***

Tentu saja Alvin tidak sesantai itu. Pertama, kerajaan di belakang Kadita pasti sedang ramai. Jika terpaksa, mereka pasti akan membuat masalah. Kedua, manusia terkenal dengan ketamakannya. It's real, don't denny it! Jika para paranormal yang kurang bisa menjaga nafsu mereka, Kerajaan Gaib Laun Selatan pasti akan kacau balau. Belum lagi kerajaan sekitar yang mungkin akan menyerang kerjaannya Kadita.

Namun apa daya? Alvin tidak punya kemampuan apa-apa kecuali segel tersebut.

"Tunggu bentar! Masalah yang paling dasar kenapa gak kupikirin ya? Kenapa aku dapat kemampuan ini?"

Kemampuannya dan reinkarnasinya bukanlah sesuatu yang normal. Tiba-tiba otaknya berbunyi klik!

"Oh shit! Jangan-jangan bumi ini bakalan menyambut becana besar?!"

"Jika benar, bencana apa?"

"Gak nyampek otakku buat mikirin itu... Lebih baik aku persiapan aja."

Indonesia sangat terkenal akan praktek dan wisata mistiknya. Bali, Jawa, Kalimantan adalah tiga pulau yang reputasi mistiknya diakui oleh seluruh rakyat Indonesia. Walapun Jawa sudah mulai kehilangan identitas mistiknya, praktik klenik dan kejadian mistik masih kerap ditemui. Santet, teluh, peliharaan jin, dan masih banyak lagi sering nampak nyata walaupun hanya sekilas.

Setelah menemui Dian aka Kadita, Alvin mulai melirik kemungkinan mendapatkan pengawal dari alam gaib. Namun siapa? Alvin hanya tahu sedikit tentang alam gaib di dunia ini.

Tak tahu harus bagaimana, Alvin masuk ke dalam alam jiwanya dan menemui Kadita.

"Dita, I miss you!"

Kadita hanya menunduk malu dan wajahnya memerah. Efek kartu segel itu benar-benar potent. Alvin terpukau dengan kecantikan Kadita untuk yang kedua kalinya. Dia memeluk Kadita dan mencium pipinya dengan penuh kasih sayang.

"Alvin, kamu apain diriku? Kenapa aku jadi seperti ini?"

Kadita bertanya sambil menangis. Sihir dari kartu segel masih belum sepenuhnya mengikat hati dan jiwa Kadita.

"Maafkan aku Dita, aku benar-benar gak bisa melepas segelnya. Segel ini permanen. Tunggu ya sebentar, Manusia cuma bisa hidup paling lama 150 tahun. Kamu dan jin lain kan hidupnya selamanya sampai hari kiamat kan. Cuman 150 tahun aja koq. Selama kamu gak mau, aku gak bakal ngapa-ngapain kamu. Cuma, aku tetep bakalan meluk sama cium kamu."

Alvin mencoba menenangkannya. Dia membelai rambutnya yang hitam pekat dan lembut seperti sutra.

Dita tidak membalasnya, dia hanya diam sambil menyandarkan kepalanya ke dadanya Alvin.

avataravatar