1 Kenyataan Dan Kecelakaan

Di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota, para petani dan nelayan bekerja giat hanya untuk mengisi perut mereka. Internet? Smartphone? Mereka tidak pernah memperdulikannya. Namun dengan apatisnya mereka terhadap pengaruh luar, lingkungan mereka sangat terjaga. Mungkin bagi orang luar desa, warga desa ini mirip dengan legenda druid.

Nama desa itu adalah Desa Kedjam.

"Halo paman, boleh ikut cari ikan?" seorang pemuda berjalan menghampiri dua pria paruh baya yang sedang memeriksa jebakan ikan di sungai.

"Boleh Jo. Sini bantuin paman angkat jebakan ke pinggir sungai." Salah satu paman menganggukkan kepala.

Julianus Caesar, biasa dipanggil Bejo, langsung ikut masuk ke sungai dan dia menarik perahu kayu dari tengah sungai rawa ke tepian.

Setelah beberapa jam kemudian, hasil jebakan terkumpul. Hasilnya lumayan. Satu ember kecil Ikan Ekor Kuning, Kepiting Air Tawar, dan Belut. Dua paman tadi memberikan satu kantung Ikan Ekor Kuning ke Bejo.

"Makasih banyak paman." Bejo bahagia banget dengan hadiah yang diterimanya. Walaupun cuma satu kantung kecil ikan.

Bejo langsung lari ke rumah setelah mendapatkan makanan.

"Ibuk, Bejo dapet satu kantung ikan nih. Masak sayur asem ikan ya?" Bejo berharap ibunya mau memasakkan makanan kesukaannya.

"Iya-iya. buk'e bakalan masakin kamu sayur asem ikan. Tapi kamu harus cari dulu asem jawa di pinggir desa. Buk'e kehabisan asem jawa dan Belimbing Wuluh."

Buk'e adalah panggilan akrab dari anak ke ibunya. Asem jawa atau Belimbing Wuluh adalah bumbu kunci agar sayur yang dibuat bisa dinamakan sayur asem.

Dengan riang gembira, Bejo berjalan sambil bernyanyi. Tak lama kemudian dia kembali ke rumah dan menyerahkan asam jawa pada ibunya.

Bejo dengan lahap menyantap makanan kesukaannya sampai dia lupa untuk mengunyah dengan benar. Tiba-tiba dia tersedak dan kesulitan bernapas. Ibunya panic dan berteriak minta pertolongan.

Sayangnya, Bejo tak terselamatkan...

***

Di dunia lain, dunia paralel lebih tepatnya, anak seorang petinggi perusahaan milik negara tenggelam di kolam dan dinyatakan meninggal.

"Mah, sudah relakan saja. Kasian Alvin kalau liat kamu sedih..." Lelaki paruh baya merangkul pundak wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan anggun.

"Tapi... tapi..." Wanita itu menangis kembali di depan jasad anaknya.

Lelaki paruh baya itu juga tak kuasa menahan tangis. Tapi dia tetap pura-pura kuat. Dia masih harus menenangkan istrinya. Jika dia sendiri menangis, bagaimana dengan istrinya? Betapa sedihnya istri tercintanya?

Di tengah-tengah suasana yang sedih itu, jasad pemuda laki-laki di atas meja tiba-tiba terduduk dan menyemprotkan banyak air dari mulutnya. Semua orang yang hadir terkejut dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Pemuda yang divonis meninggal itu melihat sekeliling dan bertanya sambil mengerutkan keningnya. "Di mana ini?"

"Alvin! Alvin anakku! Alhamdulillah kamu gak ninggalin mama!" ibunya 'Alvin' langsung memeluknya.

Bejo tidak tahu apa-apa dan hanya bisa menikmati dua buah dada yang sangat lembut. Tapi saat dia mengingat apa yang wanita itu bilang, dia terkejut sampai otaknya mengalami gejala Short Circuit.

"Tante, anda bilang aku ini anakmu. Tapi kenapa aku gak ingat kalau aku ini anak tante." Bejo mencoba untuk menjelaskan dari sudut pandang Bejo, bukan Alvin.

Tidak butuh waktu lama untuk tahu apa yang 'sebenarnya' terjadi. Wanita itu langsung mengeluarkan smartphone-nya dan memanggil rumah sakit dan meminta dokter spesialis otak dan ahli psikologis. Setelah beberapa pemeriksaan dan medical checkup di rumah sakit, rumah sakit menyatakan kalau Alvin selain kehilangan ingatannya, dia juga mengalami kepribadian ganda.

Singkatnya, Alvin yang mereka lihat adalah alter ego atau kepribadiannya yang lain. Namanya Julianus Caesar dan nama panggilannya Bejo.

Namun apa daya mereka. Mau apapun yang terjadi, Alvin tetap darah daging mereka. Mereka tidak mungkin mengabaikan Alvin.

Tentu saja Bejo, atau sekarang Alvin, tidak bisa langsung menerimanya. Namun setelah ibunya menunjukkan beberapa foto, kartu identitas, dan hasil tes kedokteran, Alvin tidak bisa apa-apa dan mengangguk.

***

Sesampainya di rumah, Bejo atau Alvin diajak untuk melihat sekeliling rumah. Ayahnya menunjukkan beberapa barang kesukaan Alvin sebelum dia kehilangan ingatannya. Salah satunya adalah smartphone terbaru.

Nama ayahnya adalah Indra Buana Putra dan Ibunya adalah Dewi Khadijah. Ayahnya adalah Branch Manager di PT Aero Angkasa, salah satu badan usaha milik negara yang mengurusi bandar udara internasional. Ayahnya adalah Branch Manager di cabang wilayah dua, Jawa Timur. Dia membawahi tiga bandar udara, di Banyuwangi, Surabaya, dan Malang.

Ibunya adalah asisten manajer perusahan logistik, anak perusahaan dari PT. Aero Angkasa cabang Surabaya. Namanya PT Aero Logistik.

Walaupun jabatan mereka cukup tinggi, rumah mereka terbilang cukup biasa, menurut Alvin. Alvin kembali membaca nama yang tertulis di KTP yang diberikan oleh ibunya.

"Alvian Indra Putra..."

Kurang lebih, setelah satu hari bersama dengan keluarga barunya, Alvin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia meninggal karena tersedak dan arwahnya masuk ke dunia pararel. Akhirnya dia membuka matanya dan masuk di tubuh yang sangat mirip dengan tubuh lamanya, kecuali bagian ototnya yang meh~~.

"Dasar anak kota... Hadeh..." Alvin mengeluhkan tubuh barunya yang sangat lemah. Bahkan anak kecil usia 10 tahun aja cukup buat Alvin terlempar jauh.

Karena ayah dan ibunya harus melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda, mereka meninggalkan Alvin sendiri di rumah. Dia melihat sekali lagi rumah barunya dan kemudian bermain gim di smartphone-nya. Namun satu jam kemudian sakit kepala parah menyerang kepalanya. Dalam sekejap Alvin sudah terbaring di karpet depan kasurnya.

Alvin berdiri di tengah area yang luas. Tetapi area itu hanya di dominasi oleh warna hitam dan abu-abu. Di hadapannya, dia melihat tujuh benda yang bentuk dan ukurannya seperti pintu. Masing-masing punya warna hitam dan corak batik berwarna abu-abu.

"Benda apa ini? Pintu kah?"

Dengan rasa ingin tahunya yang kuat, Alvin menyentuh salah satu benda tersebut. Tiba-tiba beberapa informasi mengalir ke kepalanya. Anehnya, Alvin langsung mengerti tentang tujuh benda yang bentuknya mirip pintu tersebut dan dunia kelam di sekelilingnya. Dunia hitam abu-abu itu adalah kondisi jiwanya. Dan tujuh benda yang mirip pintu tadi adalah kartu segel. Dengan kartu segel tersebut, Alvin dapat menyegel apapun. Benda mati ataupun makhluk hidup, termasuk manusia.

Hanya saja, masing-masing kartu hanya bisa digunakan untuk sekali segel. Tidak ada opsi pengulangan atau penghapusan. Sisi baiknya adalah setiap benda atau makhluk hidup yang disegel akan menjadi kebal dari kematian sampai Alvin meninggal. Benda tersegel yang rusak akan kembali seperti semula setelah masuk ke kartu segel.

Alvin tidak punya bayangan untuk apa atau siapa yang bisa disegel. Pisau dapur? Meh~~

Di Indonesia, senjata api mendapat regulasi ketat dari pemerintah. Tidak seperti USA yang memperbolehkan setiap rumah untuk memiliki shotgun, Indonesia melarang warga sipil untuk memilikinya. Satu-satunya cara untuk mendapatkan senjata api adalah dengan membeli dari pasar bawah tanah atau dari aparat korup. Oleh karena itu, senjata api juga tidak bisa jadi pilihan.

Setelah berpikir keras, akhirnya Alvin menyerah dan akan memikirkannya lagi nanti setelah sadarkan diri. Dengan internet, dia bisa mencari sesuatu yang cukup menarik.

***

Keesokan harinya, teman-temannya datang menjenguknya. Tentu saja, teman-temannya adalah anak dari orang berada seperti dirinyanya. Salah satu teman yang datang adalah cewek cantik. Pakaiannya kasual dan tidak berlebihan.

Saat mereka memperkenalkan diri mereka, Alvin tidak mencoba untuk mengingat nama mereka. Dia hanya fokus pada cewek cantik tadi yang bernama Dian Maharani. Alvin tertarik padanya karena ada aura hijau yang menyelimuti dirinya.

Sejak dia menyentuh kartu segel kemarin, dia bisa melihat makhluk yang tidak kasat mata, termasuk hantu dan jin.

Di belakang Dian, Alvin melihat dua pemuda gagah berpakaian pasukan Jawa kuno. Sambil berbincang dengan teman-temannya, Alvin mengamati Dian dan pengawal tak kasat matanya.

Setelah berbincang agak lama, teman-temannya pamit pulang. Namun Alvin minta kalau Dian tinggal sebentar karena ada yang ingin Alvin tanyakan.

"Ada apa Vin? kok kayak rahasia banget gitu?" Dian penasaran dengan Alvin.

Walau sebelumnya Alvin pernah nembak dirinya dan Dian menolaknya, Alvin tetap mau jadi temannya. Namun semua itu sebelum Alvin kehilangan ingatannya. Jadi Alvin tidak mungkin ingin membahas masalah yang dulu.

"Dian, kamu bisa liat dua pengawal di belakangmu?" Alvin langsung bertanya tanpa basa-basi.

Dian kaget dan mata indahnya terbelalak. Melihat ekspresi wajahnya, Alvin tahu kalau Dian bisa melihat mereka.

"Huh, jadi kamu juga bisa liat alam gaib juga?" Dian yang jarang tersenyum, tersenyum manis pada Alvin.

Alvin mengangkat bahunya dan mengiyakan. Alvin juga menyuruh para pengawal untuk duduk, tapi mereka menolak. Mereka maksa untuk berdiri di belakang Dian.

Alvin menatap Dian dengan serius. "Aku mencium bau laut dari aura mu, Dian."

"Hahaha! Kamu menarik banget." Dian berkata seperti itu dan aura hijau di sekelilingnya semakin ketat.

Seperti kulit telur, area di sekeliling Dian terkelupas. Di hadapannya, Dian berubah jadi wanita cantik berpakaian adat Jawa dominan warna hijau.

"Hm, kamu sekarang jadi berkali-kali lebih cantik." Alvin mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Namaku Kadita, ratu penguasa Laut Selatan."

"Lalu kenapa kamu menyamar jadi manusia?" Alvin penasaran. Di dunia sebelumnya, dunia lain bukanlah sebuah mitos.

"Aku hanya ingin menikmati kehidupan sehari-hari manusia saja. Tidak lebih dan tidak kurang." Dian, atau sekarang Kadita menjawab dengan santai.

Alvin tersenyum dan menikmati keindahan Kadita. Bisa dibilang, Kadita adalah wanita tercantik yang pernah dia lihat. Jauh di lubuk hatinya, dia ingin memilikinya.

Namun yang semula hanya keinginan hati, direspon oleh jiwanya. Aura hitam yang berat tiba-tiba memenuhi seisi ruangan. Kadita dan dua pengawalnya bersiap untuk sesuatu yang tidak diinginkan. Namun aura hitam tersebut seperti punya pikiran sendiri dan langsung menekan Kadita dan pengawalnya.

Tak lama kemudian, kartu segel yang semula ada di dalam jiwanya muncul di belakang Alvin. Alvin tidak tahu harus bagaimana. Di berteriak sekuat tenaga untuk membatalkan proses penyegelan. Namun kartu segel seperti tidak mau mendengarkannya.

Karena tekanan dari aura hitam tersebut, Kadita tidak mampu untuk bergerak. Bahkan berteriak pun sangat sulit. Kadita mendengar Alvin berteriak untuk menghentikan misterius objek. Namun apa yang bisa Alvin perbuat? Kadita yang menguasai Laut Selatan saja tidak mampu melawan.

Banyak tangan muncul dari kartu segel dan memegang erat setiap bagian tubuh Kadita. Sekejap mata, Kadita sudah tersegel di dalam kartu dan aura hitam tersebut berangsur-angsur berkurang.

Tak lama kemudian, Alvin diculik ke alam lain oleh dua pengawal tadi.

avataravatar
Next chapter