5 Chapter 5

Tubuh yang tengah berada didalam pelukannya terasa sangat rapuh. Sehun dapat melihat perubahan drastis yang terjadi pada tubuh mantan ibu mertuanya itu. Dulunya wanita itu adalah seorang ibu yang kuat dan tegar. Tetapi tampak yang terlihat kini, kesedihan telah mengikis tubuh bugarnya dan membuatnya tampak jauh lebih tua dari umurnya yang sesungguhnya.

`

Isak tangis wanita paruh baya itu menarik kembali memori kelam dimasa lalu. Selama ini Sehun sudah berusaha untuk membatasi diri. Ia mencoba menjalani hidup barunya walaupun terkadang sesekali tanpa sadar ia kembali melakukan hal-hal yang dulunya sering ia lakukan. Termasuk permen dan mengunjungi rumah abu. Sebenarnya semua itu ia lakukan diluar kontrolnya. Tubuh dan pikirannya bergerak tanpa bisa ia hindari.

"Aku senang melihatmu baik-baik saja." kata wanita itu setelah kami melepas pelukan dan kini berdiri berhadapan. "selama ini aku selalu mengkhawatirkanmu. Mengingat seperti apa kondisimu ketika Eujin meninggalkan kita—" wanita itu diam sejenak, tak ingin airmatanya kembali mengalir. "tapi kini kau sudah mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik. Aku benar-benar bahagia akan itu." ujar wanita itu seraya melihat sejenak kearah Yoona—yang sedang duduk terkantuk di bawah pohon jauh dari mereka. Sehun mengikuti arah pandangnya. Mereka berdua diam dalam beberapa detik. Mengamati kelucuan Yoona yang beberapa kali nyaris terhuyung kesamping karena tak sanggup menahan kantuk. Wanita itu sampai tertawa kecil, tetapi tidak dengan Sehun. Pria itu tetap dengan wajah datarnya.

"Kau kesini sendirian?" tanya Sehun, kembali menatap wanita itu.

"Hemm.. Suamiku sedang sakit. Jadi aku tidak punya pilihan lagi."

"Haruskah aku mengantarmu?" ia memperlihatkan raut cemas.

"Aku memang tampak kurusan. Tapi ini karena aku sedang diet. Aku masih kuat seperti dulu." Wanita itu mencoba bercanda, berusaha membuat suasana tak lagi suram. "pikirkan saja isterimu. Lihat itu, kasihan sekali dia. Sampai tertidur seperti itu. Cepat bangunkan dia, sebelum dia terjatuh. Aku harus segera masuk kedalam, karena aku tidak bisa berlama-lama. Suamiku menunggu." Sehun mengangguk mengiyakan, tetapi tak sepenuhnya merelakan. Ia merasa tak tega melihat wanita itu sendirian. "Sehun-a, aku tahu itu pasti berat. Tapi, kau akan melukai isterimu jika kau terus larut dalam masa lalumu." Otot rahang Sehun mengeras mendengar itu. "awalnya juga berat untuk kami. Pada akhirnya, kenyataanlah yang memberi kami kekuatan. Hidup ini harus tetap berlanjut. Eujin sudah tenang disana. Sekarang giliran kita melanjutkan hidup kita masing-masing. Akan seperti apa akhirnya, kita yang memutuskannya. Dan akan seperti apa hasilnya, kita serahkan pada-Nya. Kini kau sudah memiliki seseorang yang spesial, bukankah seharusnya kau melakukan yang terbaik agar hal buruk tak terulang kembali?" otot diwajah Sehun mengendur. Ia menghela nafas dengan pasrah tak mampu membantah. Wanita itu memeluknya singkat. "pergilah, jangan membuatnya menunggu. Aku masuk dulu." Meninggalkan senyum manisnya. Ia melangkah masuk kedalam gedung.

`

Sebelum melangkah mendekati mobilnya, Sehun melihat kearah Yoona sejenak—yang masih berusaha duduk tegak dengan mata tertutup diujung sana. Setitik rasa kasihan timbul ketika melihat isterinya itu. Tetapi, bukannya menghampiri Yoona, dirinya malah masuk kedalam mobil. Meraih ponselnya lalu menghubungi nomor Yoona.

`

Dari kaca spion, dapat ia lihat Yoona yang tersentak kaget lalu terburu-buru melihat ponselnya—yang sedari tadi ia pegang. Dengan kebingungan, Yoona mulai berlari menuju mobil—sepertinya sudah paham maksud dari panggilan itu. Tanpa ada yang menyadari, senyuman tergaris tipis di wajah Sehun, mungkin merasa lucu melihat tingkah isterinya itu.

"Hubungi Manager Ji. Katakan padanya, saat ini kita sedang menuju rumahnya."

"Heee?" Yoona yang baru saja masuk kedalam mobil kembali dibuat kaget olehnya.

"W-wae? Tidak, maksudku kenapa kita kesana?" dan tanpa sadar Yoona bertanya dengan santai—biasanya menarik nafas disamping suaminya saja gugup.

"Ini Chuseok. Sudah seharusnya kita kesana." Benar sekali. Hari Chuseok baiknya dilewati bersama keluarga. Nada suara Sehun juga mulai ketus, tentu Yoona tak berani bersuara lagi. Lemas tak bertenaga, ia hubungi nomor pamannya.

[Eonni? Ada apa menelepon pagi-pagi?] Dan Sejeong lah yang menerima panggilan itu.

"Dimana paman?"

[Appa sedang membantu eomma didapur.]

"Begini.. Saat ini aku sedang diperjalanan menuju rumah kalian."

[Benarkah? Wah.. Aku senang sekali. Seharian mendengar pertengkaran appa dan eomma membuatku suntuk berat.]

"Katakan juga kepada paman.."

[Mmm?]

"Suamiku ikut bersamaku."

[WHAT????!] Reaksinya sesuai dengan perkiraan. Mengapa sampai seperti itu? Karena itu adalah pertama kalinya Sehun mengunjungi rumah Paman Ji—yang tak lain yaitu Manager Ji.

`

--

`

Suasana apa itu? Kenapa mereka terlihat sangat tegang? Tidak ada satupun dari mereka yang menyantap makanan yang sudah Song Jihyo siapkan—isteri Manajer Ji, alias Ji Suk Jin. Awalnya Sehun tidak memahami suasana itu. Ia mengira mereka sedang menunggu sesuatu. Tetapi melihat tidak adanya perubahan apapun. Karena itu, ia dapat menduga bahwa penyebab dari ketegangan disana ada pada dirinya sendiri. Maksudnya? Ya, mereka takut padanya atau tepatnya merasa segan. Bagaimana pun juga itu pertama kalinya dirinya mendatangi rumah itu.

"Kapan kita akan mulai menyantap semua ini?" Tegur Sehun, membuat semua yang ada disana terkesiap tak percaya. Tak percaya Sehun akan berkata sesantai itu.

"Aa, silahkan silahkan!" Manager Ji mendadak bersemangat.

"Makan ini. Ini jeon terenak yang pernah aku buat." Dan Bibi Song mulai menggeser beberapa makanan ke hadapan Sehun. "aku mencampurkan sayuran segar didalamnya. Aku juga menggunakan minyak dengan kualitas terbaik ketika menggorengnya." Sedikit berlebihan sih. Mungkin Bibi Song tidak ingin membuat Sehun merasa ragu ketika menyantap makanan buatannya. "aa! Makan ini juga!" Sehun sampai tersentak pelan dikarenakan suara Bibi Song yang mulai terdengar melengking. "ini semur daging iga sapi yang aku campurkan dengan beberapa macam sayuran." Belum juga Sehun menyendok, Bibi Song kembali menyodorkan makanan lain. "kau harus memakan ini. Aku menambahkan daging sapi nomor satu kedalam sup torantang ini. Ini juga bisa melancarkan pencernaanmu."

"Sayang, biarkan dia menyantap satu-persatu makanannya." Manager Ji menahan tangan isterinya yang hendak menggeser makanan lainnya. Berkat Manager Ji, akhirnya Sehun dapat mencicip dengan santai.

`

Tidak ada reaksi apapun diwajahnya. Bibi Song sudah dengan penuh harap, berharap Sehun memperlihatkan ekspresi yang ia inginkan. Tetapi nyatanya, yang tampak hanya wajah tampannya yang minim akan ekspresi.

`

`

`

`

Continued..

`

`

`

`

Sehun berubahnya niat gak sih?

`

`

`

`

Selanjutnya baca di Aplikasi Hi Novel ya kakak-kakak..

Bisa download aplikasinya di playstore. Tinggal search judul cerita ini Candy Boy.

Maaci.. ^^

avataravatar