4 Chapter 4

'Dia tersenyum padaku. Menunjukkan seberapa bahagia dirinya pada saat itu. Sepertinya satu keranjang penuh permen yang aku hadiahkan padanya sudah sangat membuatnya senang. Walaupun pada akhirnya permen-permen itu akan masuk kedalam tempat sampah—karena dia tidak boleh mengkonsumsi permen bahkan satu bungkus kecil pun. Kondisinya pada saat itu tidak memungkinkannya untuk melakukannya. Aku ikut berbaring disampingnya. Diatas tempat tidur milik rumah sakit—yang memang diperuntukkan hanya untuk satu orang saja. Aku memeluknya penuh kasih sayang. Ia meletakkan hadiah dariku keatas meja yang berada disamping tempat tidur, lalu dengan tangan bebasnya ia balas memelukku. Aku selalu melakukan itu. Mengunjunginya lalu tidur disampingnya tanpa mempedulikan kondisi tempat tidurnya. Meskipun aku pulang sangat larut dikarenakan pekerjaan, aku pasti akan mengunjunginya disana. Dirumah sakit tempat dimana dia dirawat.'

-

-

-

-

-

     Matanya terbuka seiring mengalirnya airmata yang sepertinya sudah tertahan lama didalam mata tertutupnya. Sehun sadari, dirinya masih berada didalam mobil dan dari apa yang ia lihat dari balik kaca, ia sudah berada di halaman rumahnya. Aku tetidur? Ya, dia tertidur selama perjalanan mereka menuju rumah. Ia baru mengingatnya, tadinya dia meminta Yoona untuk menyetir. Ia menoleh ke arah pengemudi. Isterinya sudah tertidur pulas disampingnya. Tampak tak peduli, dengan sempoyongan Sehun keluar dari mobil. Melangkah penuh hati-hati menaiki tangga lalu masuk kedalam kamarnya.

--

--

--

     Pagi itu Sehun bangun telat. Karena tiga hari kedepan mereka akan libur untuk merayakan Chuseok, dengan begitu dia bisa lebih bersantai dipagi itu. Tok! Tok! Tok!

"Tuan, apakah anda sudah bangun?" Suara Pak Kang terdengar dari balik pintu. Sehun paksakan tubuhnya untuk duduk. Ia merasa tidak enak badan, mungkin karena semalam terlalu mabuk.

"Pak Kang, masuklah." Ujarnya dengan suara beratnya. Pak Kang masuk dengan ekspresi wajah penuh cemas dan keraguan. "ada apa?" dan pertanyaan Sehun semakin membuatnya kebingungan.

"Baru saja Tuan Besar menghubungiku. Beliau memintaku mengingatkan anda untuk mengunjungi makam Nyonya Besar." Sehun hanya diam, tetapi matanya menatap Pak Kang dengan isyarat bahwa dirinya masih menunggu perkataan selanjutnya. Pak Kang menyadari itu dan menjadi semakin gugup.

"Katakanlah." Kata Sehun tak suka menunggu.

"Itu.. Apakah.. Saya harus.. Membuat—"

"Katakan dengan jelas." Sela Sehun.

"Mengenai mendiang Nyonya Eujin.." raut wajah Sehun langsung suram. Penuh keberanian, Pak Kang melanjutkan perkataannya. "apakah aku harus menyusun meja penghormatan untuk beliau?"

"Kau tidak perlu melakukannya." Jawab Sehun tanpa sempat memikirkannya. Meski raut wajahnya kini tampak tenang, tetapi tidak dengan batinnya. Kondisi hatinya kini menjadi kacau. "katakan pada Yoona, dia akan ikut denganku ke makam ibu."

"Baiklah jika begitu. Saya permisi dulu." Usai kepergian Pak Kang, Sehun menghembus nafasnya dengan geram. Dia tidak suka perasaan yang seperti ini. Tak ingin terlalu larut, ia melangkah masuk kedalam kamar mandi lalu menikmati semburan air hangat. Seketika dirinya menjadi tenang.

--

--

--

     Sehun sudah rapi dengan kemeja putih dan celana hitamnya. Lengkap dengan sepatu kulit dan jam tangan mewahnya—tanpa dasi—karena saat itu ia sedang tidak ingin mengenakannya. Rambutnya juga tidak ia tata sehingga poni pendeknya menutupi sebagian keningnya. Tak lupa ponsel, dompet dan paper bag? Dia membawa paper bag yang berisikan permen—yang kemarin malam ia beli.

`

     Kini ia sudah duduk dimeja makan dan mulai menyantap sarapannya. Dari posisinya dapat ia dengar obrolan Yoona dan Bibi Kim. Tampaknya kedua wanita itu sedang berada didapur yang lokasinya tepat disamping ruang makan. Disela obrolan mereka yang terus terdengar, beberapa kali Sehun dapat mendengar suara batuk yang sepertinya milik isterinya itu.

"Nyonya, kenapa anda mendadak batuk?"

"Entahlah, aku juga tidak tahu."

"Apa karena anda ketiduran di mobil sampai pagi? Didalam mobil pasti sangat dingin."

"Bisa jadi begitu. Uhuk!"

"Jangan biasakan tidur dimobil. Kenapa anda sangat sering ketiduran didalam mobil? Apa Tuan tidak membangunkan anda lagi?"

`

     Tangan Sehun yang hendak menyendok nasi goreng pun mendadak tak bergerak. Obrolan itu berhasil mencuri perhatiannya. Kebetulan Pak Kang sedang berjalan menuju dapur. Sehun panggil Pang Kang agar segera mendekat padanya.

"Ada perlu apa tuan?" tanya Pak Kang sopan.

"Apa yang sedang mereka lakukan didapur?" ekspresi datar diwajahnya tidak berhasil menunjukkan seberapa penasaran dirinya pada saat itu.

"Aa.. Mereka sedang membuat Songpyeon, tuan." Songpyeon—kue tradisional yang terbuat dari beras, berbentuk bulan sabit dengan aneka isi. Sehun mengangguk sembari mengibaskan tangannya, sebagai isyarat meminta Pak Kang pergi dari hadapannya. Usai itu ia lanjut menyantap sarapannya.

"Aku ingin mencobanya." Suara mereka terus terdengar.

"Nyonya mau mau mencoba? Wah, itu bagus sekali. Ketika Nyonya membuat songpyeon, Nyonya harus membuat keinginan selagi mengisinya, lalu Nyonya harus melipatnya dengan hati-hati agar keinginan Nyonya tidak jatuh keluar."

"Wah, apa itu benar?"

"Tentu saja. Itu kepercayaan para tetua kita." Yoona terdengar antusias dan tanpa sadar Sehun larut dalam obrolan mereka. "dan juga ada yang mengatakan, jika Nyonya berhasil membentuk bulan sabit dengan cantik, maka kelak putri Nyonya akan cantik pula."

"Uhuk! Uhuk!" Yoona kembali terbatuk. Tak hanya Yoona, Sehun pun ikut terbatuk, tetapi berhasil menahan suaranya sehingga tidak ada yang menyadarinya. Merasa tak nyaman jika terus berada disana, Sehun menyudahi sarapannya lalu melangkah menuju halaman samping rumah itu. Ia duduk dibawah pohon sembari menunggu Bibi Kim selesai membuat kue—karena ia harus membawa kue itu ke makam ibunya.

--

--

--

     Butuh waktu cukup lama untuk tiba di area pemakaman. Yoona yang selalu merasa tersiksa ketika harus satu mobil dengan Sehun semakin merasa tertekan. Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan apapun. Sehun fokus menyetir dan Yoona fokus menenangkan debaran jantungnya. Aura mematikan memang selalu menyelip diantara mereka berdua.

`

     Tetapi setidaknya setelah tiba disana, segala kepahitan diperjalanan terbayar tuntas dengan pemandangan yang terpapar dihadapannya kini. Area pemakaman terletak di perbukitan. Pemandangan hijau segar dan rimbunnya pepohonan membuat pikiran pun ikut segar. Barisan papan nama dengan aneka warna bunga disetiap makam membuat tempat itu jauh dari kata seram.

`

     Mereka keluar dari mobil lengkap dengan sajian yang sudah Bibi Kim persiapkan. Terlihat kesulitan, Yoona melangkah perlahan sembari membawa sebuah keranjang besar—yang akan mereka sajikan di makam. Belum lagi gaun putih panjangnya yang ternyata lumayan menyulitkannya ketika mendaki bukit disana. Seperti biasa, suaminya itu terus melangkah tanpa sekalipun melihat kearahnya yang sudah tertinggal jauh dibelakang.

`

     Yoona baru saja membentang karpet tipis dihadapan makam. Sehun duduk bersila disampingnya—yang kini tengah menyusun sajian dimulai dari seongpyeon, buah-buahan, minuman dan sajian lainnya. Mereka melakukan semua aktifitas penghormatan. Hingga selesai dan memilih duduk sejenak disana.

`

     Yoona tahu itu, Sehun tengah mengenang kenangan indahnya bersama ibunya. Dapat ia lihat mata suaminya yang tak lepas dari papan nama ibunya. Sorot mata penuh kerinduan terpampang jelas dari kedua manik coklat mata suaminya. Ditemani gemersik angin yang mengganggu ketenangan dedaunan, Yoona ikut termenung. Mengamati setiap garis diwajah suaminya yang tampan itu.

"Ayo pulang." Tegur Sehun yang sudah berdiri dan siap melangkah pergi. Yoona yang tadinya termenung tentu kaget ketika mendengar suara berat suaminya itu. Dengan tergesa-gesa ia melipat karpet lalu memasukan kedalam keranjang. Usai itu ia sudah berlari kecil menyusul Sehun.

`

     Tak terduga. Mobil yang tengah Sehun kendarai berbelok kearah sebuah Kolumbarium—sebuah rumah abu tempat penghormatan bagi orang meninggal yang telah dikremasi. Setiba di halaman gedung, Sehun meraih paper bag yang ia letakkan di jok bagian belakang. Sebelum turun dari mobil, tanpa menoleh pada Yoona, ia meminta isterinya itu untuk menunggu didalam mobil. Barulah ia melangkah masuk kedalam gedung.

`

     Yoona mengamati tubuh Sehun yang terus melangkah menjauh. Perasaan aneh mendadak timbul. Seperti sebuah jarum yang menusuk pelan di ulu hati. Tak hanya itu, ia juga merasa sedikit sesak dan gerah. Merasa harus mendapatkan udara segar, Yoona keluar dari mobil dan memilih berdiri bersandar pada mobil. Lokasinya kini masih berada di perbukitan sehingga angin sejuk masih dapat ia rasakan. Perlahan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan tenang.

"Annyeong haseyo.." sapa seorang wanita paruh baya kepadanya. Wanita itu mengenakan gaun hitam dan membawa sekeranjang kecil aneka permen. Keberadaan permen-permen itu membuat Yoona teringat pada Sehun. Ada apa dengan permen-permen ini?

"Annyeong haseyo.." balas Yoona dengan senyuman.

"Anda pasti isterinya Sehun-ssi, bukan?" tebak wanita paruh baya itu, menunjukkan bahwa ia mengenal Yoona. Tetapi tidak dengan Yoona.

"Aa.. iya benar." Yoona diam sejenak mencoba mengumpulkan memorinya untuk mengingat wajah itu. Tetap saja ia tidak menemukan jawabannya.

"Perkenalkan, saya ibunya Eujin." Mereka bersalaman dengan canggung. Yoona merasa tidak enak karena tidak berhasil mengingat wajah itu—atau mungkin dia memang tidak mengenal wanita itu sama sekali.

"Tapi.. Maaf.. Saya tidak—"

"Ibu?" Kata Sehun yang tengah melangkah menghampiri mereka.

`

     Wanita paruh baya itu dan Sehun saling tatap dalam waktu yang lama. Setelah tatapan itu lama bertaut, kini tampak airmata disudut mata wanita itu. Melihat situasi itu membuat Yoona kebingungan dan juga merasa tidak nyaman. Tidak ingin mengganggu mereka, Yoona berjalan menjauh dari mereka lalu duduk disebuah kursi dibawah pohon. Mengamati mereka dari kejauhan yang kini tengah berpelukan seakan mereka sudah sangat merindukan satu sama lain. Siapa wanita itu sebenarnya? Ibu? Pikir Yoona. Dan kembali ia rasakan. Hatinya kini kembali terasa perih.

`

`

`

`

Continued..

`

`

`

`

Apa kalian dapat merasakan feelnya?

Saya sendiri sampai termenung membayangkan betapa menyedihkan posisi Yoona pada saat itu. Tetapi, jika kita mencoba untuk lebih memahaminya, sebenarnya Sehun juga menyedihkan.

Jangan cemas ya. Rasa sakit di awal akan berakhir kebahagiaan kok..

`

`

`

Karena menulis itu tidak mudah(apalagi jika lokasinya di korea). So.. Saya mnta bantuannya utk vote ya kakak2..

Maaci.. ^^

avataravatar
Next chapter