3 Chapter 3

"Kalian belum melakukannya juga?" tanya Bibi Song berbisik. Ia baru saja menarik Yoona masuk kedalam kamarnya, tidak ingin obrolan mereka didengar suami dan anaknya—yang mencoba menguping dibalik pintu—namun tak berhasil mendengar apapun.

"Kami tidak akan melakukannya." Yoona tampak bosan dengan pertanyaan itu. Ya, pertanyaan itu seperti sudah menjadi pertanyaan wajib ketika ia mengunjungi rumah pamannya.

"Kenapa? Kenapa tidak? Kalian itu kan suami-istri." Malah melotot kecewa.

"Bibi, kau kan tahu, kami tidak benar-benar menikah. Tepatnya, dia terpaksa menikah denganku. Begitu juga denganku."

"Eish, itu tidak benar. Kalian sudah 5 bulan tinggal bersama. Tidak ada yang tidak mungkin kalau kau sedikit lebih berusaha."

"Apa maksudmu?" Yoona mulai mencium aroma nakal.

"Sepertinya kau harus lebih banyak belajar denganku."

"Bibi, apa maksudmu?!"

"Kau harus belajar bagaimana caranya menggoda." Yoona merasa geli mendengarnya. Ia tidak mungkin melakukan hal semacam itu.

"Sudahlah, Bibi tidak perlu mengajarkan apapun. Karena aku tidak akan pernah melakukannya. Ini sudah malam, aku harus segera pulang." Ia benarkan letak jepitan di poninya lalu melangkah keluar dari kamar itu. "astaga, kalian sedang apa? Mengagetkanku saja." karena disambut wajah pamannya dan Sejeong yang masih menguping dari balik pintu.

"Yoona-a, apa yang bibimu katakan?" tanya pamannya dengan cemas, seakan mengetahui tingkah nakal isterinya. "jangan pernah kau lakukan apapun yang dia suruh, mengerti?" Yoona tersenyum melihat raut cemas di wajah pamannya.

"Iya, aku mengerti. Aku harus pulang sekarang."

"Eonni, aku akan mengantarmu kedepan." Dan Sejeong sudah menariknya menuju halaman depan. "eonni, kapan kau akan kesini lagi? Belakangan ini kau sudah jarang berkunjung." Tanya Sejeong yang saat ini sedang menemani Yoona menunggu taksi di tepi jalan.

"Kalau kau merindukanku, kau bisa datang kerumahku. Aa.. Ada Daniel dirumah. Kau mau ikut?" Sejeong yang tadinya berdiri didekat dengan Yoona mendadak melangkah mundur.

"Hoh, aku sangat tidak suka mendengar nama itu!" ia tampak sangat kesal.

"Kalian masih marahan?"

"Entahlah. Aku tidak mau membahasnya. Eonni, itu ada taksi!" karena taksi terlanjur datang, Yoona terpaksa menahan berbagai pertanyaan yang sangat ingin ia tanyakan kepada sepupunya itu.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Kau bisa datang kapanpun kau mau, tapi sebelum itu kau harus mengabari aku dulu." kata Yoona sebelum menutup pintu taksi. Apa yang sebenarnya telah terjadi diantara mereka? Pikir Yoona disaat taksi mulai melaju pergi.

-

-

-

Trrt.. Trrt.. Trrt.. (Tampak nama Daniel di layar ponselnya).

`

"Ada apa?" sapa Yoona setelah menerima panggilan itu.

[Nuna, aku mendadak harus kembali ke dorm.]

"Lalu kenapa?"

[Bisakah kau jemput hyung? Dia mabuk berat. Aku sudah mencoba menghubungi sopirnya, tapi nomornya tidak bisa dihubungi.]

"Dia mabuk? Memangnya dimana dia sekarang?"

[Di bar.]

-

-

-

-

-

     Apa yang harus aku lakukan? Batin Yoona mengamati tubuh Sehun yang sudah terkulai tak sadar diatas sofa dengan kakinya terletak asal di atas meja. Syukur dia berada di ruang VIP dan tentunya sangat menjaga privasi pelanggannya. Yoona sudah mencoba menghubungi Paman Kang, tapi panggilan darinya tidak diangkat sekalipun. Mungkin Paman Kang sudah tidur. Yoona kembali mengamati tubuh suaminya dengan penuh rasa bimbang. Biasanya dia tidak semabuk ini, tapi kenapa kini sampai tumbang seperti ini?

`

`

     Yoona termenung sejenak. Entah mengapa baginya pada saat itu suaminya tampak sangat seksi. Tak serapi biasanya, Sehun sudah melepaskan jas dan dasinya. Kancing kemeja bagian atasnya juga sudah ia buka. Lengan kemejanya juga ia lipat sebatas siku. Menyisakan rambut rapinya, kemeja putihnya yang kusut dan wajah tampannya. Tidak masalah, aku hanya perlu membantunya berjalan menuju parkiran. Dimana kunci mobilnya?

`

`

     Yoona melangkah mendekati Sehun. Diraihnya jas yang terdapat disamping tubuh suaminya itu. Tak butuh waktu lama, ia sudah menemukan kunci mobil suaminya. Ponsel, dasi dan jas suaminya sudah berada ditangannya. Sekarang aku hanya perlu membangunkannya. Tidak masalah, Im Yoona, lakukanlah! Tapi ia tak juga bergerak. Terlalu takut untuk menyentuh tubuh itu. Tidak, aku tidak bisa hanya diam seperti ini. Cepat lakukan Im Yoona!

`

`

     Setelah meyakinkan dirinya yang belum sepenuhnya berani, Yoona tepuk pelan lengan Sehun. Tak ada respon. Huh.. Hanya melakukan ini, mengapa jantungku harus berdebar senorak ini! Kali ini Yoona mencoba untuk menendang kaki pria itu. Ia berhasil. Sehun bergerak dan sudah duduk tegak—kaki pria itu tak lagi diatas meja—tetapi matanya tetap tertutup. Sepertinya kesadarannya belum kembali. Tentu saja, melihat banyaknya botol minuman diatas meja, sudah pasti suaminya itu akan sangat mabuk.

`

`

     Yoona melirik sejenak ke jam tangan yang dikenakan Sehun. Jarum jam menunjukkan pukul 11 malam. Waktu berlalu sangat cepat. Sudah berapa lama aku berada diruangan ini hanya karena memikirkan bagaimana cara membawanya pulang? Rasa takut perlahan tersingkirkan. Tidak bisa, aku harus segera membangunkannya. Yoona tendang kaki Sehun, kali ini lebih kencang. Wah, sebenarnya ada apa dengan jantungku? Apa dia semenakutkan itu untukku?

"Presdir.." Aa, aku harus memanggilnya apa? "Tuan.." tidak ada satupun yang bisa aku gunakan untuk memanggilnya. "Oppa..?" Tubuh Yoona menggeletar seketika. Ia merasa geli menyebut kata itu. "hei paman, bangunlah. Malam sudah sangat larut. Kita harus segera pulang." Bentaknya akhirnya. Paman? Ya, hanya itu sebutan yang menurutnya paling pantas. Bagaimanapun juga jarak umur mereka lumayan jauh. "paman, kalau kau tidak bangun juga, aku terpaksa memaksa tubuhmu untuk berjalan." Suaranya semakin meninggi, tapi tampaknya Sehun tak juga memberikan reaksi. Hanya duduk tegak dengan mata tertutup. "baiklah, aku terpaksa harus melakukannya." Belum sempat untuk menyentuh tubuh itu, tangan Yoona sudah lebih dulu dicengkram oleh Sehun. Yoona sampai melotot kaget.

"Tunggu sebentar lagi. Aku masih terlalu pusing." Suara berat suaminya merangsang seluruh indra tubuhnya. Tak tahu mengapa, hanya mendengar suara itu, ia langsung merasa merinding. Usai Sehun melepaskan cengkramannya, Yoona yang mendadak melemas langsung terduduk di sofa, jauh dari suaminya berada.

`

`

     Pada posisinya ia amati diam-diam keberadaan Sehun. Suaminya itu masih duduk dengan mata tertutup. Sesekali tangannya memijit kening—menunjukkan bahwa dirinya benar-benar merasa pusing. Setahu Yoona, Sehun adalah peminum yang hebat. Tetapi malam ini Sehun tampak berbeda. Disaat Yoona masih merenungkan pemikirannya, Sehun bangkit dari duduknya dan melangkah sempoyongan keluar dari ruangan itu. Tentu Yoona langsung mengikuti langkah suaminya itu.

`

`

     Untuk menuju lift mereka harus melewati sebuah koridor yang cukup panjang. Selama kaki melangkah, tak sekalipun Yoona melepaskan pandangannya dari tubuh suaminya—yang berjalan saja tampak kesusahan—tetapi Yoona tak sekalipun berpikir untuk membantu suaminya itu, terlalu takut untuk mendekat dan hanya bisa menjaga jarak beberapa langkah dibelakang Sehun. Oo? Sehun kehilangan keseimbangan, Yoona yang berada dibelakangnya langsung melangkah cepat lalu menahan tubuh Sehun agar tak terjatuh—tetapi malah terlihat seperti memeluk tubuh Sehun dari belakang.

`

`

     Keduanya sama-sama terdiam—pada posisi yang canggung itu—karena itu adalah pertama kalinya mereka berpelukan. Sesak. Yoona merasa sesak. Entahlah, sesuatu mengganggunya dan itu sangat menyesakkan. Sehun melepas tangan Yoona yang melingkar di tubuhnya. Sedikit menghempas tangan Yoona—mungkin dia tidak suka diperlakukan seperti itu. Masih sempoyongan Sehun lanjut melangkah.

`

`

     Mereka sedang menunggu dihadapan lift—yang pintunya tak juga terbuka. Yoona masih menjaga jarak dari Sehun, berdiri beberapa langkah dari Sehun yang kini terpaksa bersandar pada dinding karena rasa pusing yang terus mengganggunya. Pintu lift terbuka tetapi Sehun tampak tak menyadarinya, karena itu Yoona melangkah mendekati pria itu berniat untuk menegur. Tetapi, belum juga dia mengeluarkan suara, Sehun sudah mendahuluinya melangkah masuk kedalam lift.

`

`

     Pintu lift yang tadinya sudah tertutup mendadak kembali terbuka. Seorang wanita seksi melangkah masuk kedalam lift. Mata Yoona mendelik ketika melihat wanita itu menyapa Sehun—dengan nada khawatir yang terlalu dibuat-buat—seakan mabuk adalah penyakit yang mematikan.

"Sehun-ssi? kau baik-baik saja? Sepertinya kau mabuk berat. Mau aku antar pulang?" disampingnya Yoona sedang menunjuk dirinya sendiri—karena tak mampu mengucapkan 'Hey nona, saya isterinya!'. "bagaimana bisa kau menjadi semabuk ini? Apa kau sedang ada masalah?" dan wanita itu masih saja berkicau tak penting, bahkan sudah nyaris merapat pada tubuh Sehun. Kesal bukan main melihat tangan wanita itu yang kini tengah merangkul lengan Sehun. Mulut Yoona mulai memaki, meski tak mengeluarkan suara sedikitpun. "lain kali kau bisa menghubungiku jika ingin minum sebanyak ini." Siapa sih dia? Kenapa dia berkata seperti itu? Apa mereka dekat? Dan, apa dia tidak mengenalku? Tidak, apa dia tidak menyadari keberadaanku? Karena posisi wanita itu sudah membelakangi Yoona—seakan tak ada siapapun didalam sana selain dirinya dan Sehun.

`

`

     Sesaat Yoona menyadari sesuatu. Bahwa, jarak antara dirinya dan suaminya sangat jauh. Melihat wanita itu yang dapat dengan santai menyentuh Sehun, sedangkan dirinya? Baiklah tidak usah dibahas lagi. Ting! Lift tiba di lantai tujuan mereka. Dengan si wanita seksi yang masih memeluk lengan Sehun, mereka keluar dari lift—tanpa Yoona—karena Yoona terhanyut pada makian dalam hatinya dan tak menyadari bahwa ia masih berada didalam lift.

"Kau tidak keluar?" suara itu menarik Yoona dari alam khayalnya. Ketika itu matanya langsung menangkap sebuah pemandangan langka, Sehun tengah menahan pintu lift dengan tangannya yang tampak seperti sedang menunggunya. Lalu si wanita seksi? Sudah tak menempel pada Sehun dan hanya berdiri kesal beberapa langkah dibelakang Sehun. "kau akan terus disitu?" tegur Sehun karena Yoona masih saja berdiri pada posisinya.

`

`

     Begini. Selama ini Yoona sudah sering diperlakukan tidak baik dengan suaminya itu. Meski tidak seburuk itu, tetapi cukup buruk untuk hubungan suami-isteri. Salah satu contohnya seperti, ditinggalkan didalam mobil ketika Yoona sedang ketiduran. Sehun bukanlah pria yang rela menunggu, demi apapun termasuk pekerjaan apalagi urusan wanita. Namun kini, Sehun bahkan menahan pintu lift untuknya.

`

`

     Bukan berlebihan, tetapi itu sangat luar biasa untuk Yoona. Duh, ekspresinya mulai berubah kesal. Sadar Yoona. Sebelum suaminya itu kembali seperti semula, Yoona buru-buru melangkah keluar dari lift. Sehun kembali sempoyongan dan sepertinya hendak terjatuh, tentu saja Yoona kembali reflek untuk menahan tubuh itu dengan memeluk lengan kekar suaminya itu. Tetapi si wanita seksi juga melakukan hal yang sama sepertinya. Hal hasil keduanya memeluk lengan Sehun di sisi yang berbeda. Yoona bahkan sampai shock melihat tingkah wanita itu.

"Nana-ssi, aku akan pulang dengan isteriku." Ujar Sehun kepada wanita seksi itu—yang ternyata bernama Nana. Perkataan Sehun tentu saja sebagai penolakan atas aksi tak tahu malu wanita itu. Bagaimana dengan Yoona? Dia merasa sangat senang karena Sehun menyebut 'Isteriku'. Bisa dihitung kapan saja Sehun mengucapkan sebutan itu. Masih dengan ekspresi tak tahu malu, Nana si wanita seksi melepaskan tangannya dari tubuh Sehun lalu melangkah mundur. "kalau begitu aku pergi dulu." Berusaha tetap sopan, Sehun pamit dengannya dan langsung melangkah jauh diikuti Yoona yang masih membantunya agar tak kehilangan keseimbangan.

-

-

-

-

Continued..

-

-

-

-

Gimana ceritanya kak?

avataravatar
Next chapter