1 Langit

    "Apa ayah tidak menyayangiku lagi?" Dengan menangis tersedu-sedu Charla mengatakan hal itu dihadapan ayahnya, ia bersimpuh sambil menarik tangan ayahnya yang hanya diam membisu menatap tajam udara didepannya.

   Ayah Charla berniat untuk melepaskan genggaman putrinya, namun Charla malah mengeratkannya seolah mengharapkan ayahnya akan memberikan kembali kasih sayang penuh kepadanya. Namun apalah Charla hanyalah seorang gadis belasan tahun yang baru menginjak remaja, ia dulu tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarganya. Yang ia tahu hanyalah ayahnya mempunyai istri baru yang bersikap acuh pada Charla yang sebenarnya sangat mengharapkan banyak kasih sayang dari keluarganya walaupun itu ibu tiri ataupun saudara tirinya.

   " Ayah, ku mohon jangan seperti ini." Charla mendongak menatap mata ayahnya. "Apa..., apa aku membuat kesalahan yang membuat ayah selalu menghindariku, tidak pasti bukan itu." Charla menggelengkan kepalanya, air matanya mengalir deras di pipinya.

   "Roma, jangan ulur waktu lagi. Biarlah putri mu ikut dengan aku," Charla menoleh lalu menatap neneknya sekilas dengan tatapan acuh, ia tidak mau jika harus tinggal dengan neneknya.

  Roma melepaskan tangannya dari genggaman putrinya. Kini Charla tahu jawaban ayahnya dan tindakan yang harus dilakukannya. Ia berdiri menatap dengan berani pada ayahnya seolah permohonan yang diucapkannya barusan tak pernah keluar dari bibirnya.

   "Ayah ini untuk terakhir kalinya, kembalikanlah hidupku yang penuh kebahagiaan, tanpa pernah adanya masalah rumit yang selalu menghantuiku." Charla menatap tepat pada manik mata Roma untuk mengintimidasinya. Lagi lagi Roma tak menjawab ucapan putrinya.

   Charla tersenyum mengejek kemudian, "Kau pasti tak bisa melakukannya kan." Setelah mengatakan itu Charla tersenyum meremehkan ayahnya dan berlari menuju kamar tanpa menghiraukan panggilan dari neneknya.

●○●

   Menikmati pemandangan disore hari, Charla membiarkan jendela mobil milik neneknya terbuka setengahnya. Ia membiarkan semilir angin menggerakkan pelan rambut sebahunya yang berwarna hitam kecokelatan. Memandang hamparan luas berwarna serabut jingga dan merah didominasi biru yang tampak menjulang tinggi diangkasa.

   Pilihan yang ada pada genggaman Charla kini mungkin memang berbeda dari mimpi awalnya yang hanya ingin mendapatkan kembali kasih sayang dari sosok seorang ayah yang sangat berarti baginya. Tapi itu dulu, setelah mengetahui segala kenyataannya, Charla hanya ingin hidup damai bersama neneknya, entah karena apa ia melakukannya. Kini ia akan mencari kebahagiaannya sendiri melalui setiap pilihan yang nanti terpilih oleh hatinya dan melupakan masa kelamnya.

   Setelah puas mengamati jalanan yang telah dilewatinya, Charla mengalihkan pandangannya pada seorang wanita cantik berumur pertengahan 40 tahun yang duduk dikursi penumpang tepat disebelahnya. " Nenek berapa lama lagi untuk sampai dikota tempat tinggal nenek?"

   Mendapati cucu perempuannya bertanya padanya dengan ramah ia tersenyum, "Tidak lama lagi setelah masuk perumahan itu, maka rumah nenek akan terlihat," Nenek menunjukkan perumahan yang dimaksudnya, ia merespon pertanyaan Charla dengan senang. Karena sedari tadi setiap kali ia bertanya Charla akan menjawab seperlunya saja dan mengacuhkannya, dan pada akhirnya ia memilih untuk bungkam.

   " Nenek..." Charla tak jadi mengucapkan sesuatu yang terlintas dipikirannya, ketika dalam sekian detik berikutnya ia lupa akan mengatakan apa.

   " Iya sayang, kau perlu sesuatu sebentar lagi sampai, "Nenek sangat perhatian pada Charla, karena ia ingin menebus kesalahan putra bungsunya yang kejam terhadap mantan istrinya dan selalu mengabaikan Charla.

   " Tidak apa nenek, aku hanya..., nenek itu rumah nenek ya?," Charla mengalihkan perhatian neneknya, dan ketika itu mobil yang ditumpanginya memang berhenti di dua gerbang rumah yang bersebelahan namun bersekat.

   Nenek tersenyum, ia turun dari mobil diikuti Charla dari pintu lainnya, " Bukan Charla, itu rumah tetangga nenek, nanti akan nenek ceritakan tentangnya. Nah sekarang kita turun dan beristirahat lah. Koper kamu akan dibawakan oleh pak Roni, nenek akan menunjukkan kamar mu." Charla berjalan sambil digandeng oleh neneknya, ia tampak kecil dalam rengkuhan lengan neneknya.

   Seorang anak laki-laki seumuran Charla berada dibalkon kamar bernuansa gelap miliknya. Ia menatap punggung kecil dalam gandengan seorang wanita paruh baya yang selama ini selalu perhatian padanya, hanya pada dirinya seorang. Ia menatap tajam punggung kecil itu, merasa neneknya direbut oleh anak perempuan itu.

   Ia memutar otak agar neneknya tidak direbut oleh gadis kecil itu. Ia menyeringai ketika muncul suatu rangkaian hal buruk diotaknya.

   "Tunggu saja, besok kau akan menerima akibatnya." Anak laki-laki itu tersenyum menyeramkan.

   Apakah yang akan dilakukannya? Entahlah tapi yang pasti gadis itu tak akan tenang pada akhirnya

avataravatar