webnovel

HAUNTED ME

Kedua mata Jin menatap kosong barisan pertokoan yang mereka lewati. Kali ini ia tidak menyetir, melainkan asistennya Jimin. Dirinya sedikit tersentak saat bayangan sosok pria yang menabraknya tadi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. 'Astaga. Jin! Dia hanya orang asing. Kenapa kau terus memikirkannya.' batinnya panik memperingati akal sehatnya.

Jimin yang melihat reaksi Jin, merasa heran sekaligus khawatir. "Kau benar baik-baik saja, Kak Jin?" tanya Jimin memastikan sembari memutar stir mobil untuk berbelok ke arah apartemen bosnya.

"Jangan khawatirkan aku, Jim. Sudah kukatakan aku baik-baik saja. Anggap saja aku sedikit gila karena bersikap sangat ramah ke Sara tadi." celoteh Jin asal karena dia sudah muak dengan pertanyaan yang terus berulang keluar dari mulut Jimin dan Yoongi bergantian. Jangan tanyakan dimana keberadaan Yoongi, ia masih sibuk membantu Namjoon menjadi bestmannya.

Jimin yang terlihat sedikit lega ketika mendengar penuturan Jin, kembali fokus menyetir karena jalanan kota mulai padat saat memasuki jam makan siang. Tentunya Jimin tak mau menyusahkan dirinya terjebak di tengah kemacetan yang menyebalkan. Lelah dengan pembahasan kisah percintaan bosnya, Jimin berinisiatif untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Kak Jin, bagaimana dengan pemilihan model yang menjadi ambassador untuk keluaran mobil terbaru kita bulan depan?" tanya Jimin begitu teringat akan kekurangan yang ada pada proyek pekerjaannya.

"Entahlah," jawab Jin enteng.

"Aku sudah melihat daftar model atau artis rekomendasi dari pihak pemasaran, tapi tidak ada yang menarik minatku. Mereka terlihat membosankan." komentar Jin sedikit pedas. Jangan salahkan pria cantik itu karena termasuk golongan yang sangat selektif dan perfeksionis jika menyangkut masalah pekerjaan.

"Astaga, Kak Jin! Aku mengerti jika kau menolak sekali daftar yang mereka ajukan. Tapi tolong lah, Kak. Kali ini kau sudah menolak untuk yang ketiga kalinya. Mereka tampan dan cantik juga terkenal. Visual dan pamor mereka sudah tak diragukan lagi," protes Jimin panjang lebar.

"Kak Jin sebenarnya ingin model yang seperti apa?" tanya Jimin frustasi.

Jin tampak berpikir sejenak. "Yang bisa membuatmu berdebar dan tertarik saat beradu pandang dengannya," celetuk Jin asal tanpa sadar malah menjadi boomerang baginya saat tanpa sengaja malah membayangkan tatapan tajam pria asing yang terus menghantui pikirannya sedari tadi. Tanpa Jin sadari pipinya bersemu merah dilengkapi dengan seulas senyum manis yang lama tak muncul di bibir plumnya.

Jimin terheran mendengar ucapan bosnya, hanya mendengus sebal. "Jangan aneh-aneh Kak Jin!" peringat Jimin. "Kita sedang mencari model ambassador, bukan mencari jodoh," omelnya lagi.

Raut Jin tiba-tiba berubah menjadi serius karena ini menyangkut pekerjaannya. "Kita harus benar-benar memilih model ambassador yang dapat memikat pembeli. Selain sempurna dalam visual dan tenar seperti perkataanmu sebelumnya. Ia harus memiliki karisma agar dapat menggaet pelanggan untuk membeli produk kita."

Lanjut Jin setelah sedikit membenarkan posisi duduknya. "Mobil keluaran terbaru kita terkesan elegan dan anggun serta cenderung ke desain yang feminim. Tentu saja peminatnya nanti kutaksirkan akan didominasi oleh para wanita. Untuk membuat mereka merasa harus memiliki dan tergila-gila adalah apa, Jim?" tanya Jin penuh penekanan.

"Membuatnya jatuh cinta?" jawab Jimin polos, sontak disambut tepuk tangan oleh Jin.

"Tepat! Itu jawaban yang kuinginkan," ungkap Jin bangga karena Jimin selalu mengerti apa yang dia inginkan dibandingkan karyawan yang lain. "Kita harus menemukan model ambassador yang dapat membuat calon pelanggan kita jatuh cinta dan ingin memilikinya pada pandangan pertama." tutur Jin dengan ide gilanya dan bayangan keuntungan yang melimpah saat seri mobil terbarunya ludes terjual. "Besok berikan padaku daftar baru model yang sesuai, oke?"

"Idemu benar-benar gila. Kak Jin. Dimana aku bisa mencari model seperti itu?" protesnya frustasi akan kebodohannya saat menyadari jika ia sudah mempersulit tugasnya sendiri. Jimin memilih kembali fokus menyetir. 'Aku seperti menyesal bertanya padanya. Malah semakin menambah beban pekerjaanku. Park Jimin bodoh!' dumelnya dalam hati.

Jin bosan akan keheningan yang tercipta, memutuskan untuk memutar lagu yang ada di playlist tv mobilnya. Terdengar alunan lagu BTS - Spring Day memecah kebisuan diantara bos dan asistennya itu. Tanpa aba-aba, keduanya bernyanyi bergantian menikmati lagu yang membuat suasana terasa damai.

###

"Arrggghh!!! Kenapa dia selalu muncul dipikiranku? Bagaimana aku bisa tenang jika terus membayangkannya?" rutuk Taehyung frustasi. Entah mengapa pikirannnya tersita oleh sekelebat bayangan sepasang mata jernih pria cantik yang tak dia ketahui namanya itu. Sepasang mata yang tadi menatapnya dengan pandangan sendu seolah mengatakan bila ia juga merasa sakit yang sama dengan apa yang dirasakan Taehyung.

'Siapa dia sebenarnya? Kenapa sampai membuatku seperti ini? Ingat dia seorang pria sama sepertimu, Tae!' hardiknya memperingati dirinya sendiri untuk kembali sadar jika itu salah. Ia boleh patah hati, tapi tidak seharusnya sampai membuatnya berubah menjadi gay. Apalagi dengan orang yang bahkan tidak ia ketahui asal-usulnya itu.

Pada akhirnya, Taehyung memutuskan untuk mencari pria cantik yang terus membayanginya itu sebelum pikirannya lebih menjadi gila. Ia harus memastikan bahwa dirinya tidak memiliki perasaan apapun pada pria berbibir seksi itu. Dengan langkah kaki terburu-buru, Taehyung kembali melangkah memasuki gedung resepsi. Sepasang mata tajamnya beredar ke sekeliling ruangan mencari sosok yang dicarinya dengan seksama.

Beberapa kali Taehyung berjalan mengitari para tamu di setiap sudut gedung, namun ia sama sekali tidak menemukan batang hidung orang yang dicarinya. 'Dimana dia? Apa dia sudah pulang? Kumohon jangan dulu. Aku perlu menemukanmu,' batin Taehyung mulai gelisah. Langkah kakinya tidak berhenti untuk berusaha mencari pria yang telah ditabraknya tadi.

'Akan kucoba sekali lagi.' ucapnya lagi masih belum ingin menyerah.

Ketika hendak melangkahkan kakinya pergi, sebuah panggilan menginterupsinya.

"Taetae!" panggil Kim Sara, wanita kini telah resmi menjadi kakak ipar Taehyung. Sara melambaikan tangannya begitu Taehyung menoleh ke arahnya. Sara berjalan menghampiri Taehyung diikuti dengan Namjoon di belakangnya.

"Kau darimana saja, Tae? Kau bahkan belum memberi kami ucapan selamat," protes Sara karena adik kesayangannya menghilang begitu saja di momen penting hidupnya. "Lihat, Namjoon Sayang. Taetae sekarang nakal." rengek Sara merajuknya manja pada Namjoon.

Namjoon hanya tersenyum tipis melihatnya. "Tae? Kau darimana saja? Mama dan Papa mencarimu tadi." tanya Namjoon tenang.

"Maaf, Kak. Perutku tadi tiba-tiba sakit. Aku baru selesai dari kamar mandi dan ini sedang mencari Kakak," bohong Taehyung lancar sembari memasang muka polos. "Selamat atas pernikahan kalian. Jangan khawatir! Aku masih di sana saat acara resepsi dimulai dan baru pergi setela melihat kalian berciuman tadi." terangnya dengan nada sedikit menggoda.

Wanita cantik yang baru saja berganti marga menjadi Kim itu merona malu saat disinggung soal ciuman pertamanya itu oleh adik iparnya. Iya, ciuman pertama karena selama ini tidak pernah berpacaran dengan siapapun. Sara yakin harus menjaga dirinya untuk Namjoon, pria yang dijodohkan dengannya. "Taetae nakal ih! Jangan menggoda Kakak gitu dong." protesnya sembari mencubit gemas pipi Taehyung.

Namjoon hanya terkekeh melihat keakraban keduanya. 'Andai saja aku benar-benar merasa bahagia seperti mereka, mungkin aku tidak perlu merasa bersalah dan menyakiti semua orang. Jin, maafkan aku.' batin Namjoon miris.

"Tae, cepatlah temui Mama, Appa, dan para kerabat dulu. Jangan membuat Mama menungggu dan semakin khawatir karena kau menghilang tiba-tiba, oke?" titah Namjoon tegas. Ia tahu persis bagaimana kekhawatiran ibunya jika menyangkut soal Taehyung. Yah, memang Taehyung adalah pangeran kecil yang selalu dimanjakan di rumah.

"Baiklah, Kak. Nikmati waktu berdua kalian." Pesan Taehyung sebelum beranjak pergi meninggalkan sepasang suami-istri itu.

Langkah Taehyung terhenti saat ia sadar jika ia tidak merasakan sakit bahkan ketika melihat Kakaknya dan Sara bermesraan di hadapannya. 'Ada apa denganku?' tanyanya bingung dalam hati. 'Aku bahkan bisa tersenyum dan bercanda seleluasa itu tadi.' herannya lagi. 'Argghh! Aku benar-benar harus menemuinya cepat atau lambat. Ya, aku harus mencarinya,' erang Taehyung frustasi bertarung dalam batinnya. Teringat akan perintah kakaknya, ia segera menuju dimana tempat kedua orang tuanya berada.

TBC

HALO!!! Apa kabar semua? Terimakasih sudah membaca dan setia menunggu update an Lolley. Semoa makin suka.

Jika berkenan tolong tinggalkan komentar, review, dan untuk update an terbaru tolong tambahkan di collection kalian. Kalian bisa melemparkan powerstone ke cerita ini untuk mendukung Lolley.

lolleyethelcreators' thoughts
Next chapter