webnovel

Syehan Tanvir Mizan

Syehan Tanvir Mizan putra dari seorang Ivan Maulana Rizky dan Firanda Firdaus, pria 30 tahun itu sangat mirip dengan ayahnya. Lembut, penuh kasih sayang tapi tegas, kulit putih halus dan hidung mancung, rambut potongan bowel cut serta iris safir menawan, sangat persis dengan sang ayah. Fira terkadang sangat cemburu karena gen suaminya lebih dominan terhadap putra semata wayangnya tersebut.

"Tanvir, nanti kalau kamu menikah jangan mau dipanggil Mizan," pinta Fira ada rasa cemburu di dalamnya.

Tanvir tersenyum mendengar permintaan ibunya, wanita itu ada-ada saja. Apa masalahnya jika dirinya dipanggil dengan nama seperti ayahnya,"memangnya kenapa, bu? Apakah ibu akan selalu teringat dengan ayah?" balasnya lembut.

Wanita 50 tahun itu memalingkan wajahnya, pria 62 tahun itu yang sudah menjadi suaminya itu selalu membuatnya tak bisa berkutik, meski sudah tua tetap sangat menawan di matanya. Mereka berjalan menuju kamar Fira dan Maulana, ketika berada di depan kamar, wanita itu tersentak ketika melihat sang suami menoleh kearahnya, ia pun langsung bersembunyi di belakang tubuh putranya.

Maulana tersenyum tipis melihat sang istri malu-malu, mereka sudah menikah lebih dari 30 tahun, tapi sikap wanita itu tidak pernah berubah, tetap imut dan menggemaskan.

Tanvir menggelengkan kepala, ibunya sungguh membuat orang sedikit jengkel. Kenapa dulu ayahnya menikahi seorang wanita yang alay seperti ini? Menyadari kesalahannya, pria itu istigfar dalam hati, ternyata dirinya tak sesabar sang ayah, nyatanya masih bisa untuk mengeluh.

"Ibu, kenapa harus ngumpet? Ayah sedang berjalan kemari. Katanya ibu kuat menghadapi ayah?"

"Diam kamu! Kamu itu masih kecil, tidak tahu urusan orang tua," sergah Fira. Tanvir tersenyum aneh, usia 30 tahun dianggap kecil, lalu untuk usia dewasa itu berapa?.

Maulana berjalan menghampiri istrinya, tangannya terulur menarik sang istri dari belakang punggung putranya lalu mendekapnya erat, matanya menatap Tanvir dingin membuat pria itu menelan ludah, sepertinya ayahnya sedang cemburu karena wanita tercintanya malah peluk-peluk dirinya.

"Kamu segera menikah saja, biar ibumu tidak selalu mencarimu,"perintah Maulana lembut tapi penuh penekanan.

Tanvir tersenyum lembut,"ayah, bukankah jodoh itu di tangan Allah. Ayah menyuruhku segera menikah, apakah ayah sudah mencarikan jodoh untukku? Atau ayah sudah terima kabar bahwa jodohku sudah datang?" balasnya dengan senyum lembut.

Maulana terkadang merasa jengkel dengan putranya ini, kenapa karakternya harus mirip dengan dirinya bahkan cara membalas ucapan juga sama, sungguh sangat merepotkan.

"Ibu setuju, Tanvir. Ayahmu ini suka sekali berceramah, tapi sekarang malah menyuruh anaknya menikah, hayo sekarang paman Maulana mau jawab apa?" timpal Fira ikut menyudutkan suaminya.

Maulana tersenyum lembut membuat wanita cantik 50 tahunan itu merinding,"sayangku, apakah sekarang kau ingin mencari aliansi untuk melawan suamimu ini? Tanvir itu sudah harusnya menikah, lebih baik segara mencari calon istri. Di luar sana banyak wanita cantik dan  baik, bukan hanya duduk dalam rumah. Suamimu ini juga pernah muda, pernah mengurus perusahaan besar. Tetap menikah bukan, menikah juga merupakan sunnah rosul, kalau Tanvir tidak melakukan sunnah rosul maka tidak akan diakui sebagai umatnya."

Tanvir memalingkan wajahnya, mulutnya komat-kamit dengan alasan ayahnya. Pria 62 tahun itu bisa saja berkelit, jelas-jelas tadi menyuruhnya menikah hanya karena cemburu pada  ibunya yang merupakan istri sah sang ayah.

Maulana melirik putra tercintanya tersebut, ia yakin pasti putranya itu sedang ngedumel tidak jelas,"Tanvir, jangan buruk sangka. Bagaimana kalau besok kamu keluar cari udara segar,  kalau kamu tidak suka di kantor, bagaimana kalau kamu jualan buah saja. Ayah sangat tahu, kalau wanita sekarang lebih suka mencari pria kaya, karena itu untuk memastikan apakah wanita itu baik atau tidak untukmu, maka kamu perlu menurunkan identitas duniamu."

Tanvir kembali menoleh pada ayahnya, pria itu tahu saja kalau dirinya komat-kamit, jangan-jangan sikap ini mirip dengan ibunya.

"Ayah, lalu perusahaan ZTM bagaimana?" tanyanya bingung.

"Seperti kamu pernah mengurusnya saja, kamu sudah menaruh orang-orang terbaik di ZTM corp, jadi tidak perlu khawatir. Besok ayah akan menghubungi kakekmu, nanti kamu bisa tinggal di sana. Sekalipun rumahnya tidak semewah ini, tapi cukup untuk menjadikanmu dilirik banyak wanita, apa lagi kamu memiliki wajah rupawan seperti ayah ketika masih seumuran denganmu," jelas Maulana penuh percaya diri membuat Tanvir  ingin muntah.

"Baiklah, aku ikut ayah saja. Aku percaya, ayah akan menjaga ibu dengan baik. Jangan menyiksa ibu."

Werr…

"Aduh, ayah ampun." Tanvir meringis kesakitan karena telinganya dijewer oleh ayahnya, dirinya sudah 30 tahun masih saja diperlakukan seperti anak kecil.

"Kamu berani berbicara seperti itu pada ayahmu? Apakah ayah pernah mengajari untuk bersikap tidak sopan pada orang tua?" tegur Maulana lembut tapi tangannya masih menarik telingat buah hatinya.

"Tidak, ayah tidak pernah mengajari Tanvir untuk bicara sembarangan pada orang tua. Aku tidak akan mengulangi lagi," balas Tanvir merasakan telingatnya panas karena jeweran sang ayah.

"Bagus," jawab Maulana sambil melepaskan telinga putranya. Fira tersenyum lalu mencium pipi sang suami, pria itu selalu mengajarkan putranya tentang tatakrama terhadap orang tua.

"Tanvir, kamu harus ingat! Seperti apapun orang tuamu, kamu tidak boleh sedikit pun tidak hormat padanya. Ayah khawatir, kalau nanti ayah tidak ada, kamu akan tidak hormat pada ibumu, atau pada mertuamu. Tanvir, kamu hanya seorang pemilik ZTM, bukan pemilik dunia ini. Kalau hanya seperti itu kamu sudah berani bersikap tidak hormat pada orang tuamu, kamu akan jadi apa kalau nanti sudah lebih sukses dari ini," tegurnya.

Tanvir mengangguk, sedikit pun sang ayah tidak berubah, lembut penuh kasih sayang tapi sangat tegas,"baik, ayah. Tanvir tidak akan mengulangi sikap Tanvir lagi, ayah yang terbaik.

Tanvir berharap, ayah dapat melihatku menikah dan punya anak. Ayah adalah sosok suami terbaik bagi ibu dan ayah terbaik untukku, aku dan ibu sangat sayang ayah." Ia ikut memeluk tubuh ringkih sang ayah, kalau di dalam rumah mereka terlihat sangat harmonis seperti tidak ada batasan, tapi kalau di luar, semua berubah. Tanvir akan selalu menunjukkan betapa hormatnya dia terhadap kedua orang tuanya, tidak sedikit pun ada orang yang boleh menyakiti mereka selama dirinya masih hidup.

**

Faeyza membereskan perlengkapannya, ia bersiap untuk pergi ke kampus. Hari ini ada pelajaran metode pembelajaran, sebagai calon guru dirinya harus menguasa metode apa saja yang digunakan untuk mengajar pada murid tingkat dasar, tidak boleh salah dan keliru.

 "Faezya." Seorang wanita paruh baya memberikan uang 25 000 sebagai uang saku selama seminggu, gadis itu mengangguk dengan tersenyum. Setelah itu mengambil telapak tangan ibunya dan mencium punggung tangannya. Gadis cantik dan sholehah itu pergi ke kampus bersama adiknya, Ulfi kurniati. Faezya tidak bisa naik motor, jadi dia harus dibonceng oleh sang adik. 

Next chapter