1 Cakya yang aneh

Suasana sekolah masih sepi, hanya beberapa anak yang berlarian bersama teman-temannya sambil bercanda. Walaupun letak sekolah tersebut tepat ditengah-tengah kota. Tidak heran, masih jam 06.30 pagi.

Seorang gadis manis dengan rambut sebahu memasuki gerbang ditemani lelaki setengah baya, mereka menuju ruang kepala sekolah. Menit berganti hingga bel berteriak nyaring, lapangan sekolah segera ditinggalkan oleh anak-anak memasuki kelas mereka masing-masing.

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak ", wali kelas Xd menyapa, kali ini beliau tidak sendiri melainkan membawa gadis dengan rambut sebahu yang tadi pagi datang bersama lelaki setengah baya.

" Wa'alaikumsalam ", jawab siswa sekelas hampir bersamaan.

" Hari ini kita kedatangan teman baru, pindahan dari luar kota namanya Butterfly, biasa dipanggil Erfly, semoga betah ya nak", bu Molly memberi arahan, kemudian beliau menyapu pandangannya keseluruh sudut kelas.

"Erfly... Kamu bisa duduk disamping Cakya", bu Molly memberi arahan yang dibalas anggukan oleh Erfly.

Erfly melangkah mendekati kursi yang dimaksud oleh wali kelasnya, seorang lelaki sedang duduk asik dengan gitarnya, seolah merasa tidak terganggu oleh keadaan sekitar.

Erfly mengulurkan tangan kanannya mengajak lelaki tersebut berkenalan, "Erfly...", ucap gadis manis dengan senyum terbaiknya.

Diluar dugaan, bukannya menyambut uluran tangan Erfly, dia malah berdiri dan meninggalkan kursinya yang nyaman. "Dasar cowok aneh", gerutu Erfly dalam hati dongkol.

"Jangan terlalu diambil hati, Cakya memang seperti itu", lelaki yang duduk tepat dibelakang Erfly angkat bicara karena melihat raut muka kesal Erfly.

"Gama...",kata lelaki tersebut dengan senyum yang tersungging dibibirnya.

"Erfly... ", sambil menyambut tangan Gama.

Erfly hanya tersenyum, semua siswa satu persatu mulai keluar kelas karena jam olahraga. Erfly malah memilih duduk bersandar didaun pintu kelasnya, karena belum mendapat baju seragam olahraga dan belum tahu jadwal pelajaran hari ini.

Seolah tatapan Erfly seperti besi yang ditarik oleh magnet, tanpa berkedip tatapan Erfly mengikuti gerak Cakya teman sebangkunya yang asik berlarian menghindari rekan-rekannya dilapanga basket. Dengan gerakan cantik cakya berhasil memasukkan bola kedalam ring. "Yes...!!!!", rekan satu team Cakya tertawa lepas dan merangkul Cakya.

"Boleh juga ne cowok", puji Erfly dalam hati, senyum terukir diwajah manisnya.

Menitpun terus berjalan, hingga bel pulang sekolah berteriak nyaring. Ruang kelas langsung ditinggalkan oleh penghuninya. Tidak seperti teman-temannya yang lain bergegas pulang, Cakya malah menuju lapangan basket bersama tas dipunggungnnya.

Cakya langsung tenggelam bersama bola basket yang digiring kesana-kemari, tiba-tiba Gama berlari kelapangan dan mencoba merebut bola dari tangan Cakya, Cakya pun tidak mau menyerahkan bola dengan begitu saja. Dengan trik kecil, Cakya menipu Gama dan berhasil memasukkan bola ke ring. Cakya pun merebahkan badannya dilapangan menatap langit, Gama duduk disamping Cakya.

"Cakya, tu cewek dari pagi meratiin kamu, hampiri gih... ", Gama memberi saran.

Cakya perlahan duduk dan menatap arah isyarat yang diberi oleh Gama.

***

Erfly memutuskan untuk pulang, dengan langkah perlahan Erfly menuju gerbang sekolah.

Langkah Erfly terhenti karena motor menghalangi jalannya, Erfly terkejut karena saat membuka kaca helm ternyata Cakya.

***

Dengan isyarat Cakya meminta Erfly naik keatas motor, Erfly memasang wajah bingung karena tidak mengerti maksud Cakya.

"Cakya antar pulang ", Cakya bicara pelan dengan muka datar.

Erfly duduk dikursi penumpang dengan perasaan yang campur aduk, tidak ada sepatahkatapun yang keluar dari mulut Erfly dan Cakya. Dengan arahan Erfly, mereka telah tiba didepan rumah Erfly.

" Makasih... ", Erfly bicara pelan.

Cakya langsung berlalu begitu saja tanpa merespon ucapan Erfly.

***

Cakya masih asik dengan gitarnya, memetik senar-senar gitar tanpa bernyanyi. Seorang gadis berumur 12 tahun menghampiri Cakya perlahan." Abang dicariin mama", gadis itu bicara pelan.

Tidak ada respon dari Cakya, tatapan Cakya kosong menatap atap-atap rumah dari bukit tempatnya duduk sekarang. Jemarinya masih asik memainkan gitarnya. "Bang...", gadis tadi memegang tangan Cakya,yang dibalas dengan tatapan tajam Cakya.

Nyali gadis 12 tahun itu langsung menciut dan meninggalkan Cakya dengan tangis yang tertahan.

***

Erfly memarkirkan motornya, kemudian duduk disamping Cakya. "Kasian tu anak kecil sampai mau nangis gitu kamu gertak Cakya", Erfly bicara pelan.

Cakya langsung memeluk Erfly tanpa aba-aba, Erfly mencoba untuk berontak dari pelukan Cakya. "Sebentar saja", Cakya bicara lirih. Tubuh Cakya bergetar, tangisnya tidak mampu dibendung lagi. "Maaf... Asri...", ucap Cakya pelan.

***

"Asri...? ", batin Erfly bingung. Pikirannya berkecamuk,Cakya yang begitu dingin disekolah, tiba-tiba memeluknya dan menangis. Seolah tidak ingin melepaskannya,ada apa sama ne cowok, kepalanya terbentur sepertinya rada geser otaknya, "Cakya yang aneh", gerutu Erfly.

***

Beberapa menit kemudian, Cakya melepaskan pelukannya, kembali tenggelam dengan gitar yang ada disampingnya.

"Erfly laper, punya rekomendasi tempat makan enak...? ", Erfly bicara pelan.

Cakya memasukkan gitarnya kedalam tas gitar yang selalu setia menemaninya, Erfly menyerahkan kunci motor ketangan Cakya. "Cakya yang bawa", Erfly menjelaskan. Kemudian mengambil alih tas gitar Cakya.

Cakya menuju kafe langganannya, seorang lelaki yang duduk dimeja kasir menyambut kedatangan Cakya dengan senyum lebarnya. Cakya langsung menuju kelantai tiga kafe, tempat favorit Cakya kalau datang ke kafe ini.

Setelah menunggu beberapa menit, makanan pesanan merekapun datang. Erfly tanpa aba-aba langsung makan, setelah makan Erfly kembali memesan teh panas, saat pesanannya datang, Erfly menuju taman kecil disudut kafe. Dengan hati-hati mengambil 5 lembar kelopak mawar merah, memasukkan kedalam gelas, kemudian Erfly memutar gelasnya secara perlahan diudara searah jarum jam. Erfly kemudian menghirup uap yang mengepul dari gelasnya.

***

Tatapan Cakya mulai nanar, air matanya kembali menyerbu pelupuk matanya. Cakya perlahan menghampiri Erfly dan memeluknya dari belakang, air mata kembali mengalir membasahi pipinya.

avataravatar
Next chapter