1 Perjodohan

Suasana kampus sedikit lengang di siang hari, beberapa sudah meninggalkan area kampus karena tak ada lagi materi kuliah yang harus mereka ikuti.

Beberapa orang tampak berkumpul di aula untuk mengikuti seminar hari ini.

Sedangkan di Aula tampak kesibukan juga untuk mempersiapkan acara seminar agar berjalan sesuai rencana.

"klek"

Bulan menutup laptopnya, ia tampak berkemas dan memakai tasnya.Tindakannya mau tak mau membuat Karin, sahabatnya yang sedang membaca susunan acara menoleh padanya.

"kau mau kemana?seminar 1 jam lagi akan dimulai"

"aku tahu, aku ada perlu sebentar Rin..."

"Iya tapi kemana?"

Bulan hanya memandang sekilas wajah sahabatnya lalu tersenyum.

"sebelum acaranya di mulai,aku akan segera kembali"

Bulan pun berdiri dan segera melangkah pergi melalui pintu samping aula.

Karin hanya menatap heran pada sahabatnya yang kini sudah menghilang dibalik pintu.

Karin berpikir sejenak tentang sikap Bulan yang akhir2 ini tampak aneh, ia lebih banyak murung tak seperti biasanya.

Tapi Karin mencoba berpikir positif, mungkin saja Bulan sedang sedih menghadapi ayahnya yang kini masih di rawat di rumah sakit.

Sedangkan di lain tempat, dibagian samping kantin yang tak banyak di lalui mahasiswi,tampak seorang lelaki tampan dengan postur tubuh tinggi dan tegap tengah bersandar santai di tembok sambil mengepulkan asap rokok perlahan.

"maaf aku terlambat" Sebuah suara mengalihkan perhatian lelaki itu, ia segera melirik ke arah sumber suara dan mendapati sosok wanita cantik berjilbab krem sudah berdiri tertunduk di sampingnya.

Lelaki itu segera menegakkan posisi tubuhnya, kemudian membuang rokoknya di tanah dan menginjaknya.

"tak apa, aku juga baru sebentar disini"

"aku tidak punya banyak waktu, jadi bisa kita mulai bicara sekarang?"

Lelaki itu mengangguk

"y langsung saja apa yang ingin kau bicarakan padaku,Bulan"

Bulan tampak menghela nafasnya perlahan.

"Tentang perjodohan kita, apa kau sudah memikirkan baik-baik sebelum menerimanya?"Tanya Bulan sambil menatap laki-laki dihadapannya tak percaya.

Laki-laki itu hanya tersenyum.

"memangnya kenapa?ada yang salah?"Tanya Bintang

"Bintang, pernikahan bukanlah hal untuk main-main.Ia begitu sakral"

Bulan menjelaskan kepada laki-laki yang bernama Bintang itu.

"Apa dimatamu aku terlihat main-main?"

"Tapi...kau memiliki pacar dan kau seenaknya langsung saja menerima perjodohan kita"

"Bulan...hubungan pernikahan saja bisa putus, apalagi pacaran"

Bulan menatapnya kaget, ya!Bulan lupa dengan siapa ia berbicara sekarang.

Ia sedang berhadapan dengan Bintang Pratama Wijaya. Seorang don juan kampus yang memiliki daya pikat di mata wanita, yang membuatnya menjadi seorang playboy.

Bulan menghela nafas dan mengatur emosinya, ia tidak ingin terpancing untuk berkata kasar kepada pria di hadapannya.

"Kau begitu mudah mempermainkan perasaan wanita, namun siapa yang akan menjamin kau tidak akan mempermainkan perasaan istrimu kelak"

Bintang menatap tajam mata Bulan, membuat Bulan tampak kikuk dan merasa bersalah.Apakah ia telah salah bicara?tapi kemudian Bulan melihat senyum melengkung di bibir Bintang.Senyum memikat yang dapat memabukkan semua wanita yang melihatnya, tetapi tidak bagi Bulan.Ia tidak akan terpikat pada senyum jebakan itu.

"Ya kau benar Bulan, tak ada yang dapat menjamin sebuah pernikahan akan berakhir bahagia atau tidak.Bahkan bagi pasangan yang saling mencintai pun tak menjamim pernikahan mereka akan baik-baik saja.Satu-satunya yang dapat aku jamin adalah, kau sangat mencintai Ayahmu dan aku tau kau tidak akan mengecewakannya"

Bulan terpana dengan ucapan Bintang, ia mengingatkannya pada Ayahnya.Yah perjodohan ini adalah permintaan terakhir ayahnya.Ayahnya yang sakit-sakitan dan sedang terbaring lemah di rumah sakit ingin melihatnya menikah sebelum kepergiannya.

Ayahnya dan Om Wijaya yang merupakan Papa Bintang adalah sahabat dekat.

Selama ini Bulan hanya mengenal Om Wijaya tanpa tahu kalau Om Wijaya adalah Papa.dari seorang laki-laki yang begitu terkenal playboy di kampusnya.Dan Bulan baru mengetahuinya saat Om Wijaya menjenguk Ayahnya di rumah sakit dengan mengajak serta Bintang.

Dan siapa sangka ternyata dengan ikutnya Bintang ke rumah sakit adalah untuk menjodohkannya dengan Bintang.

"ehm..."

Bulan tersadar dengan suara batuk kecil dari Bintang.Ia pun spontan melirik jam tangan di tangan kirinya.

"Maaf aku masih ada keperluan, kita bicarakan lagi nanti"

Pamit Bulan dengan tertunduk dan langsung berpaling dari Bintang.

"Bulan"Panggil Bintang pelan dan membuat langkah Bulan terhenti.

"Tolong beri aku kesempatan"

Bulan mengerutkan keningnya tak mengerti.Ia ingin menanyakannya pada Bintang tapi ia ingat dengan seminar yang akan dimulai sebentar lagi.

"Permisi"

Hanya itu yang keluar dari mulut Bulan.

Bintang kembali menyandarkan tubuhnya di tembok sambil terus memandang kepergian Bulan dari belakang.

Bintang pun menghembuskan nafasnya pelan.

"Aku tidak akan melwwatkan kesempatan ini Bulan, tidak akan!karena aku sudah lama menanti saat-saat seperti ini"

avataravatar
Next chapter