webnovel

Kerajaan Khatulistiwa RATU BORNEO

Kerajaan yang paling aman di dunia. Tak ada seorang pun yang berbuat kejahatan, hal itu tak lepas dari peran Sang Ratu.

Ratu Borneo penguasa Kerajaan Khatulistiwa. Ratu yang paling di segani karena kebijaksanaan dan ketegasan dalam menerapkan hukum.

Tak hanya itu, kecantikan yang di puja-puja oleh banyak Raja dan Pangeran di berbagai kerajaan pun menambah kekuatan kerajaan. Bala bantuan selalu siap untuk menjaga keutuhan kerajaan Khatulistiwa di tangan Sang Ratu.

"Salam hormat kami pada Ratu Borneo, kami utusan dari Raja Pagoda. Kedatangan kami berniat untuk melamar Sang Ratu dengan Pangeran Dwi Sangka Pati Putra Mahkota dari Kerajaan Kami."

"Maaf Paman Maha Patih, saya tidak bisa menerima lamaran dari Putra Mahkota Pagoda, tidak ada alasan yang dapat saya berikan. Saya tidak bisa menerima Putra Mahkota. Mohon tak bertanya apa alasannya."

"Baik Sang Ratu, saya akan sampaikan jawaban Ratu Borneo pada Raja Padoga. Semoga akan segera datang jodoh yang di inginkan Sang Ratu."

***

Beberapa menit kemudian.

"Hormat kami Sang Ratu, kami utusan dari Kerajaan Dewanta Negara untuk memberikan undangan pesta mencari pasangan untuk Putra Mahkota kami."

"Saya akan datang sebagai tamu, tidak ikut serta dalam acara Pangeran. Sampaikanlah itu pada kerajaan Dewanta."

"Baik Ratu, hamba mohon undur diri."

***

#Dayang-dayang

"Ini yang ke-10, setiap hari datang Raja atau Putra Mahkota yang ingin menikahi Ratu kita. Tapi kenapa selalu di tolak oleh Sang Ratu. Bahkan sahabat yang sejak kecil pun di tolak Ratu."

"Emm, saya benar-benar tak habis pikir. Apa yang di pikirkan Ratu kita. Siapa yang di tunggu? Sahabatnya di tolak. Siapa lagi?" Huft...

"Usia Ratu sudah 20 th. Ini benar-benar mengkhawatirkan."

"Iya, padahal semua adalah orang-orang terbaik."

***

# di ruangan pribadi Sang Ratu.

"Hari ini sangat membosankan, aku harus berjalan-jalan sebentar. Dayang Sri, tolong ambilkan baju penyamaranku yang biasa. Dan berilah tahu Piqwi untuk menghadap."

"Baik Ratu."

***

Kerajaan Khatulistiwa

"Mereka tak bosan mengirim lamaran, menyebalkan. Aku kan sangat muda, masih ingin bebas. Apa tak bisa aku sendiri dulu untuk jangka waktu yang... yang hanya hatiku yang menentukan."

"Ratu, hamba mohon untuk tidak pergi terlalu jauh dari jangkauan hamba."

"Sudah ku bilang, jangan memanggilku Ratu saat di luar."

"Hamba tidak bisa melakukannya."

"Emm, baiklah. Oh, ya.. Piqwi aku ingin datang ke Kerajaan Dewanta. Katanya disana ada pantai yang indah. Aku belum tahu pantai itu apa. Apa kita kesana lebih dulu sebelum acaranya. Bagaimana?"

"Hamba akan menyampaikannya pada Raja Dewanta."

"Tidak, tidak. Ini rahasia Piqwi. Aku ingin jalan-jalan tanpa ada yang tahu. Dan itu pasti menyenangkan."

"Baik, hamba akan mengikuti apa yang Ratu inginkan."

"Yang benar, tapi aku memintamu bersikap biasa tapi tetap saja formal begitu. Kau benar-benar tidak asik."

"Maaf Ratu. Itu akan melanggar sumpah saya pada Guru hamba."

"Ya, baiklah. Aku tak akan membahasnya lagi. Kau merusak seleraku."

***

Di kejauhan ada keributan kecil yang menarik.

Saudagar kaya membagikan koin emas pada tiap warga yang terhitung dalam kasta rendah.

"Ayo, kemarilah!" katanya terhadapku.

"Terimalah koin emas ini, dan jangan lupa katakan kepada Ratumu bahwa kalian mendapatkan koin emas dari Saudagar kaya yang bernama Safat Makrufad. Ingat Safat Makrufad." Hahaha katanya lagi di sertai tawa yang membanggakan diri.

Puft...

"Dia sangat bodoh, memberitahukan niat terselubungnya terhadap orangnya." Hahaha

"Kau mengumpat Piqwi?"

"Maaf Ratu, hamba berlebihan."

"Aku sedikit kesal karena kau mendahuluiku. Baiklah, lupakan saja tentangnya. Aku ingin segera ke bukit." sambil menunjuk ke arah bukit yang penuh dengan hewan buas.

Next chapter