2 JANGGAL

            " Assalamualaikum….'' Irwan mengetuk pintu rumahnya, Sekembalinya dari kantor polisi di kota kecamatan.

"Waalaikumsalam.." Jawab seseorang dari dalam rumah. Mbok Dar tergopoh-gopoh membuka pintu depan untuk majikannya itu.

 " Mana Intan Mbok? " Tanya Irwan mencari istrinya, sambil berjalan masuk kedalam rumah. tumben, biasanya Intan yang membukakan pintu. 

" Itu Den, masih melayat di rumah mendiang Partik " jawab Mbok Dar

" Lah kok Mbok udah pulang bukannya tadi berangkatnya barengan??''

" Itu Den, Tadi Non Intan nyuruh saya pulang duluan. Disuruh masak untuk Den Irwan, Katanya dia agak lama karena ikut memandikan mayat''

" Iya saya tau tapi kan ini sudah sore.., masa iya belum selesai, bukannya sudah dimakamkan?"

" Ya mungkin Den,... Mbok yo gak ngerti" Jawab mbok Dar. 

Irwan bergegas kekamar, mengganti bajunya. Lalu keluar.

" Aku mau jemput Intan dulu Mbok, "

Mbok Dar mengangguk. Hati-hati den.

Motor king keluaran tahun 2003 itu mengepulkan asap, mengeluarkan suara khasnya, Lalu melaju mengarah ke ujung desa. Di rumah Partik masih ramai orang. Seperti kebiasaan di kampung itu jika ada seseorang yang meninggal maka para tetangga akan bergotong royong membantu. Beberapa wanita terlihat membersihkan Bekas pemandian jenazah. sedangkan yang lain terlihat sibuk di dalam rumah. juga ada beberapa orang yang masih sibuk membicarakan kematian Partik serta menghubung-hubungkan dengan hantu cah wengi. Intan tampak mengangkat Ember untuk dipindah ke belakang. " Intan, Suamimu itu nyusul " Ujar seorang wanita menunjuk ke Irwan yang sedang turun dari motor. Intan Mengangguk, ia meletakan ember yang dibawanya. Lalu menghampiri Suaminya. 

" Kang, " Intan meraih tangan suaminya lalu dikecup. 

" Udah beres? " Tanya Irwan. Intan menggeleng, "MAsih banyak kerjaan"

"Pulang aja yuk, Kamu kan hamil. Nanti kecapean lagi.. " Ujar Irwan sambil menyentuh perut Istrinya yang sedikit membuncit. " Tapi… Kang, '' 

" Bapak bapak, kami duluan ya! " Ujar irwan kepada bapak bapak yang ada disana. bapak- bapak itu mengangkat tanganya membentuk "ok". " Oke oke.. lanjut" ujar sebagian. Intan Naik ke motor. mereka melaju ke rumah.

" Kang, tau gak? " Kata Intan di boncengan

" Apa itu? " 

" Mayat Bulek Partik.. "

" Hush! Gak boleh menceritakan  aib orang yang sudah meninggal.."

" Bukan kang, bukan aib…, Cuma ada yang Aneh, "

" Ya aneh lah sayang.. Kata polisi Bulek Partik Pasti disiksa orang sampai meninggal, Lihat saja telinganya diambil, bisa jadi motifnya perampokan''

" Bukan itu kang… lagian kenapa coba kalau merampok Antingnya harus diambil telinganya, kan setelah dibunuh bisa saja diambil pakai tangankan, kenapa harus bawa telinganya? Lagian bukan kayak irisan benda tajam '' Ujar Intan sambil mengeratkan pelukan tangannya di tubuh suaminya.

" Ya.. Bisa saja kan untuk menutupi agar sidik jarinya tidak terekam di tubuh bulek Partik "

" Ih, Mana ada si orang kampung ini yang paham Sidik sidikan  gitu.."

" Bisa jadi yang membunuh bukan orang kampung sini  "

" Maksud Akang orang-orang dari luar? Luar mana kang? Desa ini kan jauh dari desa lain "

" Tau ah, " Irwan Menghentikan motornya di depan rumah nya. Sampai. Intan turun dari motor, kemudian Irwan. 

" Kang.. Mayat Bulek Partik, Tangannya mengepal, Jari jarinya berdarah " Ujar Intan sambil mendorong pintu. Kali ini Irwan tercekat. " Maksudnya mengepal gimana? "

Intan menarik suaminya untuk duduk di sofa. Ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka diam-diam.

" Iya dia mengepalkan tangannya, kayaknya sebelum meninggal Bulek Partik mencengkram sesuatu yang punya darah, sampai di ujung kuku-kuku nya penuh darah, agak susah tadi ngebersihinnya". Irwan tampak mendengarkan dengan serius.  " Pas disini nya " Timpal Intan lagi sambil menunjukan ujung kuku tangannya.

" Tapi orang-orang percaya, yang membunuh Bulek Partik itu Si Cah Wengi "

Irwan sedikit terkekeh. " Hantu itu? " . Intan mengangguk. 

" Masa sih, beneran ada.. hhh " 

 "Entah aku pun gak tau. soalnya ciri ciri kematian nya sama, sama yang dulu"

                                                -------------------------------------------------

            " Mbok, Intan mau nanya nih, '' Ucap intan kepada Mbok Dar. Mereka sedang berada di dapur, mencuci piring. " Mau nanya apa non?" Ujar Mbok dar balik bertanya. 

" Anu.. Mbok, mbok kan udah lama di desa ini. tahu dong tentang setan  Cah Wengi, " Intan sedikit ragu mengatakan kata  "Cah Wengi". Mbok Dar sedikit terkejut, lalu terdiam. 

" Ya kalau gak mau cerita ya gak apa-apa mbok.. hehe" Ujar Intan begitu melihat ekspresi wajah Mbok Dar. " Nanti Mbok Ceritain.. nunggu den Irwan, soalnya Mbok Takut non," Intan mengangguk, Mbok Dar terus menyabuni Piring yang ditangannya. Segitu seremnya ya, hhh. bisik Intan pada Dirinya sendiri. Mbok Dar sudah berumur 40 an, sudah bekerja untuk keluarga Irwan sejak dulu, sejak Irwan kecil hingga Kuliah dan beristrikan Intan. Irwan sering menyuruh Mbok Dar untuk berhenti bekerja. Mbok Dar selalu menolak dengan alasan "Belum waktunya" atau "Masih kuat kok, ". Apalagi Mbok Dar tidak memiliki seorang keluarga pun. Pernah sekali Irwan ingin menggantinya dengan orang lain agar Mbok Dar bisa istirahat, Namun ia menolak keras. 

            " Jadi Cah Wengi itu.. " Mbok Dar memulai ceritanya. Irwan dan Intan mulai mendengarkan. 

" Cah Wengi, sosok hantu yang konon perawakannya kecil, mirip seperti tuyul. tapi gak botak. Setan ini bisa membunuh, karena memang itulah tujuan mereka dipelihara.''

" Dipelihara mbok? " Tanya Intan memotong bicara Mbok Dar. Yang ditanya Mengangguk. "Iya, Biasanya mereka dipelihara oleh pengantin baru yang mandul atau orang-orang yang sudah lama tidak menikah tapi tidak dikaruniai anak sama sekali. Mereka akan Menyembah cah Wengi dan memeliharanya. Konon, Cah Wengi akan memberikan anak dengan syarat ia harus mengorbankan siapapun, yang Cah Wengi inginkan. " Mbok Dar berhenti sejenak, menelan liur. Hening. Irwan dan Intan mendengarkan dengan seksama. 

"Cah wengi sangat menyukai garpu. Ia membawa garpu saat membunuh korbannya"

"O.. Kaya tusukan di leher mendiang Bulek Partik kan Mbok?" Intan menimpali. 

" Bisa jadi Non, terus ia sangat menyukai daun telinga manusia" 

"PERSIS! mayat bulek Partik! iya kan kang, kamu lihat telinganya kan?" Ujar Intan mengarah ke suaminya, "SSt.. Dengerin dulu, Lanjut Mbok "

" Tulah kenapa mayat Partik dikait kaitkan dengan Cah wengi, Cah Wengi sudah tidak pernah muncul lagi sejak sekitar 30 tahun yang lalu, sejak pemilik Cah Wengi dibakar hidup-hidup oleh warga Desa Mayang Mayangan ini. sejak saat itu desa ini sangat sensitif terhadap cerita cah wengi, bahkan berusaha untuk tidak mengingat-ingatnya lagi.. tapi tadi pagi, semuanya kembali teringat, bahkan ketakutan.." 

" Maksud Mbok.. Bulek Partik beneran dibunuh, Hantu itu?" Kening Irwan berkerut.

Mbok Dar mengangguk. membenarkan. " menurut mbok si gitu, den"

"Sebenarnya Mbok nggak inget bener, soalnya mbok masih berumur 8 tahun"

Intan sangat percaya apa yang diceritakan mbok Dar. Ia juga sedikit percaya kalau pembunuh Partik adalah hantu kecil itu. Tidak dengan Irwan ya Mengutamakan logikanya. 

" Ya sudahlah, Mbok mau tidur dulu, dah malam. Mendingan kita diem-diem saja non, Den juga jangan ikut campur, takut terjadi apa-apa" Mbok Dar pamit, lalu beranjak dari sofa dimana ia duduk menuju kamarnya. Irwan dan Intan mengangguk. Silahkan, mbok.

"Yang, Kamu percaya?"

" Percaya gak percaya kang, Bagaimanapun hal itu beneran pernah terjadi. Berarti Cah wengi beneran ada," Jawab Intan. Intan menguap. Irwan segera mengajak istrinya ke kamar. 

"kang.."

"Iya.."

" Aku takut.." 

" Takut  Cah wengi datang? Aku kan disini.."

" Bukan… Aku takut kalau warga mengira kitalah yang memelihara Cah wengi "

"eh ," Irwan sedikit terperanjat. "Kok kamu bisa bilang begitu?"

Intan mengelus perutnya. Bayinya. Kandungannya. itu adalah alasan yang kuat.

" Aku takut, mereka mengira kita menggunakan cah wengi untuk mendapatkan bayi ini"

Irwan terdiam sejenak. Bisa jadi, sebab rasanya hanya Intan yang memiliki kandungan saat ini di desa mayang mayangan. Semoga saja tidak. Tanpa keduanya sadari, sepasang mata kembali mengintai mereka dari celah kecil. Mendengarkan semua yang mereka khawatirkan.

avataravatar